Lagi, Dokter Aceh Meninggal Diduga karena Covid-19
Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap darah, rontgen, dan dari gejala klinis menunjukkan ada indikasi terpapar Covid-19. Sebelum mengalami gejala Covid-19 seperti sesak napas, dr Darma menangani pasien Covid-19.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Dr Darma Widia, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Abdul Aziz Syah (RSUD SAAS) Peureulak, Aceh Timur, Provinsi Aceh, meninggal diduga karena Covid-19. Ini kasus kedua dokter di Aceh meninggal karena Covid-19.
Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Aceh Timur Edi Gunawan, Jumat (11/9/2020), mengatakan, dr Darma Widia meninggal pada Kamis (10/9/2020) malam di Rumah Sakit Adam Malik, Medan, Sumatera Utara. Hasil pemeriksaan sampel usap belum keluar, tetapi sejak dirawat dr Darma diperlakukan dengan protokol pasien Covid-19.
Edi mengatakan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap darah, rontgen, dan dari gejala klinis menunjukkan ada indikasi terpapar Covid-19. Sebelum mengalami gejala Covid-19, seperti sesak napas, dr Darma menangani pasien Covid-19.
Sebelum dirujuk ke RS Adam Malik, dr Darma dirawat di rumah sakit di Kota Langsa. Namun pada Selasa (8/9/2020) dr Darma dirujuk ke Medan. Darma meninggal di sana saat dalam perawatan. Jenazah dr Darma akan dikebumikan di Kota Langsa. ”Beliau mengalami sesak napas dan ada penyakit penyerta diabetes mellitus (DM),” kata Edi.
Kematian dr Darma menambah daftar tenaga medis yang meninggal karena Covid-19. Sebelumnya pada 2 September 2020, dr Imai Indra, tenaga medis di RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh, meninggal setelah tiga pekan mengoperasi pasien Covid-19. Dokter Imai dikebumikan di Aceh Besar.
Beliau mengalami sesak napas dan ada penyakit penyerta diabetes mellitus. (Edi Gunawan)
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh Safrizal Rahman mengatakan, meninggalnya tenaga medis karena Covid-19 sangat menunjukkan pandemi korona semakin parah.
Safrizal mengatakan, lebih dari 200 tenaga medis di Aceh positif Covid-19. Mereka terpapar saat menangani pasien. “Kondisi tersebut jelas menurunkan semangat para tenaga medis sebagai pejuang Covid-19,” kata Safrizal.
Safrizal mengatakan pemerintah daerah perlu segera merekrut tenaga medis cadangan untuk antisipasi jika jumlah pasien Covid-19 membanjir dan tenaga medis tidak mencukupi sebab sebagian sedang isolasi mandiri.
Potensi kenaikan kasus Covid-19 di Aceh sangat besar kemungkinan, sebab selama dalam dua bulan terakhir kenaikan mencapai 2.000 kasus. Hingga Jumat (11/9/2020) jumlah warga di Aceh yang terpapar Covid-19 mencapai 2.257 orang. Sebanyak 106 orang meninggal, sebanyak 700 orang sembuh, dan sisanya 1.470 dalam perawatan.
Safrizal khawatir penyebaran semakin meluas, upaya pencegahan minim dilakukan. IDI Aceh merekomendasi kepada Pemprov Aceh agar melakukan upaya pencegahan dengan terstruktur, simultan, transparan dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat.”“Upaya promotif, preventif, dan kuratif dari hilir ke hulu harus seimbang,” kata Safrizal.
Menurut Safrizal, 1 juta warga Aceh dalam kondisi rawan jika terpapar Covid-19, sebab mereka memiliki penyakit penyerta seperti diabetes, jantung, hipertensi, penyakit jantung, gagal ginjal, penyakit paru, dan obesitas. Orang yang memiliki penyakit penyerta lebih sukar disembuhkan saat terpapar Covid-19.
Upaya promotif, preventif, dan kuratif dari hilir ke hulu harus seimbang. (Safrizal)
IDI Aceh meminta Pemprov Aceh memperbanyak uji usap/swab terhadap warga Aceh agar mudah memetakan dan mencegah penyebaran. Persentase uji usap di Aceh belum memenuhi standar yang disarankan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Saifullah Abdul Gani mengatakan, sejak awal virus korona mancul, Pemprov Aceh berusaha mencegah penyebaran, tetapi sukar dihentikan sebab mobilitas warga yang masif membuat virus menyebar sangat cepat.
Saifullah mengatakan, sosialisasi pencegahan penyebaran Covid-19 dilakukan hingga ke desa-desa. Bahkan pemprov membagikan 1 juta masker dari rumah ke rumah. Namun, Saifullah belum bersedia membuka data jumlah uji swab.
Saifullah mengatakan kepatuhan terhadap protokol kesehatan menjadi kunci untuk mencegah penyebaran Covid-19 lebih luas.