Kasus Covid-19 di Pondok Pesantren Sleman Bertambah, 105 Orang Dinyatakan Positif
Kasus Covid-19 di sejumlah pondok pesantren di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, kembali bertambah. Hingga Sabtu (3/10/2020), ada 105 orang yang dinyatakan positif Covid-19 dari tiga pondok pesantren.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Kasus Covid-19 di sejumlah pondok pesantren di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, kembali bertambah. Hingga Sabtu (3/10/2020), ada 105 orang yang dinyatakan positif Covid-19 dari tiga pondok pesantren di Sleman. Jumlah itu masih mungkin bertambah karena penelusuran kontak masih berlangsung.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman Joko Hastaryo menuturkan, pada Sabtu ini, ada tambahan 43 pasien positif Covid-19 dari kalangan pondok pesantren di Sleman. Dari total 43 orang itu, 38 orang di antaranya berasal dari pondok pesantren di Kecamatan Ngaglik. Sementara itu, sebanyak 5 orang lainnya berasal dari pondok pesantren di Kecamatan Prambanan.
Dengan adanya penambahan 43 orang itu, Joko menyebutkan, total ada 105 orang yang terkonfirmasi positif dari tiga pondok pesantren di Sleman. Tiga pondok itu terdiri dari dua pondok pesantren di Kecamatan Ngaglik dan satu pondok lainnya berada di Kecamatan Prambanan.
Penelusuran kontak erat masih terus berlanjut (Joko Hastaryo).
Joko menuturkan, mereka yang terkonfirmasi positif itu merupakan santri dan santriwati yang belajar di pondok pesantren. Jumlah orang yang dinyatakan positif dari tiga pondok pesantren itu masih mungkin bertambah. Hal ini karena ada sejumlah orang yang telah menjalani swab atau tes usap tetapi hasil pemeriksaannya belum keluar.
”Masih sekitar 50 orang yang hasil swab-nya belum keluar,” tutur Joko melalui keterangan tertulis, Sabtu sore.
Selain itu, sampai sekarang, Dinkes Sleman juga masih melakukan penelusuran kontak di tiga pondok pesantren tersebut. Penelusuran kontak dilakukan untuk mengidentifikasi orang-orang yang memiliki riwayat kontak erat dengan para santri dan santriwati yang dinyatakan positif Covid-19. ”Penelusuran kontak erat masih terus berlanjut,” ujar Joko.
Penelusuran kontak tidak hanya dilakukan di kalangan santri, tetapi juga kepada para pengajar dan pengelola pondok pesantren. Hal ini karena para pengajar dan pengelola pondok juga memiliki kemungkinan melakukan kontak erat dengan para santri yang positif Covid-19.
Joko menyatakan, apabila ada pengajar dan pengelola pondok yang diketahui melakukan kontak erat dengan santri yang positif, mereka juga akan menjalani tes usap. Tes dilakukan untuk memastikan apakah mereka tertular penyakit Covid-19 atau tidak. ”Kalau (pengajar dan pengelola pondok) termasuk kontak erat juga, ya, kami ambil swab,” ungkapnya.
Pasien baru dari kalangan pondok pesantren di Sleman itu mendominasi penambahan pasien positif Covid-19 di DIY pada Sabtu ini. Juru Bicara Pemerintah Daerah DIY untuk Penanganan Covid-19, Berty Murtiningsih, mengatakan, total ada 72 pasien positif baru di DIY pada Sabtu.
”Hasil pemeriksaan laboratorium dan terkonfirmasi positif pada hari ini tanggal 3 Oktober 2020 terdapat tambahan 72 kasus positif sehingga total kasus positif Covid-19 di DIY menjadi sebanyak 2.772 kasus,” ujar Berty melalui keterangan tertulis, Sabtu sore.
Berdasarkan data Dinkes DIY, dari total 2.772 pasien Covid-19 di provinsi itu, sebanyak 1.976 orang di antaranya sudah dinyatakan sembuh. Sementara itu, sebanyak 74 pasien Covid-19 di DIY meninggal. Oleh karena itu, masih ada 722 orang pasien Covid-19 di DIY yang belum dinyatakan sembuh.
Protokol kesehatan
Dalam kesempatan sebelumnya, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY Edhi Gunawan menyatakan, sebagian pondok pesantren di DIY memang telah menggelar pembelajaran tatap muka. Dia menuturkan, dari sekitar 300 pondok pesantren yang ada di DIY, ada sekitar 30 pondok yang sudah menggelar pembelajaran tatap muka.
Edhi mengingatkan, pondok pesantren yang sudah menyelenggarakan pembelajaran tatap muka mesti menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Protokol kesehatan itu mencakup kewajiban memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak bagi seluruh penghuni pondok.
”Kami menginstruksikan kepada semua pondok pesantren yang sudah memulai pembelajaran tatap muka untuk betul-betul menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Semua penghuni pesantren, baik para ustaz maupun para santri, harus menerapkan protokol kesehatan dengan ketat,” ungkap Edhi.
Selain itu, pengelola pondok pesantren juga harus menyiapkan sarana pendukung untuk pelaksanaan protokol kesehatan, misalnya tempat cuci tangan serta alat pengukur suhu thermo gun. Masing-masing pondok pesantren juga diwajibkan membentuk tim atau satuan tugas (satgas) untuk mengawasi penerapan protokol kesehatan.
Keberadaan satgas tersebut sangat penting guna memastikan protokol kesehatan benar-benar diterapkan secara ketat di pondok pesantren. ”Tim atau satgas itu yang bertugas mengawal penerapan protokol kesehatan agar bisa berjalan dengan baik,” tutur Edhi.
Kami menginstruksikan kepada semua pondok pesantren yang sudah memulai pembelajaran tatap muka untuk betul-betul menerapkan protokol kesehatan secara ketat (Edhi Gunawan)
Edhi menambahkan, pihaknya juga akan melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran tatap muka yang berlangsung di pondok pesantren di provinsi tersebut. Evaluasi itu harus dilakukan setelah munculnya kasus Covid-19 di beberapa pondok pesantren di DIY.
”Nanti akan kita evaluasi lagi. Kalau memang sudah bisa berjalan dengan baik, ya bisa terus (pembelajaran tatap muka). Tapi manakala ada kasus di tempat yang lain dan sebagainya, nanti akan kita buat kebijakan yang baru,” ujar Edhi.