Dua daerah di Jatim masih dilanda banjir meski ketinggian genangan menurun signifikan dibandingkan hari sebelumnya. Penyaluran bantuan logistik terhadap masyarakat penyintas terus dilakukan beriringan dengan penanganan.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Dua daerah di Jawa Timur masih dilanda banjir meski ketinggian genangan menurun signifikan dibandingkan hari sebelumnya. Penyaluran bantuan logistik terhadap masyarakat penyintas terus dilakukan beriringan dengan upaya penanggulangan bencananya.
Pelaksana tugas Kepala Pelaksana BPBD Jatim Yanuar Rachmadi mengatakan, dua daerah yang masih dilanda banjir adalah Kabupaten Pasuruan dan Sidoarjo. Banjir di Pasuruan kondisinya mulai menyusut meski ketinggian genangan masih tinggi. Di Desa Kedungringin, misalnya, ketinggian air mencapai 20-80 sentimeter (cm).
”Di Desa Kedungboto ketinggian air 10-60 cm, sedangkan di Desa Cangkring Malang ketinggian airnya 20-50 cm. Banjir juga masih melanda Desa Gempol dan Kejapanan dengan ketinggian air 20-50 cm,” ujar Yanuar Rachmadi, Rabu (4/11/2020).
Banjir yang berlangsung sejak Minggu malam itu mengakibatkan ribuan warga terdampak. Sebagian masih bertahan di rumah, sebagian lagi mengungsi ke rumah sanak saudara. Untuk meringankan derita masyarakat korban banjir, BPBD Jatim mendistribusikan bantuan logistik.
Bantuan yang didistribusikan itu berupa 350 nasi bungkus, 1 ton beras, 200 liter minyak goreng, 500 kardus mi instan, 50 karton paket lauk-pauk atau sebanyak 1.800 kaleng, serta 26 karton makanan tambahan gizi siap saji atau sebanyak 936 kaleng.
Yanuar mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan BPBD Pasuruan untuk mencari solusi mengatasi banjir, terutama di kawasan permukiman warga. Saat ini, upaya darurat yang dilakukan adalah membendung laju aliran air dengan tumpukan karung pasir. Selain itu, menyiagakan beberapa mesin pompa untuk menyedot air.
Banjir di Pasuruan disebabkan hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi yang terjadi sejak Minggu (1/10/2020) sore sekitar pukul 15.00-19.00. Kondisi banjir menjadi semakin parah karena bersamaan dengan terjadinya pasang air laut di Selat Madura.
Operasikan pompa
Banjir di Sidoarjo juga berangsur surut meskipun masih ada genangan setinggi 20 cm di Desa Kedungbanteng dan Banjarasri, Kecamatan Tanggulangin. Genangan itu merambah 630 rumah. Meski demikian, warga tidak mengungsi dan memilih bertahan di rumah masing-masing dengan risiko terkena penyakit gatal-gatal.
Penjabat Bupati Sidoarjo Hudiyono mengatakan, pihaknya telah meminta Dinas Kesehatan Sidoarjo memantau kondisi kesehatan warga terdampak banjir. Upaya mengatasi genangan ditempuh dengan mengoperasikan 15 mesin pompa. Itu dilakukan karena kondisi air laut pasang.
Selain di Tanggulangin, banjir juga melanda Kecamatan Porong di Desa Pesawahan, Candi Pari, Kesambi, Pamotan, dan Gedang. Banjir ini merupakan bencana rutin yang terjadi setiap musim hujan. Kondisi permukaan tanah di lokasi bencana lebih rendah yang diduga disebabkan oleh penurunan tanah sebagai dampak semburan lumpur.
”Untuk membantu masyarakat serta mengatasi genangan air, pemda langsung menurunkan tim ke lokasi bencana. Tim ini diharapkan memberikan respons yang cepat untuk meminimalkan dampak,” kata Hudiyono.
Kepala BPBD Sidoarjo Dwijo Prawito mengatakan, instansi terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air Sidoarjo, Dinas Kesehatan, koramil, serta polsek setempat sudah turun untuk mempercepat penanganan. Tim ahli dari Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya juga terus bekerja mencari penyebab banjir agar bisa merekomendasikan solusi yang tepat untuk mengatasinya.
Seperti diberitakan sebelumnya, bencana hidrometeorologi melanda sejumlah kabupaten dan kota di Jawa Timur, memasuki awal musim hujan, Senin (2/11/2020). Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu, tetapi ratusan rumah warga tergenang. Pemerintah daerah dan masyarakat waspada karena bencana yang lebih besar berpotensi terjadi.
Berdasarkan data BPBD Provinsi Jatim, ada enam kabupaten yang dilanda banjir, yakni Mojokerto, Sidoarjo, Madiun, Trenggalek, dan Pasuruan. Selain itu, terjadi bencana longsor di Kabupaten Ponorogo dan Pacitan.
Kepala BMKG Tanjung Perak Taufiq Hermawan mengatakan, bencana hidrometeorologi di sejumlah daerah di Jatim terjadi karena anomali iklim La Nina yang menyebabkan musim hujan datang lebih awal. Curah hujan juga meningkat di atas normal, sebesar 25-40 persen.
Selain itu, terdapat beberapa gangguan atmosfer yang memengaruhi peningkatan curah hujan, seperti Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang Ekuator Rossby, serta pertemuan massa udara (konvergensi).
”BMKG memprediksi sedikitnya ada 22 daerah yang rawan terhadap bencana hidrometeorologi, seperti banjir bandang, longsor, angin kencang, sambaran petir, hingga gelombang tinggi,” ucap Taufiq.