PKL Malioboro Positif Covid-19, Pelaku Wisata Diimbau Lebih Waspada
Kasus pedagang kaki lima di kawasan Malioboro, Yogyakarta, yang meninggal setelah terinfeksi Covid-19 harus menjadi pembelajaran bagi pelaku pariwisata. Para pelaku wisata di Yogyakarta diminta meningkatkan kewaspadaan.
Oleh
HARIS FIRDAUS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Kasus pedagang kaki lima di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta, yang meninggal setelah terinfeksi Covid-19 beberapa waktu lalu harus menjadi pembelajaran bagi para pelaku pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta. Mereka diminta lebih waspada dan tak kendur menerapkan protokol kesehatan.
”Kami imbau para pengelola destinasi wisata untuk meningkatkan kewaspadaan. Sejak awal, kami juga sudah mengimbau mereka agar jangan kendur menerapkan protokol kesehatan,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Singgih Raharjo, Selasa (8/9/2020), di Yogyakarta.
Seperti diberitakan, seorang PKL yang berjualan di kawasan Malioboro dinyatakan positif Covid-19 pada Jumat (4/9/2020). Pada Jumat sore itu, pedagang tersebut meninggal dunia dan kemudian dimakamkan di Kabupaten Kulon Progo, DIY. Sebelumnya, pada 20-26 Agustus 2020, pedagang itu masih aktif berjualan di kawasan Malioboro. Dia baru berhenti berjualan pada 27 Agustus 2020 setelah jatuh sakit.
Kasus meninggalnya PKL ini mendapat perhatian besar dari berbagai pihak karena kawasan Malioboro merupakan destinasi wisata favorit di Yogyakarta. Sejak beberapa waktu terakhir, kawasan Malioboro juga sudah dikunjungi banyak wisatawan meski pandemi Covid-19 di DIY belum terkendali. Bahkan, saat masa libur panjang akhir pekan pertengahan Agustus lalu, pengunjung Malioboro sekitar 2.000 orang per hari.
Singgih menuturkan, setelah ada PKL di Malioboro yang terkonfirmasi positif dan meninggal dunia, Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta telah melakukan penelusuran kontak. Penelusuran dilakukan untuk mengidentifikasi siapa saja yang pernah melakukan kontak erat dengan PKL tersebut.
Melalui penelusuran kontak itu, diharapkan penularan Covid-19 yang terjadi pada seorang PKL di Malioboro tersebut tidak meluas ke pihak-pihak lain.
”Pemerintah Kota Yogyakarta sudah punya metode untuk melakukan tracing. Saya kira ini harus dilakukan untuk melokalisasi penularan. Tentu ini harus dilakukan dengan cepat,” kata Singgih.
Pemda DIY juga belum berencana memberlakukan regulasi yang lebih ketat terkait kunjungan wisatawan. Hal ini karena aturan yang ada sekarang dinilai masih memadai.
Sesudah adanya PKL Malioboro yang positif Covid-19 itu, Pemerintah Daerah (Pemda) DIY masih membolehkan destinasi wisata beroperasi dan menerima kunjungan wisatawan. Pemda DIY juga belum berencana memberlakukan regulasi yang lebih ketat terkait kunjungan wisatawan. Hal ini karena aturan yang ada sekarang dinilai masih memadai.
”Saya kira, kami sudah punya kebijakan yang cukup akomodatif (memadai), tinggal peningkatan kewaspadaan saja,” ungkap Singgih.
Singgih menambahkan, Pemda DIY beserta pemerintah kabupaten/kota di DIY juga terus mengawasi penerapan protokol kesehatan di destinasi wisata. Pengawasan dilakukan untuk memastikan protokol kesehatan benar-benar diterapkan dengan baik di destinasi wisata.
”Penerapan protokol kesehatan ini juga merupakan bagian dari upaya menjaga citra pariwisata Yogyakarta,” tuturnya.
Pengelola destinasi wisata juga diwajibkan mendata wisatawan guna memudahkan penelusuran kontak apabila ada kasus positif Covid-19.
71 destinasi
Saat ini, menurut Singgih, sedikitnya ada 71 destinasi wisata di DIY yang sudah beroperasi dan menerima kunjungan wisatawan. Destinasi-destinasi wisata yang telah beroperasi itu wajib menerapkan protokol kesehatan, misalnya dengan mewajibkan wisatawan dan petugas di sana memakai masker, rajin mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Selain itu, pengelola destinasi wisata juga diwajibkan mendata wisatawan guna memudahkan penelusuran kontak apabila ada kasus positif Covid-19. Sistem pendataan di destinasi wisata itu terhubung dengan aplikasi Visiting Jogja milik Dinas Pariwisata DIY.
Singgih mengatakan, berdasarkan data yang tercatat di aplikasi Visiting Jogja, jumlah wisatawan yang datang ke DIY cenderung meningkat dibandingkan beberapa bulan lalu. Pada pertengahan Juli 2020, misalnya, jumlah wisatawan ke DIY saat akhir pekan hanya sekitar 13.000 orang dalam sehari. Namun, beberapa waktu belakangan, kunjungan wisatawan di DIY pada akhir pekan bisa 30.000-40.000 orang dalam sehari.
Secara terpisah, Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi menyampaikan, saat ini, pihaknya masih fokus pada penelusuran kontak kasus positif dari PKL Malioboro. Hasil penelusuran kontak tersebut akan digunakan untuk menganalisis potensi penularan dari aktivitas wisata. Sebab, sumber penularan utama juga belum bisa dipastikan.
”Kasus ini belum bisa dilihat secara keseluruhan karena kami masih dalam upaya melakukan tracing dan menganalisis masalahnya. Kalau hasil tracing-nya banyak, kami harus mengevaluasi wilayah yang lebih luas lagi. Tapi, karena ini baru satu kasus, yang kami tracing adalah kontak erat dulu. Jadi bertahap sesuai perkembangan data,” kata Heroe.
Selain itu, Heroe juga meminta para pelaku wisata benar-benar menerapkan protokol kesehatan secara ketat di destinasi wisata. Hal ini merupakan salah satu upaya kunci mencegah penularan Covid-19. Di sisi lain, penerapan protokol kesehatan juga penting untuk menjamin rasa aman dan nyaman wisatawan saat berkunjung ke destinasi wisata.
Ketua Paguyuban PKL Tri Dharma Malioboro Paul Zulkarnaen mengatakan, pedagang mulai kembali membuka lapaknya sejak Juli. Pihaknya telah meminta semua pedagang untuk menerapkan protokol kesehatan. Mulai dari mengenakan masker hingga memasang tempat cuci tangan.
”Bahkan, kami selalu mengingatkan pengunjung-pengunjung yang tidak mengenakan masker dengan benar untuk dibenarkan. Semua pedagang terus kami minta menerapkan protokol kesehatan,” kata Paul.
Pedagang yang terkonfirmasi positif Covid-19 biasa berjualan di Zona 3, Kawasan Malioboro. Sejumlah pedagang yang sempat berkontak dengan pasien positif itu telah diminta melakukan isolasi mandiri. Area berdagang dari para pedagang yang tengah isolasi mandiri itu dikosongkan hingga penelusuran kontak selesai.