Temuan Kasus Positif Melonjak, Pelacakan Kasus Covid-19 di Kaltim Dinilai Lambat
Kaltim mengalami peningkatan kasus Covid-19 sejak Juli, tetapi kapasitas pelacakan dan tes masih rendah. Pelacakan yang masif bisa membantu menekan penyebaran kasus di masyarakat.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur diminta mempercepat dan memperluas cakupan pelacakan kontak erat pasien positif korona untuk menekan penularan Covid-19 di masyarakat. Keterbukaan masyarakat dalam memberi informasi juga penting agar pelacakan berjalan maksimal.
Per 1 Juli 2020, jumlah kasus aktif—menjalani perawatan di rumah sakit dan isolasi mandiri—di Kaltim sebanyak 186 kasus. Jumlah itu meningkat hampir tujuh kali lipat selama hampir dua bulan, menjadi 1.121 kasus pada Kamis (27/8/2020). Itu diperkirakan bukan angka kasus sesungguhnya karena pelacakan dan tes masih lemah.
Selama 175 hari atau 25 pekan sejak kasus Covid-19 pertama muncul pada Maret, Kaltim baru memeriksa sampel tes usap sebanyak 28.500 sampel. Jika dirata-rata, hanya 1.140 sampel per pekan yang diperiksa.
Jumlah itu masih jauh dari standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni pengetesan 1 orang per 1.000 penduduk per pekan untuk mengetahui skala penularan sesungguhnya di masyarakat. Dengan jumlah penduduk 3,7 juta jiwa, Kaltim seharusnya melakukan tes usap bagi 3.700 orang per pekan.
Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman, Ike Anggraeni, mengatakan, idealnya dapat dilacak 30 orang yang berkontak dengan satu pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19. Itu akan sangat membantu memperlambat penyebaran virus. Rantai penyebaran diputus dengan mengisolasi secepatnya kontak erat.
Selain itu, orang juga akan sadar bahwa dirinya sangat mungkin terpapar sehingga harus melakukan pemeriksaan dan mengarantina diri. ”Protokol berasumsi bahwa pelacakan kontak sudah memadai jika paling tidak 80 persen kontak dari kasus sudah dapat diidentifikasi dan dikarantina setidaknya dalam waktu 72 jam setelah kasus ditangani,” kata Ike saat dihubungi dari Balikpapan, Jumat (28/8/2020).
Kecepatan melacak kontak erat itu dapat menekan angka penularan. Ike menyebutkan, daerah-daerah di Indonesia perlu belajar dari Korea Selatan. Negeri Ginseng itu dianggap berhasil menghadapi pandemi Covid-19 karena kemampuannya melakukan penyelidikan epidemiologi menyeluruh pada setiap pasien.
Kesadaran masyarakat
Protokol Covid-19 terbaru dari WHO menyatakan bahwa kontak erat adalah mereka yang memiliki riwayat interaksi tatap muka setidaknya 15 menit atau dengan sentuhan fisik dengan pasien terkonfirmasi positif. Kesadaran dan keterbukaan masyarakat juga penting dalam penelusuran ini.
”Mengapa masyarakat enggan terbuka? Pertama, mereka tidak merasakan gejala, atau kedua, karena mereka khawatir distigma oleh masyarakat. Ketakutan lainnya, tidak dapat beraktivitas untuk mencari nafkah,” ujar Ike.
Ia mengatakan, solidaritas masyarakat juga diperlukan dalam membantu memutus penularan Covid-19. Wujudnya bisa dalam penyediaan bantuan pangan untuk keluarga pasien terkonfirmasi positif yang tidak bisa lagi bekerja.
Juru Bicara Satuan Tugas Covid-19 Kaltim Andi M Ishak mengatakan, pelacakan kontak erat pasien positif Covid-19 yang masih lambat di Kaltim akan dipercepat dengan melibatkan petugas puskesmas dan pemerintah di tingkat kecamatan. Proses wawancara yang dibantu orang-orang di lingkungan pasien diharapkan membantu warga semakin terbuka memberi informasi kontak erat.
”Karena pelacakan ditingkatkan, akan terlihat jelek karena kasus akan meningkat. Namun, itu baik untuk pencegahan. Semakin cepat pelacakan, semakin cepat pasien diisolasi,” ujar Andi.
Peningkatan kasus harian ini akan berdampak pada keterisian tempat tidur untuk merawat pasien Covid-19. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kaltim Soeharsono menjelaskan, kapasitas tempat tidur di rumah sakit akan diperbanyak dengan mengikutsertakan rumah sakit swasta di kabupaten dan kota.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kaltim, rumah sakit rujukan utama Covid-19 di Kaltim menyediakan 456 tempat tidur untuk pasien Covid-19. Untuk wilayah dengan potensi peningkatan kasus tinggi, seperti di Kota Balikpapan, rumah sakit untuk merawat pasien diperbanyak.
Rumah sakit rujukan di Balikpapan yang sebelumnya hanya tiga rumah sakit saat ini ditambah menjadi delapan rumah sakit. Jumlah tempat tidur yang disediakan untuk pasien Covid-19 Balikpapan sekarang berjumlah 349 tempat tidur.
”Pasien yang ringan dan tanpa gejala melakukan isolasi mandiri atau menempati tempat karantina yang disiapkan pemerintah. Data yang kami himpun saat ini, ada 256 tempat tidur untuk karantina mandiri di Kaltim dan masih diupayakan bertambah,” kata Soeharsono.