Penyebaran Covid-19 di Pantura Jawa Berkait Pelonggaran Aktivitas
Pemicu penyebaran Covid-19, antara lain, adanya pelonggaran aktivitas. Warga yang sebelumnya dibatasi merasa jenuh sehingga bergerak bebas saat ada pelonggaran. Dalam kondisi itu, potensi penyebaran kian terbuka.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Penyebaran Covid-19 di wilayah pantai utara Jawa, khususnya jalur Semarang-Surabaya, berkaitan dengan aktivitas ekonomi masyarakat dan kebijakan pelonggaran kegiatan warga. Kondisi itu diperparah tingkat pemahaman masyarakat akan potensi penularan yang masih rendah.
Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Ari Udijono, di Semarang, Jawa Tengah, Rabu (8/7/2020), mengatakan, dari peta Indeks Kewaspadaan yang dikeluarkan Kawal Covid-19, angka-angka indeks kewaspadaan tinggi ada di kota besar, seperti Semarang dengan 8,88 dan Surabaya dengan 14,55 per 6 Juli 2020.
Menurut dia, potensi penularan dimulai dari orang-orang yang tinggal di kota besar. Saat pembatasan kegiatan masyarakat (PKM) Kota Semarang tahap I, 27 April-24 Mei, misalnya, banyak pelaku usaha yang memilih pulang kampung. Terlebih, saat itu unit usaha hanya dibolehkan membuka hingga pukul 20.00.
”Ada yang memilih pulang karena ketimbang tetap berjualan, tetapi waktunya dibatasi. Dari Semarang, mereka pulang kampung, ke mana pun, termasuk juga daerah-daerah di Jateng. Mereka pasti ada yang membawa sesuatu (Covid-19) ke daerahnya,” kata Ari.
Hal lain yang memicu penyebaran adalah perilaku masyarakat setelah pelonggaran. Saat awal pembatasan, kata Ari, warga cenderung bisa menerima, hingga akhirnya pada titik jenuh. Saat ada sedikit pelonggaran, pergerakan mereka dan potensi penyebaran virus menjadi lebih cepat.
Apalagi, dengan terus didengungkannya normal baru, membuat warga merasa semakin bebas bergerak hingga tak terkontrol. ”Padahal, normal baru seharusnya mengubah perilaku ’zaman jahiliah’ menjadi lebih baik. Ini susah sekali dipahami masyarakat. Maka, penting edukasi dari orang-orang yang berpengaruh atau menjadi teladan,” ujarnya.
Aktivitas warga Demak tidak dipisahkan dari Kota Semarang. Sebab, banyak warga yang setiap pagi bekerja atau beraktivitas menuju Kota Semarang, kemudian kembali ke Demak pada sore harinya.
Terlebih, mobilitas di kawasan pantura saling terkait satu sama lain. Sekretaris Daerah Kabupaten Demak Singgih Setyono mencontohkan, aktivitas warga Demak tidak dipisahkan dari Kota Semarang. Sebab, banyak warga yang setiap pagi bekerja atau beraktivitas menuju Kota Semarang, kemudian kembali ke Demak pada sore hari. Kabupaten Demak dan Kota Semarang termasuk daerah dengan angka penyebaran Covid-19 tertinggi di Jateng.
Kluster Pasar Kobong di Kota Semarang juga berkaitan dengan pasar-pasar di Demak. ”Awalnya kami temukan di Pasar Sayung. Penyebaran ternyata hingga pasar-pasar lainnya seperti di Karangawen, Bonang, dan Wedung. Terkait penularan dari pasar itu, ada sekitar 12 kasus positif,” ujarnya.
Panti lansia
Secara terpisah, Arief Dwi Sulistya dari Humas Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Rembang mengatakan, dua titik yang menjadi pusat penyebaran utama atau penambahan kasus Covid-19 di Rembang adalah Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia Turusgede milik Pemprov Jateng dan satu instansi kepolisian.
Di panti untuk warga lansia tersebut, dari hasil pelacakan, total ada 34 orang yang terkonfirmasi positif Covid-19. ”Delapan di antaranya pegawai, sedangkan sisanya penghuni. Penghuni tak ke mana-mana, tetapi beberapa pegawai ada melaju, dari Semarang dan Jepara. Diduga ada penyebaran ke para lansia yang memang tergolong rentan tertular,” kata Arief.
Meski tak terjadi penyebaran secara luas, lanjut Arief, ditemukan juga kasus dari hasil pelacakan. ”Diketahui ada anggota keluarga yang baru pulang dari Kota Surabaya (Jawa Timur). Pada kasus itu, total yang tertular sebanyak empat orang,” terangnya.
Menurut laman informasi Covid-19 Pemkab Demak, hingga Selasa (7/7/2020), total terdapat 551 kasus positif Covid-19 kumulatif dengan rincian 323 dirawat dan isolasi mandiri, 133 sembuh, serta 95 lainnya meninggal. Sementara data pada laman Covid-19 Pemkab Rembang, hingga Minggu (5/7/2020) sore, terdata 81 kasus positif kumulatif, dengan rincian 54 dirawat, 21 sembuh, dan 6 meninggal.
Di Kota Semarang, hingga Rabu (8/7/2020), tercatat 2.218 kasus positif kumulatif dengan rincian 984 dirawat atau isolasi, 1.019 sembuh, dan 215 meninggal. Sebelumnya, dalam laporannya kepada Presiden Joko Widodo, Selasa (30/6/2020), Ganjar menyebut tiga daerah dengan risiko tinggi, yakni Kota Semarang, Demak, dan Jepara.