Tes Usap dan Pelacakan Kasus Covid-19 di Jabar Belum Ideal
Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengakui, rasio tes usap tenggorokan dan pelacakan kasus belum ideal dalam pengendalian Covid-19. Pemda berkomitmen menuntaskan persoalan tersebut.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengakui, rasio tes usap dan pelacakan kasus belum ideal dalam pengendalian Covid-19. Untuk itu, selain bekerja sama dengan pihak swasta untuk memperluas tes usap, pemda juga akan membuat tim khusus pelacakan kasus.
”Kelemahan (dalam penanganan Covid-19) Jabar, mengejar rasio tes (usap tenggorokan) 1 persen dari total penduduk,” ujar Gubernur Jabar Ridwan Kamil dalam rapat koordinasi terkait penanganan Covid-19 di Kota Cirebon, Jabar, Rabu (5/8/2020). Turut hadir Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis dan Bupati Cirebon Imron Rosyadi.
Menurut Ridwan Kamil, Jabar baru menjalankan tes usap tenggorokan dengan pemeriksaan reaksi rantai polimerase terhadap sekitar 160.000 orang. Jumlah ini masih jauh dibandingkan dengan rasio tes usap terhadap 1 persen atau 500.000 orang dari total penduduk Jabar yang hampir 50 juta jiwa.
”Untuk rasio tes, Jabar peringkat kedua terbanyak setelah Jakarta,” ucapnya. Menurut dia, rasio tes Jakarta lebih banyak karena penduduknya sekitar 10 juta, sedangkan Jabar lima kali lipatnya. Apalagi, laboratorium untuk pemeriksaan tes usap di Jabar masih terbatas.
”Rapid test (tes uji cepat) tidak bisa dihitung lagi. Tes itu digunakan kalau keadaan terpaksa, seperti ban serep,” kata Emil, sapaan Ridwan Kamil. Adapun tes uji cepat di Jabar sebanyak 246.964 orang. Namun, akurasi tes uji cepat jauh di bawah tes usap untuk mendeteksi kasus Covid-19.
Berdasarkan data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar, kasus positif Covid-19 di daerah tersebut sebanyak 6.912 orang, 216 orang di antaranya meninggal dan 4.220 orang dinyatakan sembuh. Menurut Emil, jumlah kasus tersebut sudah sesuai jumlah tes yang banyak meskipun belum ideal.
Untuk itu, pihaknya akan bekerja sama dengan pihak swasta demi mengejar target tes usap 1 persen penduduk Jabar. ”Targetnya minggu ini sudah mulai. Kami kejar 50.000 tes per minggu. Dananya dari negara,” kata Emil yang belum mengetahui kapan target pencapaian rasio tes 1 persen dari total penduduk Jabar bisa terwujud
Selain rasio tes yang belum optimal, Emil juga menyoroti lemahnya pelacakan kontak di sejumlah daerah, seperti di Cirebon. ”Cari kontak erat (kasus positif) terlalu sedikit, hanya dua sampai tiga orang. Padahal, hasil pelacakan satu kasus minimal 20 orang,” ungkapnya.
Semakin banyak orang yang teridentifikasi kontak erat dengan kasus positif Covid-19, lanjutnya, semakin cepat pengendalian Covid-19. Oleh karena itu, pihaknya akan menurunkan tim khusus untuk melacak minimal 20 orang dari satu kasus positif yang ditemukan. Tim tersebut bakal membantu pemda dalam menangani kasus Covid-19.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Eni Suhaeni menampik minimnya pelacakan kontak kasus positif Covid-19 di Cirebon. Saat menemukan 16 orang positif Covid-19 di Plered, misalnya, hasil pelacakan dinkes setempat sebanyak 552 orang. Begitu pula kluster Losari. Dari tiga kasus positif, pihaknya menemukan 155 orang kontak erat.
Pihaknya juga telah menganggarkan Rp 20 miliar untuk mengejar target tes usap terhadap 22.000 orang di Cirebon. Saat ini cakupan tes baru 6.916 orang. Hasilnya, sebanyak 77 warga terkonfirmasi positif Covid-19, terbanyak di Jabar bagian timur. ”Kendala kami, kadang warga masih takut tes swab (usap tenggorokan),” ungkapnya.