ASN dan Santri Jadi Sasaran Tes Massal di Jawa Timur
Pemetaan sebaran Covid-19 melalui uji cepat dan uji usap massal masih gencar dilakukan di sejumlah daerah di Jawa Timur. Di Sidoarjo, uji cepat kembali menyasar pegawai pemda setelah ada salah satu pejabat yang positif.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Upaya pemetaan sebaran virus korona jenis baru melalui uji cepat dan uji usap secara massal terus digencarkan di sejumlah daerah di Jawa Timur. Di Kabupaten Sidoarjo, misalnya, uji cepat menyasar pegawai di lingkungan pemda setelah salah satu pejabat daerah terkonfirmasi positif Covid-19.
Uji cepat Covid-19 di Pemerintah Kabupaten Sidoarjo itu mulai digelar Rabu (15/7/2020) dan dilanjutkan pekan depan dengan sasaran instansi yang lebih banyak. Pada uji cepat kemarin, kuota tes yang disediakan hanya 257 khusus untuk pegawai di lingkup bagian organisasi daerah Sekretariat Daerah Sidoarjo.
”Dari alokasi yang disediakan, yang ikut uji cepat 205 orang. Adapun hasilnya, tiga orang dinyatakan reaktif dan 202 orang lainnya dinyatakan nonreaktif,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo Syaf Satriawarman, Kamis (16/7/2020).
Peserta uji cepat beragam, mulai dari aparatur sipil negara, pegawai honorer, hingga pegawai bagian kebersihan. Pengetesan itu disesuaikan dengan hasil penelusuran kontak erat dan pemetaan sebaran Covid-19 yang dilakukan sebelumnya oleh tim surveilans.
Syaf menambahkan, pegawai yang hasil uji usapnya reaktif tidak serta-merta diuji usap. Mereka diminta beristirahat dan melakukan isolasi mandiri di rumah selama 10 hari. Selama isolasi mandiri itu, kondisi kesehatannya dipantau petugas puskesmas tempatnya tinggal.
Apabila dalam masa isolasi terdapat gejala klinis, pegawai yang reaktif tersebut akan diuji usap untuk mengonfirmasi indikasi Covid-19. Pegawai yang bergejala klinis juga akan mendapat perawatan intensif di rumah sakit rujukan jika hasil uji usapnya terkonfirmasi positif Covid-19.
Syaf mengatakan, uji cepat dengan sasaran pegawai di lingkungan Pemkab Sidoarjo kali ini dilakukan sebagai upaya penelusuran kontak erat terhadap pasien terkonfirmasi Covid-19, yakni seorang pejabat di Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Sumber Daya Air Sidoarjo. Pasien tersebut saat ini menjalani perawatan intensif di RSUD Sidoarjo.
Pegawai pemda rentan terindikasi Covid-19 karena interaksi yang tinggi dengan masyarakat, terutama di bagian pelayanan publik. Berdasarkan catatan Kompas, uji cepat terhadap pegawai di lingkungan Pemkab Sidoarjo telah digelar beberapa kali sejak pandemi Covid-19.
Pegawai pemda rentan terindikasi Covid-19 karena interaksinya yang tinggi dengan masyarakat, terutama yang bertugas di bagian pelayanan publik.
Uji cepat pertama digelar April lalu di lingkup Badan Kepegawaian Daerah Sidoarjo. Saat itu uji cepat dilakukan sebagai upaya penelusuran kontak erat pasien terkonfirmasi positif Covid-19 yang merupakan pegawai Badan Kepegawaian Daerah (BKD).
Uji cepat serupa kembali digelar awal Mei dengan sasaran pejabat di lingkungan Pemkab Sidoarjo. Uji cepat massal bagi pegawai pemkab kembali dilakukan dua hari berturut-turut, yakni 22-23 Juni. Jumlah pegawai yang ikut uji cepat massal saat itu 702 orang dengan hasil 13 pegawai reaktif dan 689 orang nonreaktif.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Ponorogo dalam pernyataan resminya juga terus melakukan tes massal dengan metode uji cepat dan uji usap. Hingga Rabu (15/7/2020), Gugus Tugas Covid-19 Ponorogo telah melakukan uji cepat terhadap 1.363 orang di lingkungan Pesantren Darussalam Gontor 2 dengan hasil 60 orang dinyatakan reaktif. Adapun uji usap dengan metode reaksi berantai polimerase telah dilakukan terhadap 93 orang di lingkungan pesantren.
Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni mengatakan, selain pesantren, uji cepat juga dilakukan atas permintaan Komisi Pemilihan Umum Ponorogo bagi para Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (PPDP) dalam kerangka persiapan Pilkada 2020. Dari 2.080 orang PPDP yang diuji cepat, 22 orang dinyatakan reaktif.
”Terhadap 22 orang yang reaktif berdasarkan uji cepat tersebut, saat ini diminta isolasi mandiri dan akan dilakukan pemeriksaan uji usap,” kata Ipong.
Kasus Covid-19 di wilayahnya masih berpotensi bertambah karena saat ini ada lebih dari 400 spesimen uji usap yang telah dikirim ke BBLK Surabaya belum diperiksa.
Ipong menambahkan, kasus Covid-19 di wilayahnya masih berpotensi bertambah karena saat ini ada lebih dari 400 spesimen uji usap yang telah dikirim ke BBLK (Balai Besar Laboratorium Kesehatan) Surabaya belum diperiksa. Panjangnya antrean pemeriksaan spesimen uji usap diduga disebabkan lonjakan kasus di sejumlah daerah di Jatim belakangan.
”Lonjakan kasus Covid-19 di Ponorogo yang masih berpotensi terjadi harus diwaspadai. Salah satunya dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan, seperti sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, pakai masker, dan jaga jarak saat berinteraksi dengan orang lain,” ucap Ipong.
Data Gugus Tugas Covid-19 Ponorogo melaporkan, hingga Rabu, tercatat total 97 kasus konfirmasi positif Covid-19 di ”Kota Reog”. Dari 97 kasus itu, 38 orang dirawat di berbagai rumah sakit rujukan dengan rincian 25 orang dirawat di RS Ponorogo, 12 orang di RS Lapangan Indrapura Surabaya, dan 1 orang di RSUD Ngawi.
Jumlah kasus terkonfirmasi positif di Ponorogo pun terus meningkat. Sebagai gambaran, pada Rabu (15/7/2020), ada penambahan 15 kasus baru dengan rincian, 11 orang di antaranya santri Gontor, sedangkan 4 orang lainnya masyarakat umum.