Selang Sehari, Dua Dokter di Sultra Gugur Akibat Covid-19
Hanya berselang sehari, dua dokter di Sulawesi Tenggara meninggal berturut-turut akibat terpapar Covid-19 setelah menjalani perawatan, meski sebelumnya diketahui tidak memiliki penyakit penyerta.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Hanya berselang sehari, dua dokter di Sulawesi Tenggara meninggal berturut-turut akibat terpapar Covid-19. Keduanya meninggal setelah menjalani perawatan, meski sebelumnya diketahui tidak memiliki penyakit penyerta. Sementara itu, kendati angka kasus meninggal di wilayah ini terus alami lonjakan, belum ada penanganan berarti dari pemerintah.
Pada Sabtu (28/11/2020) pagi, seorang dokter muda berusia 27 tahun yang baru menjalani proses pemandirian profesi (internship) meninggal di RS Bahteramas Kendari, Sultra. Dokter ini menjalani perawatan sekitar satu pekan sebelum mengembuskan napas terakhir. Sebelumnya, pada Kamis malam, seorang dokter gigi juga meninggal di rumah sakit yang sama.
Orangtua almarhum juga diketahui positif. Almarhum sempat dirawat di rumah sakit beberapa waktu, tetapi kondisinya terus turun hingga meninggal sekitar pukul 09.00 Wita tadi pagi. (Rabiul)
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sultra La Ode Rabiul Awal menyampaikan, satu orang yang meninggal hari ini adalah dokter muda yang sempat bertugas di beberapa tempat. Akan tetapi, almarhum terkonfirmasi positif Covid-19, yang diduga terpapar dari keluarga dekat.
”Orangtua almarhum juga diketahui positif. Almarhum sempat dirawat di rumah sakit beberapa waktu, tetapi kondisinya terus turun hingga meninggal sekitar pukul 09.00 Wita tadi pagi,” kata Rabiul, di Kendari.
Menurut Rabiul, almarhum diketahui tidak memiliki penyakit penyerta. Kondisi pasien tersebut juga awalnya tergolong baik meski mengalami sesak. Selain itu, saturasi oksigennya tidak pernah maksimal meski telah dibantu oksigen.
”Almarhum adalah dokter umum pertama yang meninggal di Sultra. Pada Rabu kemarin, ada dokter gigi yang meninggal. Total dokter yang meninggal mencapai tiga orang. Kami turut mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya,” katanya.
Satu orang dokter gigi yang meninggal pada Rabu lalu, tambah Rabiul, berusia 36 tahun dan bertugas di Puskesmas Laosu, Konawe. Ia diketahui terpapar Covid-19, lalu menjalani perawatan sekitar dua pekan hingga tidak mampu tertolong di RS Bahteramas Kendari.
Dua dokter yang meninggal dalam waktu berdekatan ini, Rabiul melanjutkan, menunjukkan penyebaran virus terus meluas dan bisa membuat siapa saja terpapar. Dampak virus bisa membuat orang meninggal meski sebelumnya tidak memiliki penyakit penyerta.
Tindakan maksimal
Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia Sultra Agus Purwo meyampaikan, pihaknya turut berdukacita dengan terus adanya dokter yang meninggal akibat Covid-19. Tindakan maksimal dalam perawatan telah dilakukan, tetapi para dokter ini tidak bisa tertolong.
Terus gugurnya dokter yang juga bertugas, tutur Agus, menjadi pesan penting bahwa virus terus ada di masyarakat sehingga kewaspadaan penting terus dilakukan. Protokol kesehatan ketat mesti terus dilakukan saat beraktivitas, ataupun saat berada di lingkungan sendiri.
”Bagi para dokter dan tenaga kesehatan juga mesti harus tetap waspada karena orang yang tidak bergejala pun sudah begitu banyak. Total dokter yang terpapar Covid-19 di Sultra mencapai 103 orang di mana satu orang meninggal dan 10 orang masih dalam perawatan,” kata Agus.
Sementara itu, data GTPP Covid-19 Sultra, total pasien Covid-19 yang meninggal dunia mencapai angka 103 orang. Pada Jumat (27/11/2020), sebanyak lima orang tercatat meninggal dalam sehari. Pasien yang meninggal pada hari tersebut berusia 36 hingga 64 tahun.
Melonjaknya kasus meninggal di Sultra, menurut epidemiolog Universitas Halu Oleo, Ramadhan Tosepu, patut untuk diwaspadai dan menjadi peringatan bagi pemerintah, dan masyarakat pada umumnya. Sebab, hal ini menunjukkan kasus yang semakin buruk di wilayah Bumi Anoa ini.
”Kemungkinan besar kan pasien tersebut sudah lama terpapar virus, hanya baru terdeteksi ketika kondisi kesehatannya sudah buruk. Jadi, ketika datang ke layanan kesehatan sudah sulit tertolong,” kata Ramadhan.
Oleh sebab itu, penelusuran kasus dengan pengujian secara luas sudah sangat mendesak untuk dilakukan. Pengujian dengan tes usap secara massal akan memudahkan untuk menghentikan penyebaran virus di masyarakat.
Di Sultra, hanya ada segelintir tempat pengujian spesimen meski pandemi telah berlangsung sekitar tujuh bulan. Alat pengujian di RS Bahteramas, yang merupakan rujukan provinsi, bahkan sempat lama rusak sehingga spesimen dari berbagai daerah dikirim ke Makassar, Sulawesi Selatan.
Secara nasional, berdasarkan laporan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 yang berbasis data Kementerian Kesehatan menyebutkan, kasus di Indonesia bertambah 5.828 orang dan korban jiwa bertambah 169 orang pada Jumat (27/11/2020). Penambahan harian ini merupakan yang tertinggi sejak ditemukannya kasus Covid-19 di Indonesia pada awal Maret 2020.
Dengan penambahan ini, total kasus Covid-19 di Indonesia sebanyak 522.581 orang, sedangkan korban jiwa menjadi 16.521 orang. Jumlah ini bisa lebih tinggi lagi karena belum semua data di daerah dimasukkan secara nasional (Kompas, Jumat, 27/11/2020).