Jalani Tes Ulang, 44 Pasien Positif di Kota Tegal Dinyatakan Sembuh
Dinas Kesehatan Kota Tegal, Jawa Tengah, mengumumkan kesembuhan 44 pasien positif di daerahnya, Rabu (12/8/2020). Mereka tercatat sebagai pasien sembuh setelah melakukan dua kali tes usap ulang.
Oleh
KRISTI UTAMI/ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
TEGAL, KOMPAS — Kurang dari sepekan setelah mengumumkan kasus positif baru Covid-19, Dinas Kesehatan Kota Tegal, Jawa Tengah, mengumumkan kesembuhan 44 pasien positif di daerahnya, Rabu (12/8/2020). Mereka dicatatkan sebagai pasien sembuh setelah melakukan dua kali tes usap ulang untuk mendapatkan opini alternatif.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tegal Sri Primawati Indraswari mengatakan, 44 pasien tersebut dinyatakan positif Covid-19 berdasarkan tes usap yang dilakukan Kamis (30/7/2020) dan Sabtu (1/8/2020). Selanjutnya, 44 pasien tersebut menjalani tes usap ulang untuk mendapatkan opini kedua dan ketiga.
Tes usap ulang itu dilakukan serentak dalam tiga gelombang. Gelombang pertama diikuti 2 orang pada Senin (3/8/2020), gelombang kedua diikuti 24 orang pada Kamis (6/8/2020), dan gelombang ketiga diikuti 18 orang pada Sabtu (8/8/2020).
Saat ditanya apakah tes usap ulang massal itu difasilitasi Pemerintah Kota Tegal, Prima membantah. Menurut dia, keputusan melakukan tes ulang untuk mendapatkan opini kedua dan ketiga itu diputuskan oleh para pasien.
”(Tes ulang untuk mendapatkan opini alternatif) Itu pilihan pasien,” kata Prima dalam konferensi pers, Rabu petang, di Pendopo Balai Kota Tegal.
Sebelumnya, setelah sebulan mengklaim nol kasus, Pemkot Tegal baru mengumumkan adanya tambahan 28 kasus positif di daerahnya, Jumat (7/8/2020). Kemudian, pada Senin (10/8/2020), Wakil Wali Kota Tegal Muhamad Jumadi kembali mengumumkan penambahan 18 kasus baru di daerah itu. Pada hari yang sama, Jumadi menuturkan, pihaknya masih menunggu hasil tes usap ulang pasien-pasien positif untuk mendapatkan diagnosis alternatif.
”Mudah-mudahan orang-orang yang kami mintakan third opinion hasilnya negatif,” ujar Jumadi.
Dalam konferensi pers, Rabu petang, sedikitnya 10 orang yang dinyatakan negatif Covid-19 berdasarkan hasil tes usap ulang dihadirkan. Setelah dinyatakan negatif Covid-19, mereka sudah diperkenankan untuk beraktivitas kembali di tengah masyarakat. Kendati demikian, saat akan diwawancara, mereka menolak dengan alasan sedang terburu-buru.
Berdasarkan catatan Kompas, laman informasi Covid-19 Kota Tegal pada Senin (10/8/2020) menunjukkan, terdapat 51 orang terkonfirmasi positif yang dirawat atau isolasi di dalam ataupun luar kota. Sehari setelahnya, pasien positif dirawat atau isolasi tinggal sembilan orang dan belum berubah hingga Rabu (12/8/2020). Adapun secara kumulatif, tercatat 67 kasus positif di kota tersebut.
Dihubungi secara terpisah, epidemiolog Universitas Diponegoro, Semarang, Ari Udijono, mengatakan, pergerakan orang di jalur pantai utara (pantura) Jawa, setidaknya setelah Lebaran, terbilang tinggi. Ada kecenderungan orang berhenti di wilayah pantura untuk menyantap kuliner. Artinya, potensi penularan Covid-19 akan selalu ada karena virus tak mengenal batas wilayah.
”Mereka yang lewat pantura biasanya akan berhenti, seperti di Tegal, Brebes, dan Pekalongan, untuk beristirahat dan menyantap kuliner. Menurut saya, tidak mungkin jika satu daerah sama sekali tak ditemui kasus,” kata Ari.
Kendati demikian, saat akan diwawancara mereka menolak dengan alasan sedang terburu-buru.
Ia menambahkan, berbahaya jika ada satu daerah cenderung menyepelekan Covid-19. Dalam hal ini, kepemimpinan menjadi kunci. Pemimpin harus memberikan contoh untuk terus menerapkan protokol kesehatan. Sebab, pemimpin akan diikuti, terlebih jika memiliki pengaruh atau banyak pendukung.
”Seperti kompetisi (olahraga), mempertahankan itu lebih sulit (daripada meraih). Maka, jika ada satu daerah benar-benar hijau, justru kewaspadaan tak boleh distop. Harus lebih ketat lagi dalam memakai masker dan menjaga jarak, bukan sebaliknya. Juga tes (usap) tak boleh berhenti,” ujarnya.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Tegal, Edy Suripno, juga menyesalkan masih minimnya jumlah tes massal di Kota Tegal. Edy berharap penemuan kasus positif Covid-19 baru membuat pemerintah semakin gencar dalam melakukan tes.
Tak hanya untuk para petugas kesehatan, tes massal juga perlu dilakukan kepada semua pejabat di lingkungan Pemerintah Kota Tegal, terutama yang tugasnya bertalian dengan pelayanan masyarakat. Dengan begitu, potensi penyebaran Covid-19 dari pejabat daerah bisa ditekan.
”Mereka yang akan bekerja melayani masyarakat harus dipastikan bersih dari Covid-19. Jangan sampai pejabat malah menyebarkan atau membawa virus itu,” ucap Edy.
Menurut Edy, pihaknya sudah berulang kali mendesak pemerintah setempat untuk menambah kapasitas tes. Pada awal pandemi, Pemerintah Kota Tegal mengalokasikan anggaran Rp 60 miliar untuk mengatasi pandemi Covid-19. Hingga saat ini, anggaran yang terpakai Rp 30 miliar.
”Kami dari awal sudah memberikan keleluasaan bagi pemerintah kota untuk memanfaatkan anggaran tersebut, tetapi malah baru digunakan separuhnya. Sekarang, anggaran yang ada itu silakan dimanfaatkan untuk tes massal,” kata Edy.
Tak hanya Edy, sejumlah pihak juga sempat mengkritisi kinerja Pemkot Tegal dalam melakukan tes massal. Prima menambahkan, hingga Senin, jumlah tes usap sudah dilakukan kepada 779 orang di Kota Tegal. Jumlah tersebut belum bertambah jika dibandingkan dengan yang diungkapkan Jumadi dalam konferensi pers Jumat lalu. Saat itu, Jumadi mengatakan, tes usap dilakukan kepada 779 orang.
”Hingga hari ini, kami masih terus melakukan tes usap kepada kontak erat pasien positif. Kami juga belum bisa mengirim sampel usap karena laboratorium yang di Semarang penuh, mereka tidak mau menerima,” tutur Prima.
Sebelum penambahan kasus positif baru, Kota Tegal tercatat sebagai daerah zona hijau satu-satunya di wilayah pantura barat Jateng. Status zona hijau kemudian menjadi salah satu alasan pemerintah setempat berencana membubarkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Rencana itu kemudian batal setelah mendapatkan masukan dari sejumlah pihak.