Budidaya Udang Semi-intensif Dorong Ekonomi Masyarakat Pesisir
Dengan cara tradisional, setiap panen hanya mendapat 50 kilogram di tambak seluas 1.200 meter persegi. Dengan teknologi semi-intensif, hasilnya bisa sekitar 5 kuintal. Meski modal lebih besar, hasilnya berkelanjutan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Lahan sawah dan tambak tak produktif di kawasan pesisir dapat dimanfaatkan menjadi tambak udang yang bernilai ekonomi. Dengan teknologi semi-intensif berskala rumah tangga, budidaya akan lebih optimal sehingga hasilnya dapat mendongkrak ekonomi warga sekitar.
Percontohan teknologi tersebut, antara lain, dilakukan di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang, Jawa Tengah, sejak November 2019. Kegiatan itu hasil kerja sama Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, PT Djarum, dan PT 3M.
Pada Selasa (22/9/2020), di lokasi percontohan itu, dilakukan panen perdana demplot budidaya udang vaname dengan teknologi semi-intensif skala rumah tangga. Budidaya dilakukan Kelompok Mina Usaha Mandiri, yang mendapat pendampingan BBPBAP.
Ketua Kelompok Mina Usaha Mandiri Irfan (43) mengatakan, sebelumnya petambak menggunakan cara tradisional dalam budidaya udang, di antaranya dengan langsung memasukkan air rob ke tambak. Dengan cara tradisional, udang kebanyakan stres dan mati sehingga hasil tak optimal.
Sementara dengan sistem semi-intensif, setiap tahapan dalam budidaya benar-benar diperhatikan. ”Seperti air tambak kami masukkan tandon dulu 1-2 hari, lalu dikasih kaporit, baru setelah itu dinaikkan ke petakan (tambak). Kami tak berani langsung dari air laut,” ujarnya.
Sejak menggunakan teknologi semi-intensif skala rumah tangga, hasilnya bisa sekitar 5 kuintal. Meski modal akan lebih besar, hasil lebih terjamin.
Sebelumnya, kata Irfan, setiap panen hanya mendapat 50 kilogram di tambak seluas 1.200 meter persegi. Namun, sejak menggunakan teknologi semi-intensif skala rumah tangga, hasilnya bisa sekitar 5 kuintal. Meski modal akan lebih besar, hasil lebih terjamin.
Menurut Irfan, saat masih menggunakan cara tradisional, dengan modal Rp 2 juta, hasil yang didapat sekitar Rp 3 juta. Namun, tak jarang juga petambak merugi. ”Dengan teknologi semi-intensif ini, dengan modal Rp 20 juta, bisa mendapat lebih dari Rp 37 juta, dengan harga jual Rp 75.000 per kilogram,” ujarnya.
Saat ini memang masih percontohan dan pendampingan, tetapi Irfan berharap dirinya dan anggota kelompoknya benar-benar bisa menerapkan teknologi itu. Irfan juga berharap adanya bantuan hingga perlahan-lahan para pembudidaya bisa mandiri sehingga perekonomian mereka meningkat.
Kepala BBPBAP Jepara Sugeng Raharjo mengatakan, udang merupakan motor penggerak perekonomian. Adapun teknologi semi-intensif ialah salah satu model sederhana yang dapat digunakan petambak untuk meningkatkan kesejahteraan.
”Kami tak ingin memaksakan ini harus intensif. Yang utama ialah berkelanjutan. Tidak apa-apa semi-intensif (lebih sederhana), tetapi terus-menerus. Perekonomian masyarakat akan sangat terbantu dengan ini. Juga, akan ada multiplier effect (dampak ikutan),” tutur Sugeng.
Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu yang turut hadir dalam panen tersebut mengatakan, percontohan ini bisa ditiru di tanah-tanah lain. Harapannya, lahan-lahan tak produktif, seperti bekas sawah, dapat diproduktifkan. Dengan begitu, perekonomian masyarakat dapat bangkit.
Adapun demplot percontohan itu juga bagian dari program Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA). Program itu untuk mengurangi kerentanan masyarakat pesisir, menjaga sumber daya dan aset alam, serta mendukung upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim berbasis kajian ilmiah.
Program itu untuk mengurangi kerentanan masyarakat pesisir, menjaga sumber daya dan aset alam, serta mendukung upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim berbasis kajian ilmiah.
Direktur Program MERA Muhammad Imran Amin menuturkan, dalam konsep tersebut, pengembangan lingkungan, sosial, ekonomi, dan tata kelola usaha sama-sama dipikirkan.
”Dengan bantuan camat dan lurah, kami sedang membangun koperasi agar menjadi lembaga perekonomian masyarakat. Harapannya hasil-hasil udang akan dikelola oleh koperasi,” kata Imran.