Sasar Pasar Milenial, Kampoeng Kopi Banaran di Kabupaten Semarang Dikemas Lebih Modern
Kampoeng Kopi Banaran akan dikembangkan dengan konsep eduwisata dan ekowisata menyasar pasar kaum milenial. Agrowisata tersebut dinilai punya posisi strategis karena berada di simpul Yogyakarta-Solo-Semarang.
Oleh
GREGORIUS MAGNUS FINESSO
·4 menit baca
UNGARAN, KOMPAS — PT Perkebunan Nusantara IX menggandeng PT Dyandra Promosindo untuk menggarap potensi agrowisata kopi di Jawa Tengah. Konsep eduwisata dan ekowisata dikemas lebih modern dengan menyasar pasar kaum milenial. Pengembangannya dimulai dari Wisata Agro Kampoeng Kopi Banaran yang memiliki posisi strategis di jantung segitiga emas Yogyakarta-Solo-Semarang atau Joglosemar.
Demikian disampaikan Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara atau PTPN III (Persero) Muhammad Abdul Ghani seusai penandatanganan nota kesepahaman bersama (MoU) antara PT Perkebunan Nusantara IX dan PT Dyandra Promosindo di Kampoeng Kopi Banaran, Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (15/10/2020). Dalam penandatanganan tersebut turut hadir, antara lain, Direktur PTPN IX Tio Handoko, Presiden Direktur PT Dyandra Promosindo Hendra Noor Saleh, Direktur Umum PTPN III (Persero) Seger Budiarjo, dan Komisaris Utama PTPN IX M Syarkawi.
Kerja sama tersebut menjadi langkah strategis PTPN IX untuk mengoptimalisasi aset dan memaksimalkan pendapatan PTPN IX. (Abdul Ghani)
Ghani mengatakan, kerja sama tersebut menjadi langkah strategis PTPN IX untuk mengoptimalisasi aset dan memaksimalkan pendapatan PTPN IX. ”Kampoeng Kopi Banaran punya potensi besar dan kami menyadari tidak andal dalam pemasaran potensi wisata. Untuk itu, kami berkolaborasi dengan pihak lain yang memiliki jejaring pasar dan pengalaman kuat untuk mengemas ulang serta meningkatkan promosi Kampoeng Kopi Banaran,” ujarnya.
Terlebih, saat pandemi masih membayangi pariwisata global, Ghani berpendapat, pengunjung lokal menjadi alternatif pasar yang bisa dioptimalkan. Dengan begitu, diharapkan juga bakal menggeliatkan perekonomian warga di sekitar agrowisata Kampoeng Kopi Banaran dan perkebunan kopi seluas total 400 hektar tersebut.
Ghani juga membuka kemungkinkan memperluas kerja sama pengemasan agrowisata di tempat lain. ”Kami memiliki banyak lokasi dengan pemandangan yang cantik. Kami mendorong PT Dyandra Promosindo untuk mengelola potensi-potensi tersebut,” jelasnya.
Secara khusus, Ghani meyakini, PT Dyandra yang merupakan bagian dari Kelompok Kompas Gramedia memiliki pengalaman, jejaring, dan budaya perusahaan kuat sehingga mampu memaksimalkan potensi aset-aset PTPN. Dia berharap Kampoeng Kopi Banaran menjadi pusat agrowisata kopi tidak hanya di Jateng, tetapi juga Nusantara.
Hendra menyambut optimistis kerja sama pengelolaan tersebut. Nantinya, PT Dyandra akan mengelola aspek pengembangan infrastruktur, eduwisata, dan ekowisata, termasuk pelaksanaan kegiatan (MICE). Selain memiliki potensi alam yang menarik, dia menilai Kampoeng Kopi Banaran juga memiliki keunggulan wilayah karena terletak di segitiga emas Yogyakarta-Solo-Semarang.
”Secara khusus, kami akan membidik pangsa pasar milenial. Kami ingin meningkatkan citra Kampoeng Kopi Banaran sebagai tempat nongkrong anak muda dari berbagai komunitas, seperti sepeda, lari, dan offroader. Untuk itu, sarana, prasarana, venue, harus dapat diterima kaum milenial,” ucapnya.
Secara khusus, Hendra mengatakan, sejumlah infrastruktur yang akan dikembangkan untuk meningkatkan kunjungan ke Kampoeng Kopi Banaran adalah hotel, ruang pertemuan, hingga wahana flying fox. Pengembangannya akan mengutamakan konsep edukatif, menghibur, modern, dan lebih memudahkan aksesibilitas pengunjung.
Hendra mengungkapkan, PT Dyandra Promosindo, beberapa waktu terakhir, mulai mengembangkan bisnis pengelolaan lokasi wisata. Salah satunya bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengelola sejumlah kebun raya, termasuk Kebun Raya Bogor. Dia juga tak menutup kemungkinan menjajaki pengelolaan lokasi-lokasi wisata lain di Jawa Tengah, termasuk pengembangan Rawa Pening.
Kampoeng Kopi Banaran berada di tengah kebun kopi PTPN IX. Lokasinya hanya sekitar 1 kilometer dari Pintu Tol Bawen, yang terhubung dengan jalur Jalan Tol Trans-Jawa Jakarta-Semarang-Solo-Surabaya. Selain itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat juga bakal membangun ruas jalan tol Bawen-Yogyakarta. Dengan begitu, posisi Bawen sangat strategis sebagai titik temu dari simpul-simpul jalur utama. Lokasi ini memiliki panorama indah karena berlatar belakang Danau Rawa Pening dan perbukitan.
Sementara itu, Direktur PTPN IX Tio Handoko mengakui, meski beberapa tahun terakhir sudah berupaya mengelola pariwisata berbasis perkebunan, sumber daya manusia di PTPN bukan ahli di bidang pemasaran, terlebih di era digital. Untuk itu, dengan kerja sama ini, pihaknya bisa lebih fokus meningkatkan kualitas dan produksi kopi.
Menurut Tio, dari sekitar 1.000 hektar kebun kopi yang dikelola PTPN IX, produktivitasnya masih rendah, masih di bawah 1 ton per hektar. Ia menargetkan, dalam lima tahun ke depan, produktivitas kopi bisa mencapai 1,8 ton per hektar.
”Kami akan teruskan program peremajaan tanaman kopi karena kebanyakan sudah tua-tua. Selain itu, kami ingin meningkatkan nilai tambah di produk hilir kopi karena kebanyakan masih dijual dalam bentuk green bean,” jelasnya.