Sinabung Terus Erupsi, Kerugian Petani Mencapai Rp 170,4 Miliar
Gunung Sinabung di Sumatera Utara masih terus erupsi dan mengeluarkan abu vulkanis. Kerugian petani semakin dalam akibat kerusakan tanaman yang kini mencapai 6.826 hektar dengan kerugian Rp 170,4 miliar.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
KABANJAHE, KOMPAS — Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, masih terus erupsi dan mengeluarkan abu vulkanis. Beban petani semakin dalam akibat kerusakan tanaman yang kini mencapai 6.826 hektar dengan kerugian Rp 170,4 miliar. Petani pun kian terpuruk dan berharap mendapat bantuan dari pemerintah.
”Abu vulkanis hasil letusan Sinabung membuat tanaman hortikultura rusak hingga gagal panen. Petani pun semakin merugi karena erupsi yang masih terus terjadi hampir setiap hari,” kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karo Metehsa Karo-Karo, Kamis (20/8/2020).
Metehsa mengatakan, kerugian terbesar akibat erupsi Sinabung adalah kerusakan ladang pertanian. Abu vulkanis hasil letusan Sinabung memapar hampir semua ladang warga di enam kecamatan, yakni Namanteran, Merdeka, Dolat Rayat, Simpang Empat, Berastagi, hingga Kabanjahe.
Metehsa mengatakan, daerah di lingkar Gunung Sinabung merupakan sentra hortikultura yang sangat subur yang memasok kebutuhan sejumlah daerah di Sumut, Riau, Kepulauan Riau, Aceh, hingga Jakarta. Produk hortikultura dari Sinabung, khususnya wortel dan kentang, juga diekspor ke Singapura dan Malaysia.
Setelah setahun hampir tidak ada aktivitas, Sinabung kembali erupsi pada Sabtu (8/8/2020). Kini, Sinabung pun hampir setiap hari erupsi. Abu vulkanis hasil letusannya menempel di daun, buah, dan menumpuk di lahan. Ladang yang sebelumnya berwarna hijau pun berubah menjadi abu-abu. ”Tanaman rusak hingga mati setelah beberapa hari terpapar abu,” kata Metehsa.
Komoditas pangan yang paling banyak rusak adalah tomat dengan kerugian Rp 46,6 miliar, disusul cabai merah Rp 41,8 miliar, kentang Rp 33,9 miliar, dan wortel Rp 9,3 miliar. Empat komoditas itu merupakan unggulan di Karo. Komoditas lain yang terpapar abu adalah cabai rawit, kubis, kembang kol, jagung, dan bunga krisan.
Metehsa mengatakan, mereka telah meminta bantuan kepada Pemerintah Kabupaten Karo, Pemprov Sumut, dan pemerintah pusat. ”Bantuan yang dibutuhkan petani saat ini adalah bibit, pupuk, pestisida, dan bantuan pinjaman modal,” kata Metehsa.
Yahya Ginting (56), warga Kecamatan Namanteran, mengatakan, letusan Sinabung yang terjadi hampir dua pekan terakhir membuat kebun kembang kol miliknya rusak total. ”Seharusnya saya bisa memanen 5 ton kembang kol, tetapi semuanya rusak total terkena abu Sinabung,” katanya.
Dengan harga kembang kol Rp 2.000 per kilogram, ia mengalami kerugian Rp 10 juta. Selama pandemi Covid-19, petani juga sudah mengalami kerugian karena harga anjlok. Harga kembang kol, misalnya, jatuh dari sebelumnya Rp 6.000 per kilogram. ”Jika dihitung dengan harga sebelum pandemi, kerugian saya mencapai Rp 30 juta,” kata Yahya.
Yahya juga mengalami kerugian karena produksi kebun kopinya yang anjlok akibat terpapar abu. Seharusnya, Agustus ini dia menikmati panen raya dengan produksi 100 kilogram biji kopi kering per minggu. Dengan harga Rp 20.000 per kilogram, ia bisa mendapat Rp 2 juta per minggu. ”Setelah Sinabung meletus, hampir tidak ada produksi karena bunganya gugur,” kata Yahya.
Pengamat di Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Armen Putra, mengatakan, aktivitas Sinabung terus meningkat. ”Erupsi dan awan panas pun kami perkirakan masih akan terjadi dalam beberapa waktu ke depan,” katanya.
Armen mengatakan, aktivitas kegempaan Sinabung kini meningkat, khususnya gempa jenis frekuensi rendah, embusan, letusan, tektonik jauh, dan tremor menerus. Kegempaan itu menunjukkan masih adanya aliran energi dan fluida dari dapur magma ke permukaan.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo Natanael Karo-Karo mengatakan, selain kerusakan ladang pertanian, dampak dari abu vulkanis adalah terganggunya aktivitas masyarakat karena abu menumpuk di jalan, rumah, dan atap warga. Mereka pun kini berfokus membersihkan jalan dari tumpukan abu.