Surabaya Siapkan Protokol untuk Pergelaran Seni dan Budaya
Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, merumuskan protokol kesehatan untuk pergelaran seni dan budaya dalam masa pandemi Covid-19. Sejak pandemi melanda, pekerja seni terimpit karena tak dapat menggelar pertunjukan seni.
Oleh
IQBAL BASYARI/AMBROSIUS HARTO
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, merumuskan protokol kesehatan bagi pergelaran seni dan budaya dalam masa wabah Covid-19 akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2). Hal ini penting karena sejak pandemi melanda, aktivitas kesenian turut terdampak kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya Antiek Sugiharti di Surabaya, Kamis (27/8/2020), mengatakan, pihaknya kini tengah membahas aturan pelaksanaan pertunjukan seni dan budaya di Surabaya. Aturan diperlukan agar di satu sisi pekerja seni bisa tetap mementaskan karya dengan aman, dan di sisi lain tidak menimbulkan kluster penularan baru.
”Dari hasil kajian Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi), pertunjukan di tempat terbuka dengan banyak penonton memiliki potensi penularan cukup besar. Kami akan mencari solusi terbaik,” kata Antiek.
Sejak pandemi melanda pada pertengahan Maret 2020, pekerja seni sebenarnya tidak dilarang tampil. Mereka tetap diperbolehkan bekerja, tetapi sebagai pengisi hiburan di acara-acara hajatan yang jumlah penontonnya terbatas.
Namun, untuk pertunjukan massal, hal itu belum bisa dilakukan mengingat potensi penularan Covid-19 dalam kerumunan orang. Bahkan, pertunjukan rutin di Gedung Balai Pemuda setiap akhir pekan untuk sementara waktu masih ditiadakan.
Menurut Antiek, pembatasan itu sangat merugikan para pekerja seni. Bahkan, kalangan seniman sempat beberapa kali berunjuk rasa mendesak agar pementasan kembali diperbolehkan.
Untuk itu, pekerja seni harus difasilitasi agar bisa bangkit dari pandemi Covid-19. Antiek mengatakan, dalam pandangan pemerintah, salah satu solusinya ialah dengan memfasilitasi pertunjukan yang sesuai dengan protokol kesehatan.
”Seusai mendengarkan masukan dari Persakmi, kami akan mengundang para seniman, budayawan, dan media untuk merumuskan konsep terbaik pertunjukan seni dan budaya saat pandemi,” ujar Antiek.
Salah satu solusinya ialah dengan memfasilitasi pertunjukan yang sesuai dengan protokol kesehatan.
Saat ini, ada beberapa pilihan yang mengemuka, yakni pertunjukan interaktif dan noninteraktif. Pertunjukan secara interaktif dalam jaringan internet memakai aplikasi antara lain zoom maupun siaran langsung di media sosial. Sementara pergelaran noninteraktif akan disiarkan melalui televisi.
”Lokasi produksinya bisa memanfaatkan tempat-tempat bersejarah di Surabaya,” kata Antiek.
Peludruk senior dan mantan pengurus Dewan Kesenian Jatim Meimura mengatakan, tawaran pemerintah patut diapresiasi. Dengan demikian, para seniman dapat berkarya, sekaligus memastikan penghidupan dari aktivitas berkesenian tetap dapat berlangsung.
Meski demikian, Meimura mengingatkan, pemerintah masih memiliki ”utang” kepada kalangan seniman dan publik dalam hal penutupan kompleks Taman Hiburan Rakyat untuk revitalisasi. Penutupan itu berimbas matinya kegiatan seni di sana meski sebagian kegiatan memang dipindah ke gedung eks bioskop Mitra di dalam kompleks Balai Pemuda.
”Semakin banyak tempat rutin untuk menggelar kesenian, lebih baik untuk memelihara rasa kebudayaan warganya,” kata Meimura.