Di musim pancaroba, Kalteng dilanda kebakaran hutan dan lahan. Gambut yang kering dinilai menjadi penyebab kebakaran lahan tersebut.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Kebakaran hutan dan lahan masih mengancam Kalimantan Tengah di musim peralihan. Setidaknya sudah terjadi 22 kejadian kebakaran lahan dengan total lahan yang terbakar seluas 52 hektar pada Selasa (6/10/2020). Meskipun demikian, kebakaran lahan tersebut masih bisa tertangani dengan baik.
Saat ini sebagian besar wilayah Kalimantan Tengah sedang memasuki musim peralihan. Cuaca ekstrem pun melanda. Di sebagian wilayah intensitas hujan disertai petir dan angin melanda, sedangkan sebagiannya lagi kekeringan.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Kota Palangkaraya, Rahmat Alfandy, memperkirakan, Kalteng akan memasuki musim hujan di bulan Oktober pada minggu kedua. Namun, saat ini di beberapa wilayah, seperti di Kabupaten Katingan, Kotawaringin Barat, dan Kotawaringin Timur, masih dilanda hujan lebat.
”Namun, di beberapa wilayah masih dilanda kemarau kering, seperti di Palangkaraya, yang dalam beberapa hari ini belum turun hujan,” ujar Rahmat.
Rahmat menjelaskan, pihaknya sudah memberikan peringatan potensi kekeringan pada lahan gambut yang bisa menjadi sumber kebakaran hutan dan lahan. ”Kami selalu memberikan peringatan dini karena koordinasinya jalan terus dengan pemerintah daerah setempat,” ujar Rahmat.
Pada Selasa sore, kebakaran lahan terjadi di Jalan Danau Rangas, Kota Palangkaraya, Kalteng. Setidaknya 2 hektar lahan dengan kandungan gambut tipis terbakar.
Dari pantauan Kompas, puluhan petugas gabungan dari Manggala Agni, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangkaraya, aparat keamanan, hingga sukarelawan pemadam berkumpul di lokasi tersebut dan berjibaku memadamkan api. Mereka dibagi menjadi beberapa kelompok dan menyemprotkan air dan belasan selang di berbagai sudut lokasi terbakar.
Sembari petugas didarat memadamkan api, helikopter bom air milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga ikut menyiram air dari udara. Setidaknya helikopter itu 11 kali bolak-balik memadamkan api di lokasi tersebut.
Sekitar pukul 15.30 WIB, api dapat dikendalikan. Meskipun demikian, petugas tidak langsung meninggalkan lokasi. Tim yang datang pertama digantikan tim berikutnya untuk melakukan pendinginan.
”Pendinginan ini untuk memastikan lagi tidak ada lahan yang masih mengeluarkan asap. Jadi air disuntikkan ke dalam tanah,” kata Subandri (34), salah satu sukarelawan pemadam, sambil menunjukkan teknik suntik tanah menggunakan selangnya.
Di lokasi petugas tidak kesulitan mendapatkan air karena lokasi kebakaran dekat dengan parit-parit. Lokasi tersebut juga tidak jauh dari permukiman warga. Untung saja api tidak sampai menjalar ke salah rumah warga.
”Api mulai muncul itu sekitar pukul 12.30. Kami hanya lihat asapnya sudah tinggi dan besar,” ujar Ferdinan (28), warga Danau Rangas, yang rumahnya paling dekat dengan lokasi kebakaran.
Ferdinan pun begitu melihat asap langsung coba memadamkan api. Namun, karena keterbatasan alat, api tak terkendali sehingga keluarganya menghubungi aparat keamanan.
Dari data Pusat Pengendalian dan Operasi Penanggulangan Bencana, pada Selasa siang terjadi 22 kejadian kebakaran dengan total 81 titik panas yang membakar 52 hektar lahan. Tahun ini, setidaknya terjadi 869 kejadian kebakaran lahan dengan total luas lahan yang terbakar sebanyak 1.858,89 hektar atau seperempat luas Kota Yogyakarta.
Wakil Direktur Samapta Polda Kalteng Ajun Komisaris Besar Timbul RK Siregar menduga penyebab kebakaran lahan tersebut karena kelalaian. Ia menduga ada yang membuang puntung rokok ke arah lahan gambut yang sedang dalam keadaan kering.
”Beberapa hari ini bisa diperhatikan tidak ada hujan. Hal itu membuat lahan kering sekali ditambah lagi adanya angin sepoi sehingga kebakaran cepat merambat dan meluas,” ujar Timbul.
Beberapa hari ini bisa diperhatikan tidak ada hujan. Hal ini membuat lahan ini kering sekali ditambah lagi adanya angin sepoi sehingga kebakaran cepat merambat dan meluas.
Timbul menjelaskan, pihaknya juga tetap akan melakukan penyelidikan terhadap kejadian tersebut agar bisa diketahui penyebab pasti kebakaran. ”Ya nanti dilihat apakah ini disengaja atau tidak,” ujarnya.