Sebagian Warga Lereng Merapi di Cangkringan Sleman Pilih Jual Ternak
Terdapat warga yang sudah menjual ternaknya di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Warga lebih memilih menjual karena khawatir kerepotan mengurus ternak di pengungsian setelah status Merapi dinaikkan.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Sebagian warga di lereng Gunung Merapi di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai menjual ternak. Mereka lebih memilih menjual daripada mengungsikan ternak karena merasa akan kerepotan mengurus ternak di pengungsian.
Warga yang sudah menjual ternaknya, di antaranya, didapati di Dusun Kalitengah Lor, Desa Glagaharjo, Cangkringan. Darti (48), warga Dusun Kalitengah Lor, menyatakan sudah menjual dua sapi perah miliknya kepada seorang belantik atau makelar hewan ternak asal Klaten, Jawa Tengah, seharga Rp 19 juta per ekor. Ia mengatakan, nilai jual itu lebih rendah dibandingkan dengan seharusnya. Namun, selisihnya tak terlalu banyak.
”Seharusnya, harga satu ekor bisa sekitar Rp 20 juta. Tetapi, kondisi seperti ini jadi lebih murah. Saya mending menjual daripada mengungsikan karena pasti akan kerepotan mengurusnya kalau ternak diungsikan. Nanti kalau sudah aman, baru saya beli lagi,” kata Darti, Selasa (17/11/2020). Ternak turut diprioritaskan diungsikan lebih dulu setelah peningkatan status Gunung Merapi dari Waspada (level II) menjadi Siaga (level III), Kamis (5/11/2020).
Kepala Dusun Kalitengah Lor Suwondo menyampaikan, pihaknya tak memungkiri ada beberapa warganya yang mulai menjual ternak masing-masing setelah ada anjuran mengungsikan ternak. Namun, ia tidak bisa memastikan jumlah ternak milik warganya yang telah terjual.
Kebanyakan pembeli ternak merupakan makelar ternak dari Klaten dan Boyolali. Ia mengamati, sejumlah belantik mulai berkeliaran di dusunnya sejak peningkatan status aktivitas gunung tersebut.
Pengungsian ternak mulai berlangsung sejak Senin (9/11/2020). Total ada 294 sapi milik warga Dusun Kalitengah Lor yang harus diungsikan. Dusun itu berada dalam daerah ancaman bahaya erupsi Merapi. Sebab, jaraknya berada dalam radius 5 kilometer dari puncak Merapi.
Hingga Selasa, total sapi yang sudah bisa diungsikan berjumlah 150 ekor. Jumlah tersebut terdiri dari 63 sapi perah dan 83 sapi pedaging. Ternak diungsikan di beberapa tempat, mulai dari kandang komunal, kandang darurat, hingga kandang milik warga yang tak terpakai. Semua titik pengungsian ternak berjarak sekitar 10 kilometer dari puncak Merapi.
Pelaksana Tugas Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Kabupaten Sleman Nawangwulan menyampaikan, kendala dalam pengungsian ternak ini adalah belum siapnya kandang darurat di Lapangan Balai Desa Glagaharjo. Saat ini baru terbangun tiga unit kandang darurat. Satu unit mampu menampung 10 ternak.
”Kami ingin membangun 20 unit (kandang darurat) sehingga bisa menampung 200 ternak. Targetnya, semua kandang sudah bisa selesai dibangun dalam pekan ini. Sebenarnya sudah banyak warga yang meminta agar ternaknya bisa segera diungsikan. Tetapi, memang tempatnya yang belum siap,” kata Nawangwulan.
Nawangwulan mengungkapkan, pengungsian ternak ini dibangun untuk mencegah jatuhnya korban ternak dalam erupsi Gunung Merapi. Dia pun meminta warga tidak terburu-buru menjual ternaknya.
Warga juga diminta tidak khawatir dengan kecukupan pangan bagi ternak. Kecukupan pakan akan disertai pula dengan ketersediaan air dan kesehatan ternak.
”Jangan sampai peternak menjual dengan harga murah. Dengan kondisi bencana, warga bisa sangat dirugikan. Kami berusaha sekeras mungkin agar warga mau mengevakuasi ternaknya,” ujar Nawangwulan.