Kesiapan Pembukaan Kembali Karimunjawa Harus Matang
Kesiapan untuk pembukaan kembali pariwisata di Karimunjawa, Jawa Tengah, harus melalui proses uji yang matang agar benar-benar aman dari potensi penularan Covid-19.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Pariwisata di kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, belum dibuka untuk umum di tengah pandemi Covid-19. Para pelaku wisata mulai bersiap. Namun, penilaian akan kesiapan protokol kesehatan harus benar-benar teruji demi keamanan bersama.
Camat Karimunjawa Nor Soleh, saat dihubungi dari Semarang, Senin (31/8/2020), mengatakan, sejak pandemi Covid-19, pariwisata ditutup untuk umum. Berdasarkan surat edaran Bupati Jepara, penyeberangan kapal dari Jepara ke kepulauan itu hanya diperbolehkan untuk warga Karimunjawa dan pegawai negeri sipil yang berdinas.
Nor Soleh berharap, pariwisata bisa kembali dibuka dengan pembatasan dan protokol kesehatan ketat. ”Di sini semua pelaku sudah mempersiapkan diri dengan SOP-SOP (prosedur operasi standar) yang ada. Pak Bupati juga sudah bersurat ke Gubernur Jateng, tetapi masih menunggu cek lapangan,” kata Nor Soleh.
Menurut Nor Soleh, mayoritas warga di Karimunjawa sebenarnya merupakan nelayan yang aktivitas melautnya tak terganggu pandemi. Namun, banyak juga yang memiliki paket wisata bagi wisatawan sehingga matinya aktivitas wisata memberi dampak ekonomi. Selain itu, juga ada ratusan penginapan, baik hotel maupun homestay di sana.
Hingga saat ini belum ada kasus Covid-19 yang ditemukan di Kecamatan Karimunjawa. Setiap penumpang yang menaiki kapal dari Jepara menuju kepulauan itu juga didata. Karena itu, jika nantinya pariwisata memang diizinkan dibuka, ia memastikan protokol kesehatan akan diterapkan dengan ketat.
Terpisah, Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Jateng Sinoeng N Rachmadi mengatakan, pembukaan pariwisata Karimunjawa tengah berproses. Permintaan masyarakat dan antusiasme begitu tinggi, terutama di media sosial. Namun, penilaian kesiapan protokol kesehatan harus benar-benar matang.
Salah satu syarat utama sebelum destinasi wisata diizinkan kembali dibuka, yakni komitmen dalam mematuhi protokol kesehatan. ”Kurasi menjadi penting. Anda boleh membuka (destinasi wisata), tetapi patuhi protokol kesehatan dan jangan klaim sendiri sudah siap. Jangan self assessment,” ujar Sinoeng.
Sinoeng meminta kepada destinasi yang mengajukan izin untuk dibuka agar menunjukkan kesiapan protokol kesehatan dalam bentuk visual dan mempublikasikannya. Dengan demikian, masyarakat paham bahwa obyek wisata tersebut aman dan nyaman. Pembatasan dan tahapan juga penting.
Beroperasi kembali
Menurut data Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Jateng, per Jumat (28/8/2020), dari 690 daya tarik wisata di Jateng sudah ada 248 yang beroperasi kembali. Sementara sebanyak 71 daya tarik wisata sudah mengajukan dan tengah diproses terkait perizinan pembukaannya.
Sinoeng memastikan, evaluasi terus dilakukan. ”Jangan sampai melanggar (ketentuan protokol kesehatan). Kemarin ada yang ramai di media sosial (penuh dan mengabaikan protokol kesehatan), saya tutup sementara agar mereka juga mengevaluasi. Setelah itu, mereka juga libatkan TNI-Polri dan Satpol PP,” ujarnya.
Ia menambahkan, dari 248 daya tarik wisata yang sudah beroperasi, baru sekitar 30 persen yang konsisten dan baik dalam menerapkan protokol kesehatan. Salah satunya ialah Candi Borobudur di Kabupaten Magelang. Itu, antara lain, karena sebagian besar destinasi yang telah buka tersebut adalah desa wisata sehingga protokol kesehatannya minimalis, tetapi tetap terkontrol.