Pelonggaran PSBB di Kota Ambon Berisiko Mengungkit Penularan Covid-19
Warga ramai-ramai keluar rumah dan mengabaikan protokol kesehatan. Risiko penularan Covid-19 meningkat.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Denyut perekonomian di Kota Ambon, Maluku, bergeliat setelah pemerintah melakukan pelonggaran terhadap sejumlah aktivitas usaha. Pada saat bersamaan, pelonggaran itu diikuti pengabaian protokol kesehatan. Kasus Covid-19 di daerah itu berisiko melejit seperti satu bulan sebelumnya.
Di pusat perbelanjaan Maluku City Mall pada Selasa (21/7/2020) siang sebagian besar gerai sudah dibuka. Gerai-gerai dimaksud kebanyakan menjual pakaian, bahan pangan, alat elektronik, dan perabot rumah tangga. Ada juga restoran dan kafe.
Resty (23), penjual pakaian, mengatakan, kendati tak berharap banyak akan pulihnya ekonomi dalam waktu dekat, beroperasinya mal membuat mereka bisa kembali bernapas. ”Mulai dari korona pertama kali ditemukan di Ambon penghasilan turun dan pada saat PSBB (pembatasan sosial berskala besar) tidak ada sama sekali,” katanya.
Sudah dua hari ini belum ada barang yang laku terjual. Sebelum korona bisa dapat Rp 4 juta per hari. (Resty)
Terhitung mulai Senin lalu, Pemerintah Kota Ambon memberlakukan masa transisi setelah PSBB selama empat pekan berturut-turut. Selama PSBB, aktivitas usaha yang diizinkan beroperasi hanyalah yang berkaitan dengan bahan pokok. Semua pusat perbelanjaan ditutup.
Menurut Resty, dalam dua hari terakhir pengunjung sangat kurang. ”Sudah dua hari ini belum ada barang yang laku terjual. Sebelum korona bisa dapat Rp 4 juta per hari,” ujarnya. Selama masa pandemi mereka mendapatkan potongan biaya sewa dari pengelola. Itu yang bisa menolong mereka sejauh ini.
Di Pasar Mardika, Ambon, banyak tempat penjualan pakaian dan perabot rumah tangga juga sudah dibuka, tetapi masih sepi pengunjung. Toko dan lapak yang didatangi kebanyakan yang menjual seragam sekolah dan alat tulis. Warga berburu seragam sekolah untuk tahun ajaran baru.
Ambon macet
Pada saat pelonggaran dimulai, warga Ambon tak sedikit terlihat mengabaikan protokol kesehatan. Di pusat perbelanjaan modern dan pasar tradisional, pengunjung tidak menjaga jarak aman minimal 1,5 meter. Ada pula penjual yang mengenakan masker tidak sempurna menutupi mulut dan hidung.
Di jalanan Kota Ambon, volume kendaraan bertambah. Pada Selasa petang, kemacetan terjadi di sepanjang Jalan Slamet Riyadi, Jalan Kapitan Telukabessy, dan Jalan Jenderal Sudirman. Kendati Ambon saat ini mengalami musim hujan, warga ramai-ramai keluar rumah untuk bepergian.
Tidak tertutup kemungkinan pemerintah akan kembali melakukan pengetatan.
Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy mengingatkan masyarakat untuk tidak mengabaikan protokol kesehatan. Hal itu membuka peluang meluasnya penularan. Tidak tertutup kemungkinan pemerintah akan kembali melakukan pengetatan jika kasus Covid-19 melonjak selama masa pelonggaran ini. ”PSBB dan transisi ini diharap membawa masyarakat menuju tahap adaptasi,” ujarnya.
Selama PSBB jumlah kasus positif Covid-19 di Ambon meningkat menjadi 656 dari sebelumnya 422. Artinya, rata-rata laju peningkatan kasus dalam satu hari 8,35. Adapun angka kesembuhan pasien sebelum PSBB sebanyak 118 atau 27,9 persen, sedangkan pada hari terakhir PSBB sebanyak 426 atau 64,9 persen.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Maluku dalam rilisnya menyebutkan, hingga Selasa malam, jumlah kasus positif Covid-19 di Maluku 998. Pasien yang sembuh ada 622 dan meninggal 20. Kasus terbanyak ada di Kota Ambon, yakni 677.
Dari 11 kabupaten/kota di Maluku, hanya tersisa empat kabupaten yang masih zona hijau, yakni Buru Selatan, Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Aru, dan Maluku Barat Daya. Buru Selatan dan Maluku Barat Daya sebelumnya terdapat kasus, tetapi pasien sudah sembuh. Sementara dua wilayah yang lain belum ditemukan kasus.