Setiap akhir pekan, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini selalu berkeliling kota untuk menyosialisasikan 3M atau mencuci tangan, menggunakan masker, dan menjaga jarak guna mencegah penularan Covid-19.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Setiap akhir pekan, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini selalu berkeliling kota untuk menyosialisasikan 3M atau mencuci tangan, menggunakan masker, dan menjaga jarak guna mencegah penularan Covid-19. Sosialisasi rutin dilaksanakan agar warga tidak lengah dalam menerapkan protokol kesehatan.
Sosialisasi dilakukan dengan mengendarai mobil, sepeda motor, motor listrik, dan bersepeda. Risma didampingi sejumlah staf blusukan ke gang-gang di perkampungan, pasar, dan tempat-tempat berkumpul warga. Dia mengingatkan warga untuk mematuhi protokol kesehatan sekaligus membagikan masker.
Kalau seminggu saja saya tidak ke lapangan, biasanya peningkatan kasus akan bertambah. Maka, saya merasa sangat perlu rutin mengingatkan warga. (Tri Rismaharini)
Menurut Risma, sosialisasi 3M tidak boleh berhenti dilakukan. Sebab, masih ada segelintir warga yang terkadang abai dengan protokol kesehatan. Terlebih, pandemi sudah berlangsung selama enam bulan sehingga ada potensi warga mulai lengah.
”Kalau seminggu saja saya tidak ke lapangan, biasanya peningkatan kasus akan bertambah. Maka, saya merasa sangat perlu rutin mengingatkan warga,” katanya.
Risma mengingatkan, pandemi ini belum berakhir sehingga semua orang masih harus menerapkan protokol kesehatan. Bahkan, saat ini ketika status Surabaya turun dari zona merah menjadi zona oranye, protokol kesehatan harus tetap diperkuat karena virus SARS-CoV-2 belum hilang.
Menurut dia, sosialisasi harus dilakukan dengan cara-cara yang mampu mendapat perhatian dan menyentuh hati warga. Dalam beberapa kesempatan, dia menggunakan bahasa Madura saat sosialisasi di kawasan yang mayoritas berasal dari Madura.
”Perilaku 3M bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan juga untuk melindungi keluarga dan orang-orang di sekitar kita,” kata Risma.
Protokol kesehatan
Kepala Bagian Humas Pemerintah Kota Surabaya Febriadhitya Prajatara mengatakan, protokol kesehatan selalu dilakukan ketika Risma turun ke lapangan. Tim yang ikut sangat dibatasi dan diupayakan tidak bersentuhan langsung dengan warga.
”Alat pelindung diri lengkap, seperti masker dan sarung tangan, dan semua alat disemprot cairan disinfektan,” ucapnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya Irvan Widyanto menambahkan, sosialisasi di perkampungan melalui program Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo melibatkan sukarelawan dari perguruan tinggi. Sukarelawan akan memantau dan memastikan seluruh pengurus kampung tangguh melaksanakan tugasnya dengan maksimal dan warga bisa mematuhi protokol kesehatan di wilayah kampung masing-masing. Kampung tangguh merupakan program pencegahan penularan Covid-19 di lingkungan kampung. Langkah ini memerlukan peran masyarakat karena menjadi ujung tombak penerapan protokol kesehatan di berbagai tempat, mulai dari lingkungan tempat tinggal hingga di fasilitas umum.
”Penerapan protokol kesehatan dimulai sejak berada di tempat tinggal. Warga saling mengingatkan agar menjadi kebiasaan saat berada di mana pun,” ucap Irvan.
Setiap hari, ada sukarelawan yang memberikan penyuluhan, pembinaan, dan pengawasan. Mereka memantau beberapa aspek penting dalam protokol kesehatan, seperti pengukuran suhu tubuh, sarana cuci tangan, penerapan jaga jarak, pemberian sanksi, dan pembuatan media promosi kesehatan. ”Beberapa kampung tangguh belum menerapkan sanksi bagi pelanggar protokol kesehatan,” katanya.