UMKM di Jawa Barat Bidik Peluang Baru di Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Setelah terpuruk selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pandemi Covid-19, sejumlah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Jawa Barat membidik peluang ekonomi baru di masa adaptasi kebiasaan baru (AKB).
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA/TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Setelah terpuruk selama pembatasan sosial berskala besar pandemi Covid-19, sejumlah usaha mikro, kecil, dan menengah di Jawa Barat membidik peluang ekonomi baru di masa adaptasi kebiasaan baru atau AKB. Pemanfaatan platform digital perlu dimaksimalkan untuk menjangkau pasar lebih luas.
Perekonomian puluhan pelaku usaha sablon di Muararajeun, Kelurahan Cihaurgeulis, Kota Bandung, misalnya, terganggu akibat Covid-19. Pesanan penyablonan kaus nyaris tidak ada dalam tiga bulan terakhir.
Beberapa di antara mereka beralih memproduksi masker dan berjualan sembako. Namun, hasilnya masih jauh dibandingkan dengan pendapatan dari usaha penyablonan sebelum pandemi.
Asep Gunawan (49), salah satu pelaku usaha sablon, mengatakan, sebelum pandemi, ia mendapatkan pesanan sablon hingga 100 lusin kaus per bulan. Namun, orderan masker saat pandemi hanya lima lusin per bulan.
Memasuki masa adaptasi kebiasaan baru, Asep membidik peluang ekonomi baru dengan membuat lukisan yang memakai cat sisa dari usaha penyablonannya.
”Ke depannya tidak hanya untuk lukisan, tetapi juga untuk mendesain kaus, sepatu, atau barang lainnya,” ujarnya, Kamis (23/7/2020).
Dalam tiga bulan terakhir, Asep gencar mengunggah foto lukisannya di akun media sosial. Ia ingin memantau ketertarikan orang terhadap karyanya. Lukisannya dibanderol dengan harga Rp 300.000-Rp 3 juta per buah.
Sekitar 20 persen dari 4,6 juta UMKM di Jabar sudah mengakses pasar digital. Namun, di beberapa daerah terpencil, pemanfaatan platform ini masih terkendala koneksi internet.
Ketua Kampung Wisata Sablon Muararajeun Wahyu Sudarto berencana membuat pelatihan melukis dan membuat desain menggunakan cat bekas tersebut. ”Inovasi kreativitas sangat diperlukan untuk bertahan di tengah pandemi. Harapannya, kreativitas Pak Asep ini bisa dimanfaatkan sebagai jalan bangkit dari keterpurukan,” ujarnya.
Wahyu menyadari, di masa pandemi Covid-19, mobilitas orang terbatas. Oleh sebab itu, pihaknya telah membentuk tim teknologi informasi agar produk mereka dapat dipasarkan secara daring.
Sejumlah pelaku usaha kreatif lainnya di Bandung juga memaksimalkan platform digital untuk berkarya. Salah satunya dengan membuat video animasi untuk diunggah di media sosial Youtube.
Moch Iqbal (43), penggiat komik asal Bandung, bersama belasan temannya, membuat akun Tumaritis Reborn yang memproduksi video animasi.
”Pertama kami akan memanfaatkan monetisasi dari jumlah penonton yang disediakan Youtube. Dana yang didapatkan itu akan menjadi modal operasional untuk meningkatkan kualitas film animasi. Meski pandemi usai, kami berencana tetap serius menggeluti dunia animasi ini,” tuturnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Jabar Kusmana Hartadji mengatakan, UMKM bidang kuliner, pedagang kaki lima, usaha wisata, dan jasa kreatif menjadi sektor yang paling terdampak pandemi Covid-19. Oleh sebab itu, UMKM didorong berinovasi menyesuaikan dengan kebutuhan saat ini. Pelaku usaha di bidang garmen, misalnya, bertahan dengan memproduksi masker kain yang sedang banyak dicari.
”Bimbingan teknis kepada pelaku UMKM untuk menggunakan platform digital terus digulirkan, baik melalui aplikasi Zoom (konferensi video) maupun bertemu langsung dengan menerapkan protokol kesehatan,” ujarnya.
Menurut Kusmana, 20 persen dari 4,6 juta UMKM di Jabar sudah mengakses pasar digital. Namun, di beberapa daerah terpencil, pemanfaatan platform ini masih terkendala koneksi internet.
Kusmana mengatakan, Pemerintah Provinsi Jabar juga akan membeli 10 juta masker produk UMKM. Pembelian ini dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama sudah berlangsung dengan membeli 2 juta masker dari 200 UMKM.
Setiap UMKM mendapatkan pesanan 10.000 masker dengan nilai pembelian mencapai Rp 50 juta. ”Masker sudah didistribusikan ke lembaga, dinas, pasar, pesantren, dan lainnya,” ujarnya.
Sementara untuk tahap kedua, pihaknya memesan delapan juta masker dari sekitar 400-500 UMKM. Menurut Kusmana, stimulus ekonomi itu mendapat respons positif untuk membantu UMKM bangkit setelah terpuruk akibat pandemi Covid-19.