Festival Dalang Cilik Lestarikan Seni Pewayangan di Banyumas
Festival Dalang Cilik digelar di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Rabu (4/11/2020). Perhelatan festival menjadi salah satu upaya regenerasi dalang gagrak Banyumasan yang kian menua.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Banyumas menggelar Festival Dalam Cilik di Gedung Kesenian Soetedja, Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Rabu (4/11/2020). Festival yang diikuti tujuh dalang usia 12-15 tahun itu digelar sebagai wadah regenerasi pelaku kesenian tradisional.
”Festival dalang cilik ini diadakan untuk membina, melestarikan seni pedalangan yang merupakan salah satu kearifan lokal bangsa Indonesia. Ini juga upaya regenerasi supaya anak-anak mencintai seni pedalangan,” kata Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Banyumas Asis Kusumandani, di Purwokerto, Rabu.
Festival dalang cilik ini digelar sekali setahun. Awalnya, menurut Asis, festival akan digelar di Museum Wayang Banyumas. Namun karena harus menerapkan protokol kesehatan pencegahan penularan Covid-19 secara ketat, kegiatan akhirnya dihelat di Gedung Kesenian Soetedja. “Peserta diberi kesempatan tampil dalam waktu satu jam,” ujar Asis.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Banyumas Destianto menyampaikan, ada sejumlah aspek yang dinilai dalam festival ini. Beberapa di antaranya yakni penampilan, vokal, suluk, hingga permainan wayang.
Selain festival dalang, lanjut Destianto, pihaknya juga sedang mempersiapkan festival karawitan dan sudah ada 12 kelompok tingkat SMP yang mendaftar. “Kalau karawaitan ini kesulitannya adalah mengumpulkan orang untuk berlatih. Sekolah-sekolah masih belum bisa menggelar belajar tatap muka,” katanya.
Kegiatan festival dalang cilik ini, lanjut Destianto, juga dimanfaatkan untuk mendoakan wafatnya dalang Ki Seno Nugroho yang meninggal di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam usia 48 tahun.
Ketua Koordinator Wilayah Eks Kota Administratif Purwokerto Persatuan Pedalangan Indonesia Kabupaten Banyumas Ki Ageng Banjaran menyebutkan, jumlah dalang di Banyumas saat ini sekitar 170 orang dan sekitar 20 persen sudah berusia 40-65 tahun. Untuk itu, perlu regenerasi dalang untuk melestarikan pewayangan gagrak Banyumasan.
Arkananta Jaluningrat Putra Nugroho (13), salah satu peserta festival dalang cilik, mengatakan, dirinya menyukai wayang sejak sekitar 4 tahun. Dia suka wayang karena sang kakek juga adalah seorang dalang. ”Dari wayang, saya suka perangnya, cara ngomongnya,” kata Arkananta yang duduk di bangku kelas I SMP ini.
Arkananta mengaku mengidolakan tokoh Gatotkaca yang kuat. Pada festival ini, dia membawakan lakon Dasamuka Gugur dan sudah latihan selama dua bulan terakhir. ”Dari latihan wayang, saya belajar sabar, melatih kedisiplinan, dan ketekunan,” kata Arkananta yang berlatih 4-5 kali dalam sepekan dengan durasi sekitar 45 menit kali dua kali per hari.
Sidik Nurokhman (14), peserta lainnya, akan membawakan lakon Kumbakarna Gugur dan sudah berlatih sekitar 1,5 bulan terakhir. Sidik mengaku suka pada tokoh punakawan, yaitu Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong karena lucu dan bijaksana, serta cablaka atau jujur. ”Saya latihan disiplin, tekun, dan percaya diri,” kata Sidik yang baru pertama kali ikut festival dalang cilik.
Sanen (40), ayah Sidik, bersyukur anaknya menekuni kesenian pedalangan. Sanen adalah seniman dan juru begal, salah satu kesenian adat yang biasa dipakai saat prosesi pernikahan tradisi Banyumas. Menurut Sanen, dengan menekuni pedalangan, anaknya jadi banyak berlatih dan tidak terpusat bermain gawai. ”Anak jadi terarahkan, kalau tidak akan cenderung main-main HP terus. Dia jadi banyak belajar,” ujarnya.