Bali Masuk Musim Pancaroba, Waspadai Potensi Bencana Alam
Bali memasuki peralihan musim, atau pancaroba. Masyarakat diimbau waspada terhadap risiko bencana alam. BPBD bersama semua pemangku kepentingan terkait terus menyosialisasikan potensi, risiko, dan dampak bencana alam.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·2 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Masyarakat Bali diminta kembali mewaspadai potensi bencana alam di musim pancaroba. Kini, tantangannya menjadi lebih tinggi karena mitigasi bencana alam dilakukan saat pandemi Covid-19.
Tahun ini, hingga awal Oktober 2020, tercatat ada 359 kejadian bencana alam di Bali. Kejadian bencana alamnya beragam, mulai dari angin puting beliung, tanah longsor, dan pohon tumbang serta banjir bandang.
Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah III Denpasar M Taufik Gunawan pada Senin (5/10/2020), menerangkan, cuaca saat ini umumnya berawan dengan hujan ringan hingga sedang. Semuanya berpotensi terjadi di semua wilayah Bali meskipun tidak merata.
Salah satu potensi bencana yang diwaspadai adalah angin kencang di Laut Bali dan Selat Lombok bagian utara. Hingga Selasa, angin dominan bertiup dari tenggara dan selatan dengan kecepatan 4 knot-25 knot atau 7,4 kilometer per jam-46,3 kilometer per jam.
Kondisi ini, rentan memicu gelombang laut hingga dua meter atau lebih di Laut Bali, selatan Selat Bali, dan Selat Badung. Hal yang sama juga bisa terjadi di selatan Selat Lombok, selatan Selat Alas, Samudra Hindia selatan Bali, hingga Nusa Tenggara Barat.
Kepala Stasiun Klimatologi Jembrana Rakhmat Prasetia menerangkan, awal musim hujan di wilayah Bali diperkirakan mulai Oktober dan akan meningkat pada bulan November. Rakhmat menyatakan perlu diwaspadai potensi penambahan curah hujan, terutama saat puncak musim hujan yang diperkirakan terjadi Januari 2021.
”Potensi hujan sedang hingga lebat secara tiba-tiba dan disertai angin kencang serta petir ada di wilayah tengah, barat, dan timur Bali," katanya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Bali I Made Rentin mengatakan, sudah menyiapkan personel ataupun peralatan dan logistik. Namun, Rentin menyatakan, upaya preventif tetap menjadi yang utama. Oleh karena itu, dia mengajak seluruh masyarakat meningkatkan kewaspadaannya.
”Mari tetap fokus memantau potensi bencana alam sembari terus mewaspadai dampak pandemi Covid-19,” katanya.
Rentin menambahkan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana sudah meluncurkan aplikasi tentang potensi risiko dan ancaman kebencanaan, Inarisk. Aplikasi Inarisk dapat dimanfaatkan untuk mengetahui potensi risiko dan ancaman bencana. Selain itu, dilengkapi juga cara pencegahan serta langkah penyelamatan yang harus dilakukan di wilayah berpotensi bencana.