Grafik Kasus di Kalbar Melampaui Puncak Tertinggi Gelombang Pertama
Pertumbuhan kasus Covid-19 di Kalimantan Barat gelombang kedua melampaui puncak tertinggi kasus gelombang pertama. Penyebabnya, selain tes kian meningkat, juga karena kedisiplinan menjalankan protokol lemah.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·4 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Pertumbuhan kasus Covid-19 di Kalimantan Barat gelombang kedua melampaui puncak tertinggi. Pertumbuhan ini melampaui kasus gelombang pertama. Hal itu terjadi selain tes dan pelacakan yang kian meningkat, juga karena kedisiplinan masyarakat menjalankan protokol kesehatan masih lemah.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Harisson, Selasa (25/8/2020), menuturkan, berdasarkan pemeriksaan laboratorium Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak dan Rumah Sakit Umum Daerah Soedarso Pontianak, kasus baru kembali muncul. Kasus baru di Kalimantan Barat (Kalbar) sebanyak 27 orang pada Selasa (25/8/2020).
Perlu kita ketahui bersama bahwa kalau kita ikuti grafik pertumbuhan kasus, maka pada hari ini grafiknya sudah melewati puncak tertinggi dari grafik gelombang pertama.
Kasus baru tersebut tersebar di Kota Pontianak dua orang, Kabupaten Kapuas Hulu 18 orang, Kabupaten Landak empat orang, dan di Kabupaten Ketapang ada tiga orang. Kasus yang di Kapuas Hulu merupakan hasil pelacakan dan tes terhadap kontak erat salah satu kasus konfirmasi Covid-19, yakni petugas kesehatan di Puskesmas Putussibau Utara.
Petugas kesehatan tersebut bertugas di bagian loket yang melayani pasien dalam administrasi rekam medis. Ia tertular dari pasien yang berkunjung. ”Setelah ditelusuri pihak yang kontak erat dengan tenaga kesehatan ini, ada 18 orang,” ujar Harisson.
Sementara itu, tiga kasus yang di Ketapang merupakan pemeriksaan lanjutan dari sampel yang tersisa di Untan. Kasus di Ketapang merupakan hasil pemeriksaan dari kasus di salah satu pusat perbelanjaan beberapa waktu lalu.
Dengan demikian, secara kumulatif hingga Selasa (25/8/2020) kasus konfirmasi Covid-19 di Kalbar 605 orang. Sebanyak 448 orang di antaranya sudah dinyatakan sembuh dan empat orang meninggal. Kasus aktif sebanyak 153 orang.
”Perlu kita ketahui bersama bahwa kalau kita ikuti grafik pertumbuhan kasus, pada hari ini grafiknya sudah melewati puncak tertinggi dari grafik gelombang pertama. Kalau grafik di gelombang pertama, paling tinggi kasusnya 137 orang. Akan tetapi, sekarang, di gelombang kedua sudah mencapai 153 orang. Ini perlu menjadi perhatian semua,” tutur Harisson.
Kasus Covid-19 gelombang pertama di Kalbar sempat berakhir pada 22 Juli. Pada 22-24 Juli sempat tidak ada kasus Covid-19 di Kalbar. Selanjutnya kasus merangkak naik, sehingga hari ini (Selasa) kasusnya melampaui puncak gelombang pertama.
”Masyarakat saat ini menganggap situasi sudah normal dalam melakukan aktivitas tanpa protokol kesehatan. Maka banyak masyarakat tertular. Di samping itu, tes terhadap masyarakat juga masif dilakukan,” ujarnya.
Jalankan protokol
Semua pihak harus menjalankan protokol kesehatan. Sebab, di luar kemungkinan sudah ada kasus konfirmasi Covid-19, hanya mungkin belum terdeteksi. Pelacakan dan tes terus dilakukan. Jika ada kasus baru, langsung diisolasi.
Selain ada tempat isolasi yang disiapkan pemerintah, ada juga isolasi mandiri. Untuk tempat isolasi mandiri, sebelum pasien diisolasi, pemerintah meninjau terlebih dahulu tempat isolasi untuk memastikan penderita tidak akan keluar rumah saat diisolasi.
Pemerintah Provinsi Kalbar dalam peraturan gubernur yang telah diterbitkan pada Senin (24/8/2020) telah mengatur sejumlah hal. Pemerintah kabupaten/kota yang belum memiliki laboratorium pemeriksaan tes usap wajib mengirim sampel uji usap minimal 200 per minggu.
Penjagaan di bandara dan pelabuhan terus dilakukan agar tidak masuk kasus baru dari luar. Bahkan, tes usap secara acak akan terus dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar kepada penumpang yang baru tiba.
Kepala Departemen Kedokteran Komunitas di Fakultas Kedokteran Untan Pontianak Agus Fitriangga menilai, untuk menentukan gelombang pertama atau kedua kasus Covid-19, harus melihat kurva epidemiologi. ”Data Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar kemungkinan sudah lengkap soal itu,” kata Agus.
Kalau misalnya demikian, berarti kenaikan kasus ini ditentukan beberapa faktor. Mungkin saja, sekarang testing (pemeriksaan), tracing (pelacakan), dan treatment (pengobatan) sudah dilakukan sebagai mana mestinya.
”Jika demikian, mungkin kita memang sudah masuk gelombang kedua. Kabupaten/kota juga sudah diberi target berapa jumlah sampel yang harus dites. Kalau sekarang kasus meningkat, bisa juga karena pemeriksaan yang semakin meningkat,” ujarnya.
Selain itu, masyarakat juga masih tidak disiplin menjalankan protokol kesehatan sehingga mudah terkena Covid-19. Untuk itu, perlu edukasi terus-menerus kepada masyarakat. Jangan sampai masyarakat lengah dalam pencegahan Covid-19.
Jangan sampai pula masyarakat percaya isu menyesatkan. Masyarakat harus menyaring informasi yang belum jelas kebenarannya, misalnya terkait isu bahwa obat sudah ditemukan, sementara kebenaran ilmiahnya belum jelas. Isu demikian bisa melemahkan kewaspadaan.