Selain kasus baru, jumlah kematian pasien Covid-19 di Nusa Tenggara Barat juga terus bertambah. Per hari ini, total pasien positif Covid-19 yang meninggal di daerah itu mencapai 200 orang.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Nusa Tenggara Barat hingga saat ini masih belum berhasil mengendalikan penularan Covid-19. Hal itu terlihat dari masih terus bertambahnya kasus baru dan kematian. Hingga hari ini, total kematian pasien Covid-19 di NTB menembus angka 200 orang.
Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Nusa Tenggara Barat (NTB), hingga Kamis (1/10/2020) sore, total pasien positif Covid-19 di NTB mencapai 3.368 orang.
Dari jumlah itu, menurut Ketua Pelaksana Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 NTB Lalu Gita Ariadi, 507 orang masih terkonfirmasi positif. Sisanya, 2.661 orang, dinyatakan sembuh dan 200 orang meninggal.
Masih ada 79 pasien probable atau pasien dengan gejala yang 80 persen mengarah ke Covid-19, tetapi belum diketahui hasil pemeriksaannya. Juga ada 282 kasus suspect dan masih isolasi. Kemudian ada 2.642 orang tercatat mempunyai riwayat kontak dengan pasien positif dan masih karantina. Begitu juga dengan 1.090 pelaku perjalanan masih karantina.
Dari 200 pasien meninggal, 87 orang berasal dari Mataram, 49 orang dari Lombok Barat, 18 orang dari Lombok Timur, dan 15 orang dari Lombok Tengah. Kemudian, ada 11 orang dari Sumbawa, 8 orang dari Dompu, 4 dari Lombok Utara, 3 orang dari Kabupaten Bima, 3 orang dari Kota Bima, dan 2 orang dari Sumbawa Barat.
Dari 10 kabupaten kota, empat daerah masuk zona kuning atau risiko rendah Covid-19, yakni Lombok Utara, Sumbawa Barat, Sumbawa, dan Lombok Tengah.
Dengan demikian, persentase jumlah pasien positif Covid-19 di NTB mencapai 5,9 persen. Itu berarti masih jauh dari standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni 3,3 persen.
Sementara itu, lima daerah masuk zona oranye atau risiko sedang, yakni Kota Mataram, Lombok Barat, Lombok Timur, Kabupaten Bima, dan Kota Bima. Sementara satu daerah masuk zona merah atau risiko tinggi, yakni Kabupaten Dompu. Dompu sebelumnya berada pada zona kuning.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan NTB Nurhandini Eka Dewi, perubahan status zona suatu wilayah berdasarkan 14 indikator, yakni 10 indikator epidemologi, 2 indikator surveilans kesehatan masyarakat, dan 2 indikator pelayanan kesehatan.
”Dari 14 indikator yang ada, Dompu memenuhi hampir semua indikator sehingga masuk risiko tinggi atau zona merah,” kata Eka.
Beberapa waktu terakhir, Kabupaten Dompu memang memperlihatkan peningkatan signifikan. Misalnya pada penambahan kasus baru. Pada 18 September, Dompu menyumbang 39 kasus dari total 53 kasus baru. Itu merupakan lonjakan tertinggi kasus baru di NTB setelah Juni 2020 dengan positive rate mencapai 30,6 persen.
Dari 14 indikator yang ada, Dompu memenuhi hampir semua indikator sehingga masuk risiko tinggi atau zona merah.
Pada hari berikutnya, Dompu juga menyumbang 10 kasus baru. Termasuk dua pasien meninggal. Lalu, pada 23 September kembali terkonfirmasi 20 kasus baru.
Pada hari ini, dua dari 26 pasien positif juga berasal dari daerah itu, termasuk pasien meninggal. Lonjakan kasus di Dompu, menurut Gita, karena penelusuran riwayat kontak tidak berjalan akibat penolakan. Misalnya, ada anak balita terkonfirmasi, tetapi keluarga menolak tes usap. Ibu hamil terkonfirmasi positif, tetapi tidak dilakukan tata laksana pencegahan Covid-19. Juga pasien meninggal terlambat terkonfirmasi Covid-19 sehingga pemakaman tidak dengan tata laksana Covid-19.
Transmisi lokal
Eka menambahkan, pemerintah terus berupaya mencegah penambahan kasus baru, termasuk kematian. ”Angka 200 semoga berhenti di sini (hari ini). Kami tidak ingin lagi ada yang meninggal. Oleh karena itu, kami terus menelusuri pasien sebelum gejala Covid-19 muncul. Kami juga berharap kewaspadaan masyarakat terhadap risiko penularan meningkat,” kata Eka.
Menurut Eka, pemerintah prihatin karena kasus baru masih terus bertambah. Hal itu juga tidak lepas dari transmisi lokal yang masih terus berlangsung. Tidak hanya di tiga daerah pertama, yakni Kota Mataram, Lombok Barat, dan Lombok Timur.
”Tetapi, sudah di semua kabupaten kota. Hal itu terlihat dari penambahan kasus yang terus berlangsung dan sebagian besar dari mereka (tertular) dari orang tanpa gejala,” kata Eka.
Oleh karena itu, kata Eka, selain berdoa agar pasien positif segera sembuh, ia juga meminta masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan, yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan tidak berkerumun.
”Memutus rantai penularan Covid-19 tidak bisa oleh satu pihak. Kita semua harus saling bergandengan. Pemerintah, petugas kesehatan, TNI dan polisi, serta masyarakat,” kata Eka.