Banjir di Selatan Jateng Mulai Surut Warga Diimbau Waspada
Banjir di sejumlah wilayah selatan Jawa Tengah mulai surut. Namun, intensitas hujan yang masih tinggi perlu diwaspadai. Penanganan tanggul jebol di Kebumen terus diupayakan. Warga diimbau tetap waspada.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
KEBUMEN, KOMPAS -- Banjir yang melanda sejumlah wilayah di selatan Jawa Tengah seperti di Kebumen dan Cilacap sudah mulai surut. Sebagian besar pengungsi sudah kembali pulang ke rumah masing-masing. Namun kewaspadaan warga masih perlu ditingkatkan manakala terjadi hujan lebat dan banjir susulan.
"Sudah tidak ada pengungsi. Mereka sudah pulang ke rumah masing-masing, tapi dengan catatan harus siap kembali ke pengungsian jika hujan lebat dan banjir lagi," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kebumen Teguh Kristiyanto saat dihubungi dari Banyumas, Jawa Tengah, Senin (2/11/2020).
Teguh menyampaikan, air sudah surut dan tidak lagi menggenangi rumah sehingga warga sudah bisa kembali pulang ke rumah masing-masing. Air masih tergenang di sejumlah pekarangan dan tempat-tempat yang rendah.
“BMKG memprediksi musim hujan akan berlangsung hingga Februari dan puncaknya untuk wilayah Kebumen terjadi pada Desember. Jadi masyarakat masih harus wasapada,” tuturnya.
Sudah tidak ada pengungsi. Mereka sudah pulang ke rumah masing-masing, tapi dengan catatan harus siap kembali ke pengungsian jika hujan lebat dan banjir lagi (Teguh Kristiyanto)
Menurut Teguh, penanganan dua tanggul jebol sudah selesai di Sungai Karanganyar, yaitu di Kelurahan Panjatan dan Kelurahan Jatiluhur, Kecamatan Jatiluhur. Tanggul jebol juga sudah selesai diperbaiki di Sungai Pesuningan di Kecamatan Prembun.
“Ada juga yang masih berlangsung penanganannya, yaitu tanggul Sungai Telomoyo di Desa Madureja, Kecamatan Puring. Progres pekerjaan sekitar 35 persen,” paparnya.
Dihubungi terpisah, Kepala BPBD Kabupaten Cilacap Tri Komara menyampaikan, banjir di Kecamatan Kroya juga sudah mulai surut dari yang semula ketinggian air 1,6 meter, kini surut menjadi 60-80 sentimeter. “Di Desa Mujur Lor sudah tidak ada pengungsi. Di Desa Sikampuh juga semua sudah surut,” kata Tri.
Warga yang masih mengungsi, lanjut Tri, adalah warga dari Desa Mujur sebanyak 150 keluarga, Desa Gentasari sebanyak 29 keluarga, dan Desa Kedawung ada 32 keluarga yang mengungsi. Mereka mengungsi di sejumlah titik tempat pengungsian seperti sekolah, kompleks mushola, dan juga rumah tetangga atau kerabat yang aman dari banjir.
Dari Banyumas, Komandan Tagana Kabupaten Banyumas Ady Candra menyampaikan, banjir masih menggenangi Desa Sirau, Kecamatan Kemranjen dengan ketinggian 30-50 sentimeter. Ratusan pengungsi tersebar di tiga titik, yaitu Masjid Baitunnikmah, MI Fathul Ulum, dan MI Muhammadiyah Sidamulya.
Sejumlah bantuan dari kelompok masyarakat dan lembaga pendidikan telah disalurkan kepada pengungsi di Banyumas. Srikandi Pemuda Pancasila, misalnya memberikan bantuan berupa trauma healing kepada anak-anak dan dipimpin oleh Pegiat Komite Perlindungan Anak Indonesia Tri Wuryaningsih. Universitas Muhammadiyah Purwokerto juga memberikan layanan kesehatan gratis kepada para pengungsi.
“Kami mengadakan pengobatan gratis untuk membantu masyarakat yang terkena banjir. Fakultas Kedokteran UMP menerjunkan tim medis tanggap bencana,” kata Wakil Dekan Fakultas Kedokteran UMP Susiyadi, Senin sepeti dikutip dari siaran pers.