Erupsi Eksplosif Dimungkinkan, Barak Pengungsian Disiapkan di Sleman
Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyiapkan dua barak pengungsian setelah status aktivitas Gunung Merapi ditingkatkan menjadi Siaga. Warga lansia dan balita akan diungsikan lebih dulu.
Oleh
HARIS FIRDAUS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menyiapkan dua barak pengungsian setelah status aktivitas Gunung Merapi ditingkatkan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III). Berdasarkan data-data vulkanologi, ada kemungkinan erupsi eksplosif di Merapi.
”Ini sedang disiapkan. Kami yakin, nanti saat Merapi erupsi, kami sudah siap,” kata Sekretaris Daerah Kabupaten Sleman Harda Kiswaya seusai meninjau barak pengungsian di Dusun Banjarsari, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Kamis (5/11/2020) malam.
Sebelumnya, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menaikkan status aktivitas Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan DIY dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III) mulai Kamis (5/11/2020) siang pukul 12.00. BPPTKG juga menyatakan, radius bahaya akibat erupsi Merapi mencapai 5 kilometer (km) dari puncak.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida mengatakan, berdasarkan data-data, ada kemungkinan terjadi erupsi eksplosif di Merapi. Hal ini terlihat dari aktivitas kegempaan dan laju deformasi di Merapi yang terus meningkat. Namun, belum ada kubah lava baru yang tampak di puncak gunung api tersebut. Meski demikian, erupsi eksplosif yang mungkin terjadi itu diperkirakan tidak sebesar erupsi tahun 2010.
”Sampai saat ini, kegempaan dan deformasi masih terus meningkat. Berdasarkan hal tersebut, dimungkinkan terjadi proses ekstrusi magma secara cepat atau letusan eksplosif,” ungkap Hanik.
Hanik menambahkan, erupsi Merapi bisa menghasilkan guguran lava, lontaran material, dan awan panas dengan jangkauan maksimal 5 km. BPPTKG juga mengumumkan daftar dusun di wilayah Jawa Tengah dan DIY yang diperkirakan masuk ke dalam daerah bahaya akibat erupsi Merapi.
Dusun-dusun yang diperkirakan sebagai wilayah terdampak itu tersebar di empat kabupaten, yakni Sleman di DIY, serta Magelang, Boyolali, dan Klaten di Jawa Tengah. Berdasarkan data BPPTKG, ada 30 dusun yang masuk daerah bahaya akibat erupsi Merapi, yakni 3 dusun di Sleman, 9 dusun di Magelang, 9 dusun di Boyolali, dan 9 dusun di Klaten.
Meski demikian, Hanik menyebut, BPPTKG tidak merekomendasikan wilayah di dalam radius 5 km dari puncak Gunung Merapi untuk dikosongkan dari aktivitas warga. Dalam status Siaga seperti sekarang, penanganan terhadap warga di daerah bahaya diserahkan kepada BPBD kabupaten sesuai prosedur tetap yang telah disusun.
Di Sleman terdapat tiga dusun yang berpotensi terkena bahaya akibat erupsi Merapi. Tiga dusun di Kecamatan Cangkringan itu adalah Dusun Kalitengah Lor di Desa Glagaharjo, Dusun Kalidem di Desa Kepuharjo, dan Dusun Pelemsari di Desa Umbulharjo.
Harda menjelaskan, barak pengungsian di Dusun Banjarsari sebenarnya memiliki kapasitas untuk menampung 400 orang. Namun, dalam kondisi pandemi Covid-19, barak tersebut dibatasi hanya menampung 150 orang. Lokasi barak tersebut berada di samping Balai Desa Glagaharjo dan berjarak sekitar 12 km dari puncak Merapi.
Menurut rencana, barak di Dusun Banjarsari akan digunakan untuk menampung sekitar 100 warga yang selama ini tinggal di Dusun Kalitengah Lor. Sekitar 100 warga yang terdiri dari orang lanjut usia dan anak balita itu akan diungsikan paling awal karena mereka tergolong kelompok rentan saat bencana melanda.
Ada 300 ternak milik warga Kalitengah Lor yang juga akan diungsikan. Menurut rencana, hewan-hewan ternak itu akan diungsikan di halaman barak di Dusun Banjarsari.
Selain itu, ada 300 ternak milik warga Kalitengah Lor yang juga akan diungsikan. Menurut rencana, hewan-hewan ternak itu akan diungsikan di halaman barak di Dusun Banjarsari.
”Barak di Glagaharjo jadi lokasi pertama untuk ditempati karena paling dekat dari lokasi warga. Kalau mengungsi dekat dengan rumahnya, warga, kan, merasa nyaman karena aktivitas sehari-harinya masih bisa dijalankan,” kata Harda.
Barak pengungsian lain yang juga sedang disiapkan berada di Dusun Gayam, Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan. Barak tersebut mampu menampung hingga 300 orang. Namun, tempat itu hanya akan digunakan sekitar 100 orang agar pengungsi bisa menerapkan jaga jarak.
Harda menyatakan, secara umum, barak pengungsian di Sleman telah siap ditempati. Namun, barak yang disiapkan itu harus dibersihkan terlebih dahulu supaya warga nyaman saat tinggal di sana.
Warga kelompok rentan diungsikan lebih dahulu saat Merapi berstatus Siaga. Adapun warga lain baru akan mengungsi jika status naik menjadi Awas.
”Hanya barak ini memang harus dibersihkan lagi agar pengungsi bisa lebih nyaman berada di sini. Mulai besok mudah-mudahan evakuasi sudah bisa dilakukan,” ungkap Harda.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Joko Supriyanto mengatakan, sesuai standar operasional rencana kontingensi erupsi Merapi, warga kelompok rentan diungsikan lebih dahulu saat Merapi berstatus Siaga. Adapun warga lain baru akan mengungsi jika status naik menjadi Awas.
”Kami juga menerapkan sister family (keluarga mitra). Jadi, warga yang tinggal di daerah berbahaya sudah dihubungkan dengan keluarga-keluarga yang tinggal di tempat lebih aman. Jadi, nanti siapa harus ke mana sudah tercatat. Warga bisa lebih nyaman juga nantinya,” kata Joko.
Sementara itu, dari tiga dusun di Sleman yang masuk daerah bahaya erupsi Merapi, pengungsian skala besar kemungkinan hanya dilakukan di Dusun Kalitengah Lor. Untuk Dusun Kaliadem, lanjut Joko, saat ini tidak ada warga yang tinggal di sana. Di dusun tersebut memang terdapat beberapa bangunan, tetapi hanya difungsikan untuk memelihara ternak.
Adapun di Dusun Pelemsari terdapat dua keluarga yang tinggal di wilayah tersebut. Namun, dua keluarga itu juga sudah dapat dievakuasi di hunian tetap yang jaraknya lebih dari 10 km dari puncak Merapi.
Secara terpisah, Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X meminta masyarakat tidak panik menanggapi kenaikan status Gunung Merapi. Sultan menyebut, selama ini, warga yang tinggal di lereng Merapi sudah memiliki pengalaman dalam menghadapi erupsi Merapi.
”Masyarakat tidak perlu panik karena warga di Sleman, khususnya di sekitar Merapi, sudah paham,” ujar Sultan, yang juga Raja Keraton Yogyakarta.