Pembangunan Bandara Sam Ratulangi dan Pengembangan Pariwisata di Sulut Berjalan Beriringan
Proyek perluasan Bandara Sam Ratulangi di Manado, Sulawesi Utara, tetap berlanjut di tengah pandemi Covid-19 dan ditargetkan selesai akhir 2020. Pemerintah Provinsi Sulut juga mempersiapkan berbagai destinasi wisata.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Proyek perluasan Bandara Sam Ratulangi di Manado, Sulawesi Utara, tetap berlanjut di tengah pandemi Covid-19. Proyek bernilai Rp 477 miliar untuk menopang pariwisata di Sulut itu ditargetkan selesai akhir tahun ini. Sementara itu, Pemerintah Provinsi Sulut terus berupaya mempersiapkan berbagai destinasi wisata di Manado dan sekitarnya.
Aktivitas pengerjaan konstruksi di Bandara Sam Ratulangi, yang dilaksanakan PT Adhi Karya, terpantau hingga sore hari, Kamis (27/8/2020). Para pekerja mulai menggarap jalan baru di sisi kiri gerbang masuk bandara. Kerangka gedung terminal baru, yang berupa kolom-kolom beton, juga sedang dalam tahap pengerjaan.
Communication and Legal Manager PT Angkasa Pura I Cabang Bandara Sam Ratulangi Rendy Anindito mengatakan, laju pembangunan hingga Minggu (23/8/2020) telah mencapai 28 persen sejak dimulai pada Maret 2020. Semua area dikerjakan bersamaaan, mulai dari terminal baru dan terminal yang sudah ada, area parkir, hingga gedung-gedung lainnya.
”Saat ini, pengembangan terminal baru masih pada zona 1, yaitu struktur arsitektur gedung. Pengaspalan jalan juga sedang berlangsung,” kata Rendy.
Menurut rencana, luas terminal Bandara Sam Ratulangi akan menjadi dua kali lebih besar dari 26.841 meter persegi menjadi 57.296 meter persegi. Kapasitas penumpang yang dapat ditampung di gedung itu juga akan meningkat dua kali lipat, dari kisaran 2,6 juta orang per tahun menjadi 5,7 juta orang per tahun.
Luas area parkir untuk kendaraan roda empat juga akan meningkat dari 350 unit menjadi 650 unit. Adapun kapasitas parkir untuk kendaraan roda dua akan meningkat dari 734 unit menjadi 760 unit.
Pengerjaan bandara ini sempat terhambat keterlambatan pengiriman material. Sebab, bahan bangunan yang didatangkan dari luar negeri dan Jakarta itu terhambat produksi pabrik yang aktivitasnya sempat terhenti dan menurun akibat Covid-19.
Untuk mengatasi keterlambatan itu, kini tak kurang dari 300 tenaga kerja dikerahkan demi memastikan proyek ini selesai tepat waktu pada akhir 2020. Tanpa menyebut jumlah tepatnya, Rendy mengatakan, sebagian kecil pekerja adalah warga lokal Sulut. Ia juga tidak menyebutkan anggaran yang dialokasikan untuk upah pekerja.
”Kami belum bisa menjawab pertanyaan terkait penggunaan dana karena sepenuhnya dikelola pihak pelaksana. Laporan biasanya baru diterima setelah proyek selesai,” kata Rendy.
Rendy menambahkan, jika perluasan bandara telah selesai pada saat pandemi Covid-19 belum mereda, pihaknya akan berupaya membujuk pihak-pihak pembuat kebijakan agar membuka peluang pariwisata. ”Terminal ini dibangun tentunya dengan harapan lebih banyak wisatawan domestik dan mancanegara yang datang ke Sulut,” kata Rendy.
Perluasan bandara ini seiring dengan rencana pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata di Likupang Timur, Minahasa Utara. Gubernur Sulut Olly Dondokambey telah menetapkan target kedatangan 1 juta wisatawan pada 2025. KEK ini, menurut rencana, menjadi bagian dari destinasi superprioritas Manado-Bitung-Likupang.
Olly juga berharap, KEK pariwisata seluas 396 hektar itu bisa menarik tidak kurang dari 162.000 wisatawan mancanegara setiap tahun. Sebelum pandemi Covid-19, jumlah pelancong dari luar negeri yang mengunjungi Sulut lewat jalur udara mencapai 122.000 orang.
Selagi menunggu penyelesaian perluasan bandara, upaya pengembangan pariwisata juga terus berlangsung. Di area Bendungan Kuwil Kawangkoan, misalnya, dibuat pula Taman Wisata Budaya Waruga seluas 3,1 hektar senilai Rp 33 miliar. Waruga adalah kubur batu dari peradaban megalitikum di Minahasa.
Sebelum pandemi Covid-19, jumlah pelancong dari luar negeri yang mengunjungi Sulut lewat jalur udara mencapai 122.000 orang.
”Ini adalah bagian dari upaya kita menjaga dan melestarikan budaya Sulut. Taman budaya ini juga sekaligus langkah strategis untuk menjadikan kebudayaan sebagai kekuatan untuk pembangunan ekonomi dan kemajuan Sulut,” kata Olly.
Di Pulau Bunaken, Manado, Pemprov Sulut juga menyediakan rumah swadaya untuk mendukung wilayah strategis pariwisata Manado-Bitung-Likupang. Rumah swadaya ini diharapkan bisa dikembangkan warga menjadi penginapan (homestay). Kini, telah dibanguan 32 rumah dari target 300 rumah.
Olly juga telah menandatangani surat untuk mengizinkan wisatawan kembali menyambangi Taman Nasional Bunaken untuk wisata bahari. ”Jika pariwisata sudah pulih lagi, semoga setiap rumah bisa menyediakan setidaknya dua kamar untuk disewakan,” katanya.
Untuk mempersiapkan sumber daya manusia di bidang pariwisata, Pemprov Sulut juga memulai pembangunan SMK Negeri Pariwisata. Proyek nasional yang dibiayai APBN senilai Rp 3,56 miliar ini untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di KEK Pariwisata Likupang. Pengadaan peralatan akan memakan biaya Rp 2,5 miliar.
Di sisi lain, Sulut masih menghadapi peningkatan kasus Covid-19. Saat ini, dengan tingkat reproduksi kasus (Rt) mencapai angka 1,00, Sulut sudah memiliki 3.613 kasus akumulasi Covid-19, dengan 919 kasus di antaranya kasus aktif. Namun, juru bicara Gugus Tugas Covid-19 Sulut, dr Steaven Dandel, mengatakan, aktivitas masyarakat sudah tidak mungkin dihambat lagi.
”Aktivitas ekonomi dan sosial sudah kembali seperti semula. Tidak mungkin juga untuk menghentikannya lagi. Karena itu, kami akan fokus melacak sebaran kasus yang ada di masyarakat karena 85 persen kasus kita adalah kasus tanpa gejala,” ucapnya.