Hunian Sementara Disiapkan, Warga Korban Banjir Luwu Utara Akan Direlokasi
Bantaran tiga sungai yang meluap pada banjir bandang, Senin (13/7/2020), tak layak untuk permukiman. Relokasi warga dan menyiapkan hunian sementara maupun tetap kini menjadi prioritas.
Oleh
Reny Sri Ayu
·2 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Pemerintah segera menyiapkan hunian sementara maupun hunian tetap bagi warga Luwu Utara, Sulawesi Selatan, yang terdampak bencana banjir bandang. Permukiman di bantaran sungai sudah tak lagi aman sehingga warga harus direlokasi.
Setelah kunjungan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono; Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo dan Menteri Sosial Juliari Batubara meninjau langsung kondisi pascabencana, Jumat (17/7/2020).
”Kunjungan ini untuk memastikan semua ditangani dengan baik, terutama masyarakat yang memerlukan bantuan dalam kondisi tanggap darurat, tempat pengungsian, fasilitas logistik, penginapan, sanitasi, dukungan air, dan juga perlengkapan. Juga ibu hamil dan anak-anak harus jadi prioritas,” kata Doni di Masamba, Jumat (17/7/2020).
Pemulihan lingkungan, terutama tempat tinggal sementara, juga menjadi langkah prioritas. Menurut Doni, Presiden Joko Widodo memerintahkan untuk mempercepat proyek hunian sementara, hunian tetap, pemulihan jalur transportasi, dan sejumlah fasilitas publik agar bisa dimanfaatkan kembali.
Sebelumnya, dalam kunjungannya, Menteri PUPR mengatakan hunian sementara dan tetap menjadi salah satu langkah penanganan yang akan mendapat prioritas.
”Warga terdampak, terutama di bantaran sungai, akan direlokasi ke tempat aman. Hunian tetap akan disiapkan nanti. Normalisasi sungai akan dilakukan. Untuk pembersihan material, terutama untuk kepentingan konektivitas, saya beri waktu hingga Minggu sudah harus bersih,” kata Basuki.
Warga terdampak, terutama di bantaran sungai, akan direlokasi ke tempat aman.
Untuk tiga sungai yang meluap saat banjir bandang lalu, yakni Sungai Masamba, Radda, dan Rongkong, akan dibuat tanggul dan pengerukan. Saat ini sungai mendangkal, bahkan dasarnya sudah naik hingga ketinggian 8 meter.
Sementara itu, terkait korban banjir bandang, hingga Jumat sore, total sudah 36 korban meninggal yang ditemukan tim SAR. Puluhan orang lainnya kini masih dalam pencarian.
Untuk warga yang berada di pegunungan maupun wilayah terisolasi yang sulit dijangkau dengan jalur darat, Doni mengatakan akan meminjamkan satu helikopter milik BNPB untuk kepentingan evakuasi dan distribusi logistik.
Mengenai penyebab banjir, menurut Doni, curah hujan yang tinggi menjadi salah satu penyebab. Dalam catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah, intensitas hujan 250-300 milimeter terjadi antara Minggu dan Senin (12-13/7/2020).
Pantauan udara juga menunjukkan ada bagian-bagian dinding gunung yang mengarah ke Masamba terkupas. Analisis sementara, pengelupasan ini masih baru. Namun, penyebab pengelupasan masih diselidiki. Faktor lainnya adalah jenis bebatuan yang mudah longsor yang berada di kawasan pegunungan itu.
”Jadi ini catatan bagi kita semua seluruh pemerintah, baik kabupaten maupun provinsi, agar daerah-daerah yang berada di wilayah bantaran sungai, terutama permukiman yang padat penduduk, sudah harus dipikirkan mitigasinya ke depan. Hal ini supaya kasus seperti ini tidak terulang kembali dan tidak lagi menimbulkan korban banyak seperti ini,” tutur Doni.