Kasus di Kolaka Melejit, Kluster Pekerja PT Antam Dominan
Jumlah kasus Covid-19 di Kolaka, Sulawesi Tenggara, melejit beberapa waktu terakhir. Sebagian besar kasus merupakan kluster pekerja tambang di PT Antam Tbk UBPN Sultra.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Kasus Covid-19 di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, melejit selama dua pekan terakhir. Jumlah kasus baru mencapai 106 kasus dengan sebagian besar merupakan kluster pekerja PT Aneka Tambang (Antam) di Kecamatan Pomalaa. Penelusuran kasus masih terus dilakukan untuk memutus penyebaran virus.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kolaka Mohammad Aris menjabarkan, total kasus hingga Minggu (18/10/2020) mencapai 321. Dari jumlah itu, 177 orang masih dalam perawatan, 3 orang meninggal, dan 141 orang dinyatakan sembuh. Sementara itu, tambahan kasus di hari tersebut sebanyak 106 orang.
”Total 106 kasus itu akumulasi sejak sekitar 8 Oktober lalu, tetapi baru diumumkan pihak provinsi. Kasus berasal dari penelusuran yang masif, khususnya yang dilakukan PT Antam di Pomalaa. Saya tidak hafal jumlah persisnya, tetapi ada data per kecamatan,” ujar Aris saat dihubungi dari Kendari, Senin (19/10/2020).
Penelusuran kasus di Pomalaa, tambah Aris, diprakarsai PT Antam setelah satu pekerja meninggal pada September lalu. Semua pekerja, baik karyawan maupun tenaga kontrak, diuji dengan tes cepat. Total yang diuji sekitar 3.000 orang.
Dari uji cepat itu, Aris melanjutkan, sekitar 10 persen pekerja diketahui reaktif Covid-19. Semua pekerja yang reaktif diistirahatkan untuk dilakukan uji spesimen. Hasil pengujian spesimen menunjukkan sebagian pekerja terkonfirmasi positif Covid-19.
”Jadi, (kasus positif) memang tinggi karena penelusuran kasus dilakukan. Hal itu untuk mengamankan wilayah dari transmisi virus. Tapi, kelihatannya sudah mulai turun karena hari ini laporan terbaru hanya ada tiga kasus baru. Namun, penelusuran terus dilakukan karena juga mengambil sampel keluarga pekerja yang positif,” kata Aris.
Meski kasus dominan dari PT Antam yang terletak di Kecamatan Pomalaa, perusahaan tetap menjalankan operasi pengolahan nikel di lokasi tersebut. Sebab, menurut Aris, pekerja yang memiliki potensi terpapar Covid-19 telah diisolasi, dan semua pekerja telah diuji tes cepat.
”Jadi, memang akan menimbulkan kehebohan sementara karena jumlah yang dites itu banyak. Ujungnya nanti akan berkurang. Pembatasan kegiatan juga dilakukan, misalnya, untuk acara-acara dan kegiatan di publik. Tapi pengujian swab (tes usap) perusahaan itu dikerjasamakan dengan pihak ketiga. Kalau menunggu dari provinsi itu lama karena harus dikirim ke Makassar,” ujar Aris.
Sementara itu, pihak PT Antam yang dikonfirmasi menolak memberikan keterangan lebih lanjut. Irwan Makmur, staf Public Relations PT Antam Tbk Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) Sultra, menuturkan, menyerahkan semua penjelasan Covid-19 ke Gugus Tugas Covid-19 Kolaka. ”Setelah kami koordinasi, untuk masalah terkait Covid-19, semua sumber dari Jubir Gugus Tugas Covid-19 Kolaka,” ucapnya.
Kasus Covid-19 seperti kluster pekerja tambang di PT Antam Tbk UBPN Sultra merupakan kasus pekerja tambang yang kesekian kali terjadi di Sultra. Sebelumnya, di Kolaka Utara, sejumlah pekerja tercatat positif Covid-19. Beberapa di antaranya juga meninggal.
Sementara itu, kasus positif Covid-19 di Sultra hingga Senin sore mencapai 4.275 orang. Sebanyak 1.527 orang dalam perawatan, 73 orang meninggal, dan 2.675 orang telah dinyatakan sembuh.
Salah satu kendala utama penanganan Covid-19 di Sultra adalah terbatasnya alat uji spesimen. Alat uji hanya terdapat di beberapa daerah dengan rujukan utama di RSUD Bahteramas, Kendari. Akan tetapi, alat di rumah sakit yang menjadi rujukan belasan kabupaten/kota ini rusak dua pekan terakhir.
”Alat microcentrifuse untuk mesin PCR habis dan sekarang dalam perjalanan ke Kendari. Lalu ada perbaikan juga yang memakan waktu. Semoga bisa segera digunakan kembali,” ucap Jubir Gugus Tugas Covid-19 Sultra dr La Ode Rabiul Awal akhir pekan lalu. Alat pengujian di RSUD Bahteramas belum difungsikan normal.
Epidemiolog, akademisi, hingga masyarakat sipil sejak awal telah merekomendasikan agar Pemprov Sultra memperbanyak mesin uji spesimen. Hanya dengan pengujian yang masif, penyebaran virus bisa dihentikan.