”Positivity Rate” Masih Tinggi, Infeksi Covid-19 di NTB Belum Bisa Dikendalikan
Penambahan kasus baru di Nusa Tenggara Barat cenderung menurun. Hanya saja, infeksi masih belum bisa dikendalikan karena ”positivity rate” Covid-19 di provinsi itu masih tinggi.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Persentase orang yang memiliki hasil tes positif Covid-19 dibandingkan dengan jumlah pengetesan di Nusa Tenggara Barat masih tinggi. Selain itu, angka kematian terkait Covid-19 juga meningkat.
Hingga Senin (24/8/2020) siang, total pasien positif Covid-19 di Nusa Tenggara Barat (NTB) mencapai 2.595 orang. Dari jumlah itu, 1.889 orang dinyatakan sembuh, 148 orang meninggal, serta 558 orang masih positif dan dalam perawatan.
Kepala Dinas Kesehatan NTB Nurhadini Eka Dewi, melalui siaran resmi secara daring, mengatakan, ada dua hal yang harus dilihat dalam memantau perkembangan kasus Covid-19. Pertama, meski jumlah kasus baru cenderung turun seminggu terakhir, persentase orang yang memiliki hasil tes positif Covid-19 dibandingkan dengan jumlah pengetesan (positivity rate) masih tinggi.
Menurut Eka, dari 24.924 sampel yang diperiksa sejak Februari hingga Senin, total ada 2.595 kasus positif. Hal itu membuat positivity rate NTB mencapai 10,4 persen. Pada Senin kemarin, misalnya, dari 101 sampel yang diperiksa, 81 sampel negatif, 6 positif ulangan, dan 14 sampel kasus baru positif Covid-19. Menurut Eka, positivity rate hari itu mencapai 14,7 persen.
”Itu masih jauh di atas angka di mana pengendalian Covid-19 bisa dilakukan, yakni di bawah 5 persen,” kata Eka.
Menurut Eka, positivity rate adalah salah satu indikator keberhasilan dalam mengendalikan infeksi Covid-19. ”Walau jumlah kasus menurun, positivity rate masih meningkat. Kita belum bisa mengendalikan kasus dan infeksi Covid-19 di NTB,” kata Eka.
Kedua hal itu, kata Eka, tidak boleh bertentangan, tetapi harus sejalan. ”Kita baru dianggap berhasil jika kasus turun dan positivity rate menurun,” kata Eka.
Hal kedua yang jadi perhatian adalah meningkatnya kasus kematian. Menurut Eka, angka kematian secara nasional berada pada 3,6-4,7 persen. Sementara di NTB, yang semula 1 persen, sekarang mencapai 5,7 persen.
”Hal itu menandakan kita belum sepenuhnya mengendalikan transmisi lokal. Sebagian besar yang meninggal adalah kelompok usia rentan, yakni warga lanjut usia. Mereka tertular dari pembawa yang tidak menunjukkan gejala dan tidak melaksanakan protokol kesehatan dengan baik,” kata Eka.
Masih berlangsungnya transmisi lokal, kata Eka, berakibat fatal kepada kelompok dengan risiko tinggi, termasuk yang memiliki penyakit penyerta, seperti diabetes, hipertensi, jantung, ginjal, asma, dan tuberkulosis.
”Tidak hanya warga lansia, tetapi juga dengan bayi, anak balita, dan para ibu hamil,” kata Eka.
Eka mencatat, total ada 35 ibu hamil yang positif Covid-19. Mereka kemudian dirawat dan ada yang melahirkan. Dari bayi yang lahir, tiga bayi di antaranya positif.
”Selain itu, ada tiga ibu hamil dan pasca-melahirkan yang meninggal. Artinya, jumlahnya mendekati 10 persen. Oleh karena itu, mari jaga saudara, anak, orangtua kita yang berisiko tinggi,” kata Eka.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 NTB Lalu Gita Ariadi mengatakan, di samping terus menelusuri riwayat kontak pasien positif, mereka juga terus meminta masyarakat disiplin menerapkan protokol kesehatan. ”Mengatasi pandemi Covid-19 butuh kesabaran dan disiplin kuat agar bisa menerapkan protokol kesehatan dalam seluruh aktivitas,” kata Gita.
Ke depan, kata Gita, sosialisasi penerapan protokol kesehatan terus digencarkan serta melibatkan seluruh elemen, baik pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, maupun berbagai komunitas dan organisasi masyarakat yang ada.
Menurut Kepala Bidang Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi NTB Emirald Isfihan, saat ini vaksin Covid-19 belum ditemukan. Oleh karena itu, agar tetap bisa bertahan, masyarakat harus disiplin menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak.
”Selain itu, kita juga harus menjalani pola hidup bersih dan sehat dengan rajin berolahraga serta makan makanan bergizi. Jangan lupa tetap bahagia dan jangan stres untuk menjaga imun kita tetap kuat,” kata Emirald.