Abu Gunung Sinabung Rusak 1.483 Hektar Ladang Petani
Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, meletus dengan skala besar dengan tinggi kolom abu 5.000 meter dan 2.000 meter, Senin (10/8/2020). Paparan abu juga merusak 1.483 hektar ladang pertanian.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
KABANJAHE, KOMPAS — Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, meletus dengan skala besar dengan tinggi kolom abu 5.000 meter dan 2.000 meter, Senin (10/8/2020). Letusan menghasilkan hujan abu pekat yang sangat mengganggu aktivitas warga. Paparan abu juga merusak 1.483 hektar ladang pertanian.
Pantauan Kompas, abu pekat memapar empat kecamatan di Kabupaten Karo, yakni Berastagi, Merdeka, Dolat Rayat, dan Namanteran. Kecamatan Sibolangit di Kabupaten Deli Serdang juga terpapar abu. Dampak paling parah terjadi di Kecamatan Namanteran yang berada sekitar 5 kilometer dari Sinabung.
Abu menumpuk dengan ketebalan lebih dari 2 sentimeter di jalan, atap bangunan, dan ladang warga. Warga yang keluar rumah melindungi diri dengan memakai masker, pakaian yang menutup hampir semua badan, dan topi. Abu pun tampak menempel di pakaian warga. Setiap kali kendaraan melintas, abu beterbangan dan membuat jarak pandang semakin pendek.
Yahya Ginting (56), warga Kecamatan Namanteran, mengatakan, warga mendengar suara gemuruh saat Sinabung meletus. Desa pun berubah menjadi sangat gelap karena ditutupi abu vulkanis. ”Suasananya seperti malam hari. Kami yang sedang berada di ladang panik dan lari ke rumah,” katanya.
Menurut Yahya, dampak paling besar dari letusan Sinabung tersebut adalah kerusakan lahan pertanian. ”Saya seharusnya memanen 5 ton kembang kol. Namun, semuanya rusak terpapar abu,” kata Yahya.
Dengan harga kembang kol Rp 2.000 per kilogram, Yahya mengalami kerugian Rp 10 juta. Kerugian itu belum termasuk dari kerusakan tanaman perkebunan seperti kopi yang produksinya menurun. Padahal, petani di Karo juga sedang mengalami penurunan pendapatan karena harga yang anjlok akibat pandemi Covid-19.
Kerugian serupa dialami Nursinta Simanjuntak (50), warga Namanteran. Empat ton brokoli yang seharusnya panen dalam sepekan ke depan rusak terpapar abu. Ia pun mencoba membersihkan tanamannya. Namun, sebagian besar tidak bisa diselamatkan. Para petani pun berharap bisa mendapat bantuan pemerintah untuk mengurangi dampak kerugian mereka.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karo Metehsa Karo-Karo mengatakan, pihaknya sudah mendata dampak kerusakan ladang pertanian petani dan mendapatkan angka 1.483 hektar. Kerusakan paling parah tejadi pada tanaman hortikultura, terutama kembang kol, kentang, kubis, petsai, cabai merah, dan tomat. ”Petani sangat merugi akibat letusan Sinabung. Kami sedang mengusulkan bantuan untuk pertanian, yakni bibit, pupuk, dan pestisida,” kata Metehsa.
Kami sedang mengusulkan bantuan untuk pertanian, yakni bibit, pupuk, dan pestisida. (Matehsa Karo-Karo)
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo Natanael Peranginangin mengatakan, mereka berfokus membersihkan tumpukan abu dari jalan karena sangat mengganggu aktivitas warga. Pihaknya menurunkan mobil pemadam kebakaran dan kendaraan taktis meriam air kepolisian. ”Kami juga membagikan masker untuk warga,” katanya.
Natanael mengatakan, penjagaan di jalan masuk menuju zona merah bahaya letusan Gunung Sinabung kini diperketat. Zona merah mencakup radius 3 kilometer dari puncak gunung. Khusus sektor timur-utara zona merah diperluas hingga radius 4 kilometer dan selatan-timur hingga radius 5 kilometer karena merupakan jalur awan panas guguran.
Pengamat di Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Armen Putra, mengatakan, pihaknya meminta warga mewaspadai peningkatan aktivitas Sinabung, beberapa hari ini. ”Masyarakat bisa menghindari bahaya dengan tidak masuk ke zona merah,” katanya.
Aktivitas kegempaan, misalnya, terus meningkat tajam yang didominasi tremor, vulkanik dalam, gempa embusan, dan frekuensi rendah. Namun, pihaknya belum bisa mengamati volume kubah lava karena masih tertutupi awan.
Setelah hampir tidak ada aktivitas selama lebih dari setahun, Sinabung kembali meletus sejak Sabtu (8/8/2020). Sebelumnya, Sinabung terakhir kali meletus pada 9 Juni 2019, beberapa hari setelah statusnya diturunkan dari Awas menjadi Siaga pada 20 Mei 2019.