Lima orang, terdiri dari pastor dan karyawan, di lingkup Gereja Katolik Keuskupan Purwokerto positif Covid-19. Peribadatan dihentikan sementara untuk sterilisasi. Tes usap di Kabupaten Banyumas terus diintensifkan.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Tiga pastor dan dua karyawan di lingkup Gereja Katolik Keuskupan Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, terkonfirmasi positif Covid-19. Peribadatan dan kegiatan di gereja kembali ditiadakan. Adapun kompleks Gereja Katedral Purwokerto disemprot disinfektan untuk sterilisasi.
”(Ada) tiga pastor dan dua karyawan (positif Covid-19). Mereka sudah karantina dan kegiatan gereja satu pekan ini tidak ada misa dulu,” kata Uskup Purwokerto Mgr Christophorus Tri Harsono saat dikonfirmasi melalui aplikasi percakapan oleh Kompas di Purwokerto, Banyumas, Sabtu (1/8/2020) siang.
Sekretaris Keuskupan Purwokerto Pastor FX Bagyo Purwosantoso, Pr menambahkan, tes usap tenggorokan telah dilakukan petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas di kompleks Gereja Katedral Purwokerto. Peserta tes usap di antaranya romo (pastor) dari Gereja Katedral Purwokerto, wisma Marga Siswa, wisma Keuskupan Purwokerto, dan Paroki Santo Yosep Purwokerto Timur.
Bagyo menambahkan, setelah mendapatkan informasi kasus positif pada Rabu lalu, pihaknya meniadakan peribadatan publik di gereja pada hari Kamis, Jumat, dan Sabtu ini. ”Dinas kesehatan sudah datang dan menyemprot disinfektan di gereja, pastoran, dan keuskupan. Mereka (pastor dan karyawan) sebetulnya tidak terlihat sakit,” ujarnya.
Sebelumnya, Bupati Banyumas Achmad Husein melalui video yang disiarkan langsung lewat akun media sosialnya menyampaikan, total pasien Covid-19 di Kabupaten Bayumas hingga saat ini tercatat 194 orang. ”Di Gereja Katedral ada lima (positif). Semuanya sudah diatasi dan ditutup sementara peribadatannya,” katanya.
Dinas kesehatan sudah datang dan menyemprot disinfektan di gereja, pastoran, dan keuskupan. Mereka (pastor dan karyawan) sebetulnya tidak terlihat sakit. (Romo Bagyo Purwosantoso)
Selain di gereja, lanjut Husein, tambahan kasus positif itu juga didapatkan dari hasil tes usap massal. Mereka terdiri dari 3 orang yang terjaring dari razia masker, 14 orang di instansi pemerintah dan negara, 40 orang di pasar seluruh Banyumas, serta 25 tenaga medis di puskesmas dan rumah sakit.
Dari total 194 orang yang positif, sebanyak 158 orang dinyatakan sembuh, 5 orang meninggal, 27 orang dirawat, serta 4 orang isolasi mandiri. ”Isolasi mandiri itu misalnya anak-anak, ibu hamil yang sebentar lagi melahirkan atau juga punya bayi. Tidak bisa di rumah sakit karena banyak sekali kebutuhannya,” ujarnya.
Menurut Husein, hingga saat ini pemerintah daerah telah melakukan tes reaksi rantai polimerase (PCR) dengan metode pengambilan sampel usap terhadap 3.471 orang. Jumlah ini terbesar kedua di Jawa Tengah atau nomor dua setelah Kota Semarang. Dari jumlah itu, sebanyak 3.390 orang sudah keluar hasilnya dan 89 orang positif.
Pemerintah daerah telah melakukan tes reaksi rantai polimerase (PCR) dengan metode pengambilan sampel usap terhadap 3.471 orang. Jumlah ini terbanyak kedua di Jawa Tengah setelah Kota Semarang. (Achmad Husein)
”Hitungan positivity rate di Banyumas 89 dibagi 3.390, hasilnya 2,62 persen. Ini jauh lebih rendah dari persyaratan WHO dan rata-rata nasional,” kata Husein yang menyebut Banyumas masuk dalam zona kuning penyebaran Covid-19.
Ia berharap masyarakat tetap tenang dan disiplin menerapkan protokol kesehatan dengan bermasker, menjaga jarak, serta rajin mencuci tangan. Untuk mendukung roda perekonomian, Husein akan mengusulkan ke DPRD agar memberikan bantuan permodalan senilai Rp 500.000 kepada 6.000 pelaku UMKM supaya pertumbuhan ekonomi tetap positif.
”Dari data BPS, pertumbuhan ekonomi Banyumas 2 persen. Diharapkan sampai Desember bisa meningkat jadi 3 persen,” katanya.
Sementara itu, di bidang pendidikan, ungkap Husein, pihaknya masih memetakan zona kerawanan Covid-19 untuk menentukan waktu sekolah tatap muka bisa kembali digelar. Menurut rencana, sekolah di zona hijau akan diperkenankan menggelar kegiatan tatap muka dengan penerapan protokol kesehatan, seperti jumlah orang di dalam ruang kelas dibatasi 10 orang, wajib memakai masker, pendataan keluarga siswa yang rentan di rumah, serta semua guru menjalani tes usap.
”Kami bekerja sama dengan Unsoed Purwokerto untuk menentukan zonasi ini. Kalau sudah selesai, zona hijau boleh tatap muka dengan protokol Covid-19. Maksimal di dalam sekolah 10 orang. Ruang harus didisinfektan dan semua guru harus ikut tes swab,” papar Husein.