Dinyatakan Positif Covid-19, Wali Kota Solok Sempat ke Jakarta
Wali Kota Solok Zul Efian dinyatakan positif Covid-19 setelah menjalani tes cepat molekuler di RSUD M Natsir, Solok. Zul sebelumnya punya riwayat perjalanan ke Jakarta.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Wali Kota Solok Zul Efian dinyatakan positif Covid-19 setelah menjalani tes cepat molekuler di Rumah Sakit Umum Daerah M Natsir, Solok. Zul sebelumnya punya riwayat perjalanan ke Jakarta. Kepala daerah riskan terpapar virus SARS-CoV-2 sehingga mesti lebih protektif terhadap risiko penularan.
Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Solok, Nurzal Gustim, Jumat (28/8/2020), mengatakan, Zul dinyatakan positif Covid-19 pada Kamis (27/8/2020) sore. Wali Kota menjalani tes karena ada gangguan pada indera penciumannya.
”Memang beliau (Zul) dinyatakan positif Covid-19 melalui tes cepat molekuler (TCM). (Kamis) pagi kemarin, beliau merasakan penurunan indera penciuman, batuk-batuk, dan agak demam. Anaknya, yang juga dokter Covid-19 di Solok, menyarankan beliau untuk diperiksa,” kata Nurzal, yang juga Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemerintah Kota Solok.
Menurut Nurzal, Zul menjalani TCM karena tes usap butuh waktu 3-4 hari untuk mengetahui hasilnya, sedangkan hasil tes cepat tidak akurat. Sementara itu, Kamis kemarin, Zul ada agenda pergi ke luar daerah. Karena memenuhi syarat untuk TCM, yaitu ada gejala penurunan kemampuan indera penciuman, Zul akhirnya menjalani TCM di RSUD M Natsir, Solok.
Kondisi Zul, kata Nurzal, relatif bagus. Berdasarkan hasil rontgen dan pemeriksaan laboratorium, tidak ada kelainan di tubuh Zul. Oleh sebab itu, Zul diperkenankan dokter menjalani isolasi mandiri dengan didampingi putranya, Muhammad Alghifari.
Nurzal melanjutkan, pada Selasa (25/8/2020), Zul kembali dari Jakarta. Namun, belum dapat disimpulkan dari mana Zul terpapar Covid-19 karena beberapa minggu terakhir Zul banyak menjalani kegiatan yang berbaur dengan masyarakat, baik di Solok maupun di luar kota dan provinsi.
”Semua anggota keluarga menjalani tes usap. Mana tahu, (Zul terpapar) justru dari keluarga. Banyak kemungkinan. Pejabat publik dalam kondisi saat ini memang riskan terpapar, terlepas dari disiplin atau tidak disiplin dengan protokol kesehatan. Meskipun beliau ketat dengan protokol kesehatan, sedangkan lingkungan tidak, ada kemungkinan beliau terpapar,” ujar Nurzal.
Di rumah Zul, kata Nurzal, setidaknya 10 orang menjalani tes usap, antara lain istri dan anak Zul, ajudan, sekretaris pribadi, sopir, asisten rumah tangga, dan petugas kebersihan. Sementara itu, pegawai kantor penghubung Kota Solok di Jakarta Timur, yang sempat berkontak dengan Zul selama di Jakarta, juga dilacak untuk menjalani tes usap.
”Sulit melacak kontak erat Wali Kota. Dalam sehari, Wali Kota bisa bertemu puluhan hingga ratusan orang. Oleh sebab itu, informasi ini kami sampaikan agar siapa pun yang kontak dengan beliau, kami sarankan untuk tes usap atau setidaknya mengisolasi diri,” ujar Nurzal.
Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Solok, Jumat, kasus positif Covid-19 di Kota Solok sebanyak 67 orang. Dari total kasus, 1 orang meninggal, 39 orang sembuh, dan sisanya melakukan isolasi mandiri atau dirawat. Kota Solok masuk kategori zona kuning.
Riskan
Zul Elfian menambah jumlah kepala daerah yang terpapar Covid-19 di Sumbar menjadi tiga orang. Sebelumnya, Bupati Padang Pariaman Ali Mukhni dinyatakan positif Covid-19 pada 23 Agustus 2020 dan punya riwayat perjalanan dari Jakarta. Pada 19 Agustus 2020, Wakil Wali Kota Payakumbuh Erwin Yunaz dinyatakan positif Covid-19 setelah berkontak dengan tamu dari Padang yang juga positif Covid-19.
Epidemiolog Universitas Andalas, Defriman Djafri, di Padang, Senin (24/8/2020), mengatakan, dengan kegiatan yang padat, kepala daerah harus lebih protektif. Sebab, dalam beraktivitas, kepala daerah bertemu banyak orang dengan karakter beragam, mulai dari yang disiplin dengan protokol kesehatan hingga yang tidak disiplin.
”Setidaknya individu kepala daerah harus protektif dibandingkan orang yang akan dihadapinya. Pasti akan berhadapan dengan orang tidak pakai masker atau tidak jaga jarak. Jadi, proteksi diri jangan abai. Jika lengah sedikit, misalnya bertemu teman dekat dan menganggap aman mengobrol tanpa masker, ia bisa tertular,” tutur Defriman, yang juga Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.
Selain di tempat kerja, kata Defriman, risiko kepala daerah terpapar Covid-19 juga ada di lingkungan keluarga dan orang terdekat ketika berada di rumah. Maka, selain kepala daerah, keluarga dan orang terdekatnya juga mesti menerapkan protokol kesehatan secara ketat ketika beraktivitas di luar.
Defriman mencontohkan, dalam salah satu kasus di Padang, warga diketahui terpapar Covid-19 setelah beberapa hari kembali dari Jakarta dan dianggap kasus impor. Namun, ketika di Jakarta, pasien ini menerapkan protokol kesehatan secara disiplin dan ketat. Belakangan diketahui, pasien itu tidak terpapar di Jakarta, tetapi dari ibunya yang juga positif Covid-19 dan baru mengaku punya riwayat perjalanan ke Pasar Raya Padang, salah satu kluster penularan terbesar Covid-19 di Sumbar.
”Dengan protokol kesehatan ketat, Covid-19 tidak menghalangi aktivitas kepala daerah. Dengan kejujuran dan kesadaran saling mengingatkan keluarga dan rekan kerja untuk menggunakan masker dengan benar, mencuci tangan, dan jaga jarak, saya kira aman,” ujar Defriman.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumbar mencatat, pada Jumat (28/8/2020) pagi ada tambahan 27 orang positif Covid-19 dari total 3.628 sampel yang diperiksa. Rinciannya, 20 orang dari Padang, 3 orang dari Agam, 2 orang dari Limapuluh Kota, 1 orang dari Padang Pariaman, dan 1 orang dari Bukittinggi. Secara keseluruhan, hingga Jumat pagi, sebanyak 1.890 orang positif Covid-19 dengan 53 orang di antaranya meninggal.