Rasa Percaya Diri Anak-anak Pengungsi Merapi Harus Terus Ditumbuhkan
Puluhan anak lereng Merapi di Desa Klakah, Kecamatan Selo, Boyolali, diajak bermain bersama para sukarelawan. Langkah ini dilakukan untuk memulihkan dunia mereka agar tetap menyenangkan meski di pengungsian.
Oleh
MELATI MEWANGI
·2 menit baca
BOYOLALI, KOMPAS — Rasa percaya diri anak-anak pengungsi Gunung Merapi harus terus ditumbuhkan. Beragam edukasi sesuai usia anak diharapkan bisa membuat mereka memahami pentingnya mitigasi bencana di sana.
Harapan itu juga yang mendorong sukarelawan dari Desa Gantang di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, menggelar beragam permainan bersama anak-anak pengungsi di Klakah, Selo, Boyolali, Jumat (13/11/2020). Kegiatan ini akan dilakukan setiap hari. Setiap pertemuan bakal didampingi delapan sukarelawan.
Kerja sama antara Klakah dan Gantang ini sudah terjalin selama setahun terakhir. Salah satu fokusnya ada dalam langkah bersama menghadapi bencana erupsi Merapi. Selain pendampingan anak terdampak, bila kemudian hari aktivitas Merapi meningkat, Gantang akan menyediakan tempat evakuasi bagi warga Klakah.
Digelar di lapangan desa, ada 40 anak yang ikut serta beragam jenis permainan itu. Mereka membentuk lingkaran dan bergandengan tangan. Para sukarelawan pun berdiri di tengah lingkaran, memandu anak-anak bernyanyi.
Beberapa anak tampak malu saat ditunjuk untuk bernyanyi. Namun, tak sedikit pula yang berani tampil. Semua anak menerima hadiah berupa makanan ringan dan minuman susu cokelat. Nuryani (4), misalnya, tampak antusias bernyanyi dan bermain bola. Sedari awal bermain, dia terus tersenyum dan tertawa.
”Senang sekali karena banyak teman di sini,” ucapnya, sambil menunjukkan posisi sahabatnya berdiri.
Juminem (32), ibu Nuryani, senang melihat anak keduanya itu tetap ceria meski harus mengungsi. Tinggal di pengungsian membuat anaknya mudah bosan. Nuryani lebih menyukai bermain di luar dan berinteraksi dengan teman.
Salah seorang sukarelawan sekaligus Wakil Ketua Lembaga Penanganan Bencana Desa Gantang, Jampong, mengatakan, anak-anak terdampak tidak boleh dibiarkan begitu saja. Sebagai bagian dari kelompok rentan, mereka adalah prioritas saat di pengungsian hingga evakuasi. Lebih dari itu, mereka juga perlu mendapat pemahaman pentingnya kebersamaan saat menghadapi ancaman bencana.
”Kegiatan ini kami harapkan bisa menumbuhkan kepercayaan diri di antara mereka saat menghadapi bencana,” ujar Jampong.
Kepala Desa Klakah Marwoto mengatakan, persaudaraan antardesa berpotensi membantu warga desa saat dalam kondisi bencana. Konsepnya, lanjutnya, adalah keluarga untuk keluarga (family to family).
”Warga kami akan mengungsi ke rumah penduduk di desa bersaudara. Apalagi, saat pandemi Covid-19, sebaiknya warga dikumpulkan dalam kelompok-kelompok kecil untuk menekan risiko penularan Covid-19,” kata Marwoto.
Desa Klakah berjarak sekitar 4 kilometer dari puncak Merapi. Total ada 933 keluarga dan 2.975 orang yang tersebar di enam dusun. Ada empat dusun yang masuk zona rawan, yaitu Sumberan, Bakalan, Bangunsari, dan Klakah Nduwur. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Boyolali mencatat, saat ini ada 154 orang dari kelompok rentan yang telah mengungsi.