Jaga Daya Beli, Banyuwangi Perkuat Ketahanan Pangan
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi berupaya menjaga daya beli masyarakat sebagai salah satu penanganan dampak Covid-19. Salah satu langkah konkretnya ialah dengan memperkuat ketahanan pangan.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·2 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, berupaya menjaga daya beli masyarakat sebagai salah satu penanganan dampak Covid-19. Salah satu langkah konkretnya ialah dengan memperkuat ketahanan pangan.
Penguatan ketahanan pangan dilakukan dengan menjaga stok pangan. Hal itu diharapkan mampu menjaga stabilitas harga pangan sehingga daya beli masyarakat tetap terjaga.
Hal itu disampaikan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas ketika ditemui di Banyuwangi, Jumat (7/8/2020). ”Kami harus mengantisipasi dengan berbagai kemungkinan. Ketahanan pangan menjadi penting karena sumber daya kami di daerah mencukupi,” ujarnya.
Anas mengatakan, hal itu diwujudkan dengan mengamankan arus suplai produksi, persediaan, hingga distribusi ke konsumen rumah tangga. Menurut dia, butuh strategi khusus untuk benar-benar mengamankan hulu hingga ke hilir industri pangan lokal.
Anas tidak merinci secara khusus strategi apa yang ia siapkan untuk mengamankan ketahanan pangan di Banyuwangi. Ia hanya menyebut bahwa pihaknya menjaga ketersediaan pangan sebagai salah satu upaya.
”Ketahanan pangan jadi kunci agar tidak resesi. Salah satu yang perlu dilakukan adalah menjaga stok pangan. Dengan demikian, harga jual di masyarakat tidak terlalu tinggi sehingga masyarakat masih mampu untuk membeli,” ujarnya.
Secara terpisah, Kepala Bulog Banyuwangi Prima Agung Nitipraja mengatakan, saat ini persediaan beras Bulog Banyuwangi mencapai 22.200 ton setara beras. Dengan jumlah tersebut, persediaan diklaim aman hingga 10 bulan ke depan.
”Dengan persediaan yang mencapai 22.200 ton dan pengeluaran persediaan melalui program ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga (KPSH) yang mencapai 1.000 ton hingga 2.000 ton per bulan, persediaan pangan di Banyuwangi dipastikan aman hingga 10 bulan ke depan,” tuturnya.
Prima mengakui, jumlah beras yang dikeluarkan tahun ini diprediksi lebih tinggi daripada tahun sebelumnya. Hingga pertengahan tahun, Bulog Banyuwangi sudah mengeluarkan 14.000 ton beras. Padahal, tahun lalu, total persediaan beras yang dikeluarkan dalam setahun hanya 20.000 ton.
”KPSH tahun ini diprediksi lebih tinggi daripada tahun lalu. Jumlah beras yang kami distribusikan memang lebih tinggi karena ada permintaan dari masyarakat. Banyaknya masyarakat yang beraktivitas di rumah saat masa pandemi mungkin menjadi salah satu faktor tingginya kebutuhan,” katanya.
Saat ini, Bulog Banyuwangi juga masih terus melakukan serapan gabah. Tahun ini, target serapan mencapai 18.000 ton gabah dengan realisasi per Agustus sudah mencapai 7.000 ton gabah. Khusus pada Agustus-September, Bulog Banyuwangi menyasar serapan hasil panen gadu. Pada Agustus target serapan 2.000 hingga 3.000 ton gabah.