Kasus Pembunuhan Tokoh Agama di Intan Jaya Harus Diusut Tuntas
Komnas HAM dan Dewan Adat Papua meminta kasus pembunuhan Pendeta Yeremias Zanambani di Intan Jaya segera diusut tuntas. Ini untuk mengungkap pelaku sebenarnya yang terlibat dalam kasus tersebut.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Papua menyatakan perlunya dibentuk tim investigasi untuk mengusut tuntas kasus pembunuhan Pendeta Yeremias Zanambani di Kampung Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, Sabtu (19/9/2020). Hal ini untuk mengungkap pelaku yang menembak korban yang merupakan tokoh agama dan penerjemah alkitab ke bahasa daerah setempat.
Hal ini disampaikan Kepala Perwakilan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Papua Frits Ramandey di Jayapura, Papua, Senin (21/9/2020). Frits mengatakan, terdapat dua sikap saling klaim antara TNI-Polri dan sejumlah kerabat almarhum serta kelompok sipil bersenjata yang menamakan dirinya Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Pihak TNI Angkatan Darat dan Polri menyatakan kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang menembak mati Yeremias pada pukul 18.00 WIT di Kampung Hitadipa. Sementara itu, pihak keluarga dan OPM menyatakan TNI AD telah melakukan pembohongan publik. Mereka menegaskan, anggota TNI AD yang menembak mati Yeremias saat sedang memberi makan ternaknya.
”Komnas HAM telah mendapatkan kronologis dari pihak keluarga dan bantahan pihak TNI. Kami telah menyerahkan informasi ini ke pihak Kodam XVII/Cenderawasih dan Polda Papua agar segera ditindaklanjuti,” kata Frits.
Ia menuturkan, Komnas HAM belum dapat memberikan pernyataan sikap terkait insiden kematian Yeremias karena belum mendapatkan akses ke sana. ”Kami berharap adanya sebuah tim yang independen untuk mengungkap kasus pembunuhan Yeremias. Hal ini untuk memberikan kepastian dan keadilan bagi keluarga korban,” kata Frits.
Hal senada juga disampaikan Sekretaris Dewan Adat Papua John Gobay. Menurut John, diperlukan tim yang independen agar dapat mengungkap dugaan keterlibatan aparat TNI di bawah Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) III dalam penembakan Yeremias.
Ia berpendapat, penembakan Yeremias diduga terkait upaya penyisiran setelah hilangnya senjata salah seorang anggota TNI Pratu Dwi Akbar Utomo. Dwi gugur ditembak KKB di Hitadipa pada Sabtu pukul 13.20 WIT.
”Dewan Adat Papua meminta adanya evaluasi penempatan pasukan TNI di Intan Jaya. Seharusnya mereka mengenal tokoh masyarakat di tempat tugas,” kata John.
Sementara itu, Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal, di Jayapura, mengatakan, pihaknya telah mengutus anggota Polsek Sugapa di Intan Jaya untuk mengklarifikasi informasi tersebut ke sejumlah tokoh agama setempat. Hasilnya adalah KKB yang terlibat dalam insiden tersebut.
Ahmad menambahkan, KKB di bawah pimpinan Jelek Waker menjadi dalang penyerangan terhadap warga sipil dan aparat keamanan dalam sepekan terakhir di Intan Jaya. ”KKB yang membunuh Yeremias, tetapi menyebarkan propaganda untuk menjatuhkan TNI. Tujuannya untuk membawa isu pembunuhan Yeremias dalam sidang umum PBB pada akhir bulan ini,” ungkap Ahmad.
Kepala Penerangan Kogabwilhan III Kolonel (Czi) IGN Suriastawa membantah tuduhan TNI terlibat dalam pembunuhan Yeremias di Hitadipa. Ia pun memohon agar warga jangan terprovokasi dengan informasi bohong yang disebarkan kelompok tersebut melalui media sosial.
”Tidak mungkin anggota kami membunuh warga sipil yang juga tokoh agama di tempat tugas. Tuduhan ini untuk menyudutkan TNI yang melindungi warga Intan Jaya dari aksi teror mereka,” kata Suriastawa.