Shalat Id di Kampung Jawa Tondano Patuhi Protokol Kesehatan
Umat Islam di Masjid Agung Al-Falah Kyai Modjo, Kampung Jawa Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara, mengikuti shalat Idul Adha 1441 Hijriah dalam tatanan sesuai protokol kesehatan. Jemaah diminta selalu disiplin.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MINAHASA, KOMPAS — Umat Islam di Masjid Agung Al-Falah Kyai Modjo, Kampung Jawa Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara, mengikuti shalat Idul Adha 1441 Hijriah dalam tatanan sesuai protokol kesehatan. Jemaah diminta selalu disiplin menaati protokol kesehatan agar ibadah dapat terus digelar secara berjemaah di masjid sekalipun kasus Covid-19 terus bertambah.
Jelang shalat Id dimulai, Jumat (31/7/2020) pukul 07.00 Wita, masjid di Kelurahan Kampung Jawa, Tondano Utara, itu semakin dipadati jemaah yang tinggal di sekitarnya. Hanya satu dari tiga gerbang yang dibuka bagi umat. Dua pengurus masjid bertugas mengukur suhu tubuh umat satu per satu, memastikan tidak ada yang di atas 37,5 derajat celsius.
Enam keran air dan sabun disediakan bagi umat agar mencuci tangan sebelum masuk masjid. Jemaah juga diwajibkan mengenakan masker. Beberapa orang lupa membawa masker dan diminta panitia pulang untuk mengambil masker.
Lantai di dalam masjid juga telah ditempeli selotip melintang dan tanda silang untuk membantu jemaah saling menjaga jarak. Setiap orang wajib membawa sajadah. Mereka yang tidak kebagian tempat di dalam masjid pun menggelar sajadah secara berjauhan.
Ketua Gugus Tugas Covid-19 Masjid Agung Al-Falah Kyai Modjo Alfian Kiaydemak mengatakan, biasanya, masjid itu bisa menampung sekitar 500 orang. Namun, protokol jaga jarak menyebabkan hanya 250-300 laki-laki yang mendapat tempat di dalam dan pelataran, sementara perempuan menempati balkon.
Di samping itu, kata Alfian, orangtua dengan penyakit bawaan serta anak balita dilarang mengikuti shalat Id. Alfian mengakui dirinya teguh menerapkan protokol kesehatan.
”Beda dengan Idul Fitri, Mei lalu, kami tidak adakan shalat Id. Shalat jumat berjemaah pun tidak banyak pesertanya karena saat itu belum ada arahan soal new normal. Sekarang sudah ada, jadi kami usahakan disiplin,” katanya.
Kami usahakan disiplin. (Alfian Kiaydemak)
Selesai shalat Id selama sekitar satu jam, jemaah langsung bubar, kembali ke rumah masing-masing. Para pengurus masjid mengimbau umat tidak saling berjabatan tangan sebagaimana biasanya selepas shalat Idul Adha dan Idul Fitri.
Sementara itu, Bupati Minahasa Royke O Roring mengatakan, saat ini sudah ada lebih dari 250 kasus Covid-19 di Minahasa dari total 2.500 kasus di Sulut. Menurut Royke, jumlah kasus terus menanjak.
Padahal, aktivitas masyarakat sudah kembali seperti semula dengan penerapan tatanan kebiasaan baru. Masyarakat disebutnya bisa saja merasa enggan menghentikan aktivitasnya di luar rumah, terutama aktivitas keagamaan dan ekonomi.
Karena itu, ia berharap umat Islam bisa konsisten menaati protokol kesehatan yang telah dirumuskan. ”Harus rajin cuci tangan, kenakan masker, dan jaga jarak. Ini kunci mencegah Covid-19. Kalau tidak, umat Islam bisa saja terpaksa beribadah di rumah masing-masing lagi,” kata Royke.
Royke juga meminta masyarakat, termasuk jemaah Masjid Agung Al-Falah Kyai Modjo, selalu waspada terhadap penularan Covid-19. ”Kalau merasa berkontak dengan orang yang terdeteksi Covid-19, harus lapor ke pusat kesehatan yang melayani pemeriksaan Covid-19,” katanya.
Pemotongan kurban ikuti protokol kesehatan
Di Masjid Agung Al-Falah Kyai Modjo ada 13 sapi dan 5 kambing kurban. Dua di antaranya merupakan sumbangan Pemerintah Kabupaten Minahasa dan Pemerintah Provinsi Sulut.
Sebelum bersentuhan dengan hewan kurban dan dagingnya, para panitia kurban mengikuti tes cepat Covid-19. Jika hasil tes reaktif, anggota panitia dilarang ikut berkegiatan.
Hingga Jumat siang, pemotongan kurban dan penimbangan daging masih berlangsung. Sebagian besar petugas mengenakan masker dan sarung tangan saat memotong hewan.
Sekretaris panitia kurban masjid agung itu, Ahmad Yani Masloman, mengatakan, ada kurang lebih 800 keluarga yang akan menerima daging itu. Namun, berbeda dari tahun sebelumnya, jemaah dilarang berkumpul di halaman masjid untuk mengambil kurban.
”Nanti kami akan antarkan ke rumah masing-masing keluarga untuk menghindari jemaah berkumpul. Sekarang kami masih tunggu data pasti penerima,” kata Ahmad Yani.
Alfian, yang turut serta dalam pemotongan kurban, mengatakan, jumlah sapi yang disumbangkan sebagai kurban tahun ini berkurang. Setidaknya, setiap tahun ada 20 sapi yang mereka potong. ”Ini karena ibadah haji terhenti karena virus korona, jadi sedikit umat yang mau ikut berkurban,” katanya.
Jadi teladan anak
Dalam khotbah saat shalat Id, Ustaz Harianto Maswara yang memimpin shalat mengajak jemaah mengingat kembali pentingnya nilai keluarga. Peran orangtua sangat penting untuk mencetak anak-anak yang saleh.
Hal ini ditunjukkan dalam kisah Nabi Ibrahim yang setia mengikuti kehendak Allah sekalipun harus mengorbankan putranya, Ismail. Kurban itu kemudian digantikan oleh seekor domba. Sejak itu, Ismail menjadi anak saleh, salah satu teladan bagi umat Islam.
”Menjadi orangtua bukan hanya sekadar memenuhi kebutuhan jasmani anak-anaknya, tetapi juga menjadi sosok teladan. Anak yang saleh adalah investasi yang tidak ternilai harganya. Sudahkah kita konsisten memberikan teladan bagi anak-anak kita atau kita terlalu sibuk dengan urusan duniawi?” kata Ustaz Harianto.