Di Tengah Pandemi Covid-19, Jabar Ekspor 30 Ton Ubi Jalar ke Hong Kong
Di tengah pandemi Covid-19, ekspor komoditas pertanian Jawa Barat justru menggeliat. Salah satunya melalui ekspor 30 ton ubi jalar ke Hong Kong.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Di tengah pandemi Covid-19, ekspor komoditas pertanian Jawa Barat justru menggeliat. Salah satunya melalui ekspor 30 ton ubi jalar ke Hong Kong.
Ubi jalar tersebut diproduksi petani Desa Pinggirsari, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung. Ekspor dilakukan secara bertahap setiap bulan selama satu tahun. Dengan begitu, total ekspor bakal mencapai 360 ton.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, di tengah lesunya ekonomi dunia akibat pandemi Covid-19, sektor pertanian Jabar mampu bertahan. ”Ketahanan pangan tidak terkendala pandemi, bahkan bisa ekspor. Saya tentu sangat bangga,” ujarnya saat melepas ekspor ubi jalar tersebut di Kantor Desa Pinggirsari, Selasa (8/9/2020).
Kamil menuturkan, ekspor ubi jalar asal Kabupaten Bandung itu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan warga Hong Kong sebagai bahan tepung, kue, es krim, dan beragam produk olahan lainnya. Ia berharap ekspor dapat dilakukan ke negara lainnya.
”Tidak hanya ke Hong Kong. Cari negara besar yang punya gaya hidup dan kebutuhan ubi jalar, seperti di Hong Kong, sehingga bisa ekspor ribuan ton. Saya titip jaga kualitasnya,” ucapnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar mencatat, kinerja ekspor sektor pertanian Jabar tahun 2020 naik signifikan dibandingkan dengan tahun 2019. Nilai ekspor sektor pertanian tertinggi terjadi pada Maret 2020 senilai 18,4 juta dollar AS (Rp 257,6 miliar) naik signifikan dibandingkan dengan Maret 2019 yang membukukan nilai 8,1 juta dollar AS (Rp 113,4 miliar).
Sementara ekspor sektor pertanian Juni 2020 mencapai 9,7 juta dollar AS (Rp 135,8 miliar), naik dari Juni 2019 yang bernilai 3,6 juta dollar AS atau sekitar Rp 50,4 miliar (Kompas, 1/9/2020).
Ekspor ubi jalar dilakukan secara bertahap setiap bulan selama satu tahun. Dengan begitu, total ekspor akan mencapai 360 ton.
Saat hampir semua sektor terpukul pandemi, pertanian Jabar mampu bertahan, bahkan meningkat 7,64 persen secara year on year (YOY). Sektor pertanian akan menjadi fokus pengembangan setelah pandemi Covid-19.
Kamil mendorong generasi muda Jabar untuk mengolah komoditas pertanian. Menurut dia, dibutuhkan platform digital untuk meningkatkan pemasaran.
”Kami sedang kampanyekan petani atau peternak milenial, yaitu mereka yang tinggal di desa berbisnis ketahanan pangan lalu menggunakan keahlian digital untuk berjualan,” ujar Emil.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jabar Dadan Hidayat mengatakan, ubi jalar yang diekspor itu merupakan varietas terbaik. Sifatnya yang adaptif atau bisa tumbuh di mana pun menjadikan ubi jalar sebagai produk unggulan.
”Ini baru di satu desa. Kami targetkan di desa lain di Jabar juga mengekspor karena sifat ubi jalar yang bisa tumbuh di mana pun,” ucapnya.
Ekspor ubi jalar merupakan salah satu implementasi Gerakan Tiga Kali Ekspor dari Kementerian Pertanian di Jabar. Tiga komoditas ekspor Jabar dalam gerakan tersebut adalah ubi jalar, beras organik, dan porang.
Luas lahan pengolahan ubi jalar di Jabar mencapai 22.000 hektar dengan total produksi 547.879 ton per tahun. Selain di Kabupaten Bandung, sentra utama ubi jalar berada di Garut, Kuningan, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Tasikmalaya.
Dadan menuturkan, kebutuhan ubi jalar per orang per tahun di Jabar hanya 3 kilogram. Sementara potensi produksi Jabar mencapai 540.000 ton per tahun.
”Untuk kebutuhan lokal Jabar, totalnya hanya 150.000 ton. Jadi, sisanya untuk proyeksi ekspor,” ucapnya.