62 Persen Kasus Covid-19 di Sultra Menimpa Usia Produktif
Sebanyak 62 persen kasus positif Covid-19 di Sulawesi Tenggara adalah mereka yang berusia produktif. Lingkungan luar yang tidak aman membuat mereka yang beraktivitas dan bepergian sangat rentan terpapar virus.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Seiring lonjakan kasus yang terus bertambah, 62 persen dari kasus Covid-19 di Sulawesi Tenggara merupakan warga yang berusia produktif. Hal ini menunjukkan lingkungan luar rumah yang sangat tidak aman. Pemerintah diharapkan jauh lebih serius dalam aksi penanganan penyebaran virus.
Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Sultra, dari total 3.062 pasien positif hingga Minggu (4/10/2020), 1.904 orang di antaranya atau 62 persen berusia 20-44 tahun, rentang usia produktif. Sebanyak 412 orang atau 13 persen berusia 45-54 tahun, dan sebanyak 6 persen atau 183 orang berusia 15-19 tahun.
Juru Bicara GTPP Covid-19 Sultra dr La Ode Rabiul Awal menyampaikan, sebagian besar pasien positif Covid-19 di wilayah ini adalah mereka yang berusia produktif. Hal ini berkaitan dengan kondisi warga yang tetap beraktivitas di luar rumah atau mereka yang memiliki mobilitas tinggi.
”Hal ini tidak bisa dimungkiri bahwa mereka yang rutin keluar rumah atau memiliki mobilitas tinggi, seperti pekerja pada umumnya, adalah mereka yang paling banyak terpapar virus. Makanya, juga ada orang yang tidak pernah keluar rumah tapi diketahui positif karena bisa saja ada anggota keluarganya yang masih rutin bekerja di luar rumah,” ucap Rabiul, di Kendari, Senin (5/10/2020).
Tingginya kasus positif pada usia produktif menunjukkan lemahnya protokol kesehatan di luar rumah. Padahal, pemerintah terus menggaungkan protokol ketat disertai sanksi. Meski demikian, tes usap Covid-19 yang dilakukan memang masih rendah, hanya 14.682 tes. Jumlah ini masih sekitar 0,5 persen dari 2,7 juta penduduk di Sultra.
Epidemiolog dari Universitas Halu Oleo, Ramadhan Tosepu, menjabarkan, dominannya pasien Covid-19 dari usia muda menunjukkan kondisi di wilayah begitu rentan akan paparan virus. Sebab, usia muda ini adalah mereka yang produktif dan sebagain besar lebih banyak di luar rumah.
”Hal ini membuktikan lingkungan kita dalam kondisi tidak baik-baik saja. Sebab, orang-orang muda ini yang beraktivitas di luar rumah paling banyak terpapar Covid-19. Mereka tetap keluar rumah karena harus bekerja,” kata Ramadhan.
Menurut Ramadhan, kondisi lingkungan yang semakin mudah terpapar virus membuat semua orang berpotensi ikut terpapar. Orang-orang yang masih keluar rumah sangat berpotensi membawa virus ke dalam lingkungan yang lebih kecil di keluarga.
Orang-orang berusia muda ini menjadi penular bagi orang tua dan lainnya di rumah. Tanpa protokol kesehatan yang ketat dan minimnya tes, angka positif Covid-19 terus melonjak di wilayah Sulawesi Tenggara.
Hingga pekan pertama Oktober, total kasus positif Covid-19 mencapai 3.062 kasus. Padahal, pada akhir Juni, jumlah kasus hanya 363. Selama empat bulan, terjadi peningkatan kasus hingga 10 kali lipat.
Penambahan kasus terus melonjak setiap hari dengan angka puluhan kasus. Seiring dengan itu, kasus kematian juga bertambah mencapai 62 orang. Pasien meninggal didominasi oleh mereka yang berusia lanjut atau mereka yang memiliki penyakit penyerta.
Oleh sebab itu, tambah Ramadhan, protokol ketat harus dilakukan sesegera mungkin. Imbauan dan sekadar spanduk tidak lagi cukup dengan peningkatan kasus yang terus terjadi. ”Kalau bisa, harusnya Kendari sudah lakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Seiring dengan itu, tes yang masif harus dilakukan, tapi dengan tes yang real-time. Yang terjadi sekarang, tes empat hari lalu, hasilnya keluar hari ini. Sementara, orang yang di-swab jangan sampai sudah ke mana-mana,” terangnya.
Tes antigen
Di Kendari, 6.500 aparatur sipil negara (ASN) dijadwalkan mengikuti tes cepat antigen yang dilaksanakan di RSUD Kendari. Setiap hari, 250 orang diarahkan untuk mengikuti tes tersebut.
Direktur RSUD Kendari dr Sukirman menyampaikan, tes akan dilakukan selama sebulan penuh dengan target semua ASN di Kota Kendari. Hal itu untuk memutus mata rantai penyebaran virus di kluster perkantoran.
”Mereka yang terdeteksi positif dalam uji cepat akan menjalani isolasi mandiri selama 14 hari. Mereka juga tetap akan mengikuti uji usap setelah diketahui positif pada uji cepat. Kami berharap bisa segera memutus rantai penyebaran virus, baik di perkantoran maupun di lingkungan keluarga,” katanya.
Kota Kendari memang menjadi daerah dengan tingkat penyebaran Covid-19 paling tinggi di Sultra. Sebagai ibu kota provinsi, wilayah ini ramai dengan pusat perekonomian dan kunjungan dari berbagai wilayah. Jumlah kasus positif Covid-19 di Kendari mencapai 1.521 orang atau 50 persen dari total kasus Sultra. Sebanyak 682 orang masih menjalani perawatan, 814 orang sembuh, dan 25 orang meninggal.