Rasio sampel terdeteksi positif Covid-19 dengan total sampel yang diperiksa atau ”positivity rate” di Sulawesi Utara mencapai 18 persen dan diprediksi akan terus meningkat menjadi 30 persen.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Rasio sampel terdeteksi positif Covid-19 dengan total sampel yang diperiksa atau positivity rate di Sulawesi Utara mencapai 18 persen dan diprediksi akan terus meningkat. Kegiatan surveilans terhadap penyebaran Covid-19 akan terus diperluas dengan tes usap massal berbagai pusat keramaian seperti pasar.
Ditemui di Manado, Selasa (21/7/2020), juru bicara Gugus Tugas Covid-19 Sulut, Steaven Dandel, mengatakan, rasio sampel positif Sulut meningkat dari 15,1 persen pada Juni lalu menjadi sekitar 18 persen. Angka ini diperkirakan menjadi 30 persen dalam waktu dekat.
Steaven tetap mempertahankan proyeksi ini sekalipun metode surveilans telah diubah dengan mengandalkan rumah sakit. Pasien suspek dengan gejala yang diterima rumah sakit akan diperiksa, sedangkan kontak erat dari pasien-pasien positif tidak lagi diperiksa. Ini seiring dengan revisi kelima pedoman pencegahan dan pengendalian Covid-19.
”Otomatis kita akan mengandalkan sampel swab dari orang dengan gejala yang diterima di rumah sakit. Karena itu, kami akan memperluas tes swab massal secara acak di pasar dan terminal. Ini untuk mengimbangi kebijakan baru yang menetapkan kontak erat pasien positif tidak perlu diperiksa swab,” kata Steaven.
Otomatis kita akan mengandalkan sampel swab dari orang dengan gejala yang diterima di rumah sakit. Karena itu, kami akan memperluas tes swab massal secara acak di pasar dan terminal.
Peningkatan rasio sampel positif ini menyusul lonjakan jumlah kasus selama dua pekan terakhir, yaitu 8-21 Juli 2020. Total terdapat 703 kasus baru di Sulut. Penambahan kasus tertinggi dalam sehari terjadi pada 10 Juni lalu, yaitu 132 kasus. Secara kumulatif, telah terdeteksi 2.000 kasus positif Covid-19 di Sulut.
Menurut Steaven, lonjakan ini disebabkan oleh terbitnya hasil sampel-sampel usap yang dikirim ke laboratorium di Jakarta dan Makassar. ”Sekitar 4.079 sampel kami kirim ke laboratorium di luar daerah. Ada sekitar 600 yang masih menunggu hasil di sana,” kata Steaven.
Hasil tes kumpulan sampel tersebut baru terbit dua sampai tiga pekan setelah dikirimkan. Karena itu, Steaven mengatakan, kondisi epidemiologis Sulut saat ini sesungguhnya mencerminkan keadaan dua atau tiga pekan yang lalu.
Hal ini disebabkan oleh terbatasnya kapasitas tiga laboratorium yang ada di daerah, yaitu Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Manado, Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Manado, serta Rumah Sakit Umum Pusat Prof dr RD Kandou. ”Sampel yang kami ambil sehari bisa 500-600, sedangkan kemampuan tes per hari hanya 400-450 sampel,” kata Steaven.
Menurut dia, hingga kini sekitar 21.000 sampel usap telah diambil untuk uji reaksi rantai polimerase (PCR). Lebih kurang 19.000 sampel telah diuji, sementara sisanya masih mengantre di laboratorium. Jumlah tes per minggu disebut telah mencapai 2.800 sampel, melebihi standar 2.600 sampel sesuai anjuran 1 per 1.000 penduduk per minggu.
Steaven mengatakan, pihaknya menargetkan peningkatan kapasitas pemeriksaan hingga 1.000-1.500 sampel per hari. ”Kami menunggu pembangunan laboartorium di Universitas Sam Ratulangi. Ini tidak mudah karena harus bangun gedung baru. Jangan lupa, biaya tes PCR juga mahal, Rp 1 juta per sampel di luar biaya aset dan tenaga laboratorium,” katanya.
Adapun untuk mengatasi penularan di mal dan rumah ibadah yang telah buka, kata Steaven, Gugus Tugas Covid-19 Manado diwajibkan mengadakan tes cepat (rapid test) secara acak di tempat-tempat tersebut. ”Kami lakukan setiap pekan sebagai bentuk antisipasi.”
Sebelumnya, Direktur Utama RSUP Kandou Jimmy Panelewen mengatakan, RSUP Kandou juga sudah memiliki mesin PCR dengan kapasitas tes 90 sampel per hari. Laboratorium ini adalah yang paling terakhir diaktifkan untuk meringankan beban dua laboratorium lainnya.
Kendati demikian, kata Jimmy, reagen primer untuk mesin PCR bermerek Abbott ini sulit didapatkan. ”Sementara kami berusaha sediakan reagen sendiri. Kami akan usulkan agar selanjutnya bisa disediakan pemerintah pusat,” kaat Jimmy.
Untuk sementara, laboratorium ini hanya digunakan untuk menguji sampel dari 125 pasien Covid-19 yang dirawat di RSUP Kandou. Selanjutnya, kata Jimmy, kemungkinan laboratorium itu akan melayani pengujian sampel dari rumah sakit lainnya.
RSUP Kandou juga telah memiliki alat tes molekuler cepat (TCM) Gene Xpert sejak dua bulan lalu. Kemampuan laboratorium adalah 20 sampel per hari. Kebutuhan cartridge juga dipenuhi Kementerian Kesehatan.
RSU Daerah Bitung juga telah dapat memenuhi kebutuhan internal tes PCR dengan alat sendiri, yaitu alat TCM Gene Xpert, sejak 14 Juli lalu. Direktur RSUD Bitung Piter Lumingkewas mengatakan, alat tersebut dapat menguji maksimal 12 sampel per hari. ”Cukup untuk 10 pasien positif Covid-19 yang sedang kami rawat,” katanya.
Sementara itu, Pemprov Sulut akan memperkuat sekitar 30 rumah sakit rujukan Covid-19 dengan menetapkan rumah sakit lapangan. Ada dua gedung yang akan difungsikan sebagai rumah sakit lapangan, yaitu Gedung Kitawaya Kairagi yang berkapasitas 200 orang dan Balai Penelitian Kesehatan Manado untu 150 orang.