Musim Pancaroba, Waspada Banjir Gelombang Kedua di Kalteng
Tiga minggu lamanya beberapa daerah di Kalimantan Tengah masih terendam banjir. Ribuan rumah terendam dan ribuan orang mengungsi di tenda. Kalteng saat ini mulai memasuki peralihan musim dengan cuaca ekstrem.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Sebagian besar wilayah yang terendam banjir di delapan kabupaten di Kalimantan Tengah mulai surut. Namun, setidaknya 4.391 orang masih mengungsi. Kalteng saat ini mulai memasuki musim pancaroba sehingga akan berdampak pada datangnya banjir susulan.
Banjir di Kalimantan Tengah sudah melanda selama lebih kurang tiga minggu di delapan kabupaten. Rinciannya, Kabupaten Lamandau, Katingan, Seruyan, Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Kapuas, Gunung Mas, dan Murung Raya.
Bantuan menggunakan helikopter juga masih terus disalurkan, khususnya untuk wilayah yang sulit dijangkau lewat darat. (Darliansjah)
Dari laporan Pusat Pengendalian dan Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops-PB) Provinsi Kalteng, dari delapan kabupaten itu terdapat 44 kecamatan yang terdampak banjir. Setengahnya sudah mulai surut dalam kurun waktu empat hari belakangan. Namun, 4.391 orang masih tinggal di tenda-tenda pengungsian yang disiapkan pemerintah di lokasi yang jauh dari banjir.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran Provinsi Kalteng Darliansjah menambahkan, pihaknya hingga kini masih terus menyalurkan bantuan kepada para pengungsi. Selain itu, pihaknya juga menyiapkan tenaga medis untuk setiap tenda.
”Bantuan menggunakan helikopter juga masih terus disalurkan, khususnya untuk wilayah yang sulit dijangkau lewat darat,” ujar Darliansjah.
Salah satu wilayah yang baru terendam banjir adalah Desa Sembuluh di Kabupaten Seruyan. Desa Sembuluh merupakan kawasan hilir di daerah tersebut. ”Di beberapa rumah airnya memang masuk sampai ke dalam rumah, beberapa lagi tidak sampai,” kata Fauzi, warga Desa Sembuluh Dua, saat dihubungi dari Palangkaraya, Senin (28/9/2020).
Fauzi mengungkapkan, banjir di desanya pernah terjadi sekitar 20 tahun lalu. Namun, kondisinya tidak separah sekarang dan satu atau dua hari sudah surut. Saat ini, ketika banjir menerjang, ketinggian air bisa mencapai 60-100 sentimeter. Banjir pun berlangsung lebih lama, hampir tiga pekan.
Luapan air danau
Desa Sembuluh berbatasan langsung dengan Danau Sembuluh yang merupakan danau terluas di Kalimantan Tengah. Luasnya mencapai 7.832 hektar dengan panjang sejauh 35,68 kilometer. Banjir berasal dari luapan air danau yang merupakan muara dari berbagai sungai.
Kompas pernah mengunjungi lokasi danau tersebut pada 2018 saat terjadi pencemaran danau karena masifnya konversi hutan di sekitar danau. Tak hanya itu, terdapat dugaan pembuangan limbah CPO ke danau sehingga warga enggan mengonsumsi air danau itu lagi.
Berdasarkan pantauan Kompas, di sekitar danau itu memang dikelilingi perkebunan sawit. Sebagian besar perkebunan di sekitar Danau Sembuluh tergolong perkebunan tertian di Kalteng yang pembukaannya dimulai sekitar 1998.
Saat berbincang dengan Pelaksana Tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalteng Esau A Tambang, ia mengungkapkan jika kini dengan beragam bencana yang datang, pertanda kurangnya daya dukung alam. Menurut dia, perlu ada pemulihan sehingga bisa mendapatkan kembali fungsi hutan.
”Daya dukung dan daya tampung aliran sungai di Lamandau itu sudah terlewatkan dan sudah rusak. Ini banjirnya, kan, mendadak dan tidak bisa diprediksi. Pasti sudah terlewatkan, makanya sekarang itu yang harus dipikirkan adalah pemulihannya,” kata Esau.
Banjir susulan
Prakirawan Stasiun Meteorologi Kota Palangkaraya, Rahmat Alfandy, mengungkapkan, selama periode September ini, prakiraan cuaca di Kalteng, khususnya di bagian utara hingga tengah, masuk dalam kategori hujan dengan intensitas tinggi. Hal itu menyebabkan potensi banjir susulan juga semakin besar.
”Kalteng saat ini masuk dalam peralihan musim, jadi perlu waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, seperti hujan lebat dalam durasi singkat tetapi disertai kilat dan angin kencang, bahkan bisa berpotensi puting beliung,” kata Rahmat.
Rahmat menjelaskan, wilayah Kalimantan Tengah secara umum diprediksi memasuki musim hujan pada Oktober nanti. Meskipun demikian, di beberapa wilayah saat ini curah hujan kembali tinggi, seperti Kabupaten Murung Raya dan Barito Utara.