Covid-19 merupakan ancaman yang tak pandang kasta politik. Entah pejabat atau masyarakat, siapa pun yang lengah dipaksa merasakan akibatnya. Sudah 32 kepala daerah terinveksi, 8 orang di antaranya meninggal.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·5 menit baca
Covid-19 merupakan ancaman yang tidak memandang kasta politik. Entah pejabat atau masyarakat, siapa pun yang lengah dipaksa merasakan akibatnya. Sedikitnya 32 kepala daerah pernah ’merasakan’ kehadiran virus tersebut dalam tubuh mereka. Bahkan, delapan di antaranya meninggal akibat Covid-19.
Kasus terakhir menimpa Bupati Situbondo Dadang Wigiarto (54). Sebelum jatuh sakit, Dadang diketahui cukup aktif mengikuti sejumlah kegiatan. Bupati Situbondo dua periode tersebut sempat menghadiri penghargaan Kelompok Budaya Kerja Manrovenesia di Kota Batu, Jawa Timur, pada 13 November 2020.
Pada 16 November, Dadang sempat melakukan kunjungan kerja di sejumlah titik di Malang, Jawa Timur. Selanjutnya pada Sabtu 21 November, Dadang juga menghadiri kegiatan bakti sosial dan bersih-bersih sampah di sepanjang Patani Desa Kilensari, Panarukan, Situbondo.
Kegiatan bersih-bersih sampah itu menjadi kegiatan resmi Dadang untuk yang terakhir kalinya. Dadang juga sempat bertemu beberapa tamu dalam sejumlah kegiatan di luar kedinasan.
Dadang sempat dirawat di RSUD Abdoer Rahem, Situbondo, sejak Senin (23/11/2020). Keesokan harinya, Dadang menjalani uji usap untuk memastikan apakah dirinya terinfeksi Covid-19.
Pada Rabu (24/11/2020), hasil uji usap menyatakan Dadang terkonfirmasi positif Covid-19. Sehari setelah dinyatakan positif, Dadang mengembuskan napas terakhir. Hipertensi yang ia derita, diduga kuat menjadi salah satu titik lemah ketika imunitasnya harus berperang melawan serangan virus SARS-CoV-2.
Tak ada yang menyangka bupati yang dikenal rendah hati tersebut begitu cepat mengalah dengan Covid-19. Terlebih Dadang diketahui cukup ketat menjalankan protokol kesehatan selama pandemi.
”Beliau (Bupati Dadang) sangat ketat menjalankan protokol kesehatan. Beliau kerap mengenakan masker medis. Masker itu selalu ia kenakan, bahkan saat pidato sekalipun. Beliah juga sudah tidak mau berjabat tangan. Ajudan yang mengawal bapak (bupati) juga pasti dibekali penyanitasi tangan untuk digunakan setiap kali dibutuhkan,” ujar Juru Bicara Satuan Tugas Covid 19 Situbondo Dadang A Bintoro.
Namun, harus diakui tugasnya sebagai bupati membuat Dadang harus banyak menghadiri aneka kegiatan dan memaksa dirinya bertemu banyak orang. Dalam sehari, rata-rata Dadang bisa menghadiri enam agenda berbeda dan bertemu puluhan orang tamu berbeda.
Sebagian kegiatan pertemuan dilakukan di luar ruangan. Namun, tak sedikit pula yang dilakukan di dalam ruang yang mungkin tertutup dan berpenyejuk ruangan.
”Saat pandemi mulai marak di Indonesia, beliau mengurangi intensitas kegiatan yang memungkinkan bertemu banyak orang. Namun, setelah pemerintah mencanangkan era new normal, Bupati kembali membuka kesempatan untuk menghadiri banyak agenda,” tutur Dadang A Bintoro yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Komunikasi, Informasi, dan Persandian Situbondo.
Sebagai Bupati, situasi ini tentu bagaikan buah simalakama. Di satu sisi ia harus berupaya keras kembali membangkitkan perekonomian warga yang selama ini lesu terdampak pandemi. Di sisi lain, ancaman tertular covid semakin tinggi.
Namun, berbekal kedisiplinan dan ketatnya protokol kesehatan yang dilakukan oleh Bupati Dadang, jajarannya yakin Dadang tidak mudah tertular. ”Beliau sangat ketat dengan protokol kesehatan. Kalau lengah, pasti sudah dari dahulu tertular,” imbuh Dadang A Bintoro.
Salah satu potensi penularan terjadi saat makan dalam sebuah jamuan. Tentu saat itu, Dadang melepas maskernya untuk makan.
Kepergian Dadang tidak hanya meninggalkan duka pada jajaran stafnya. Bupati Banyuwangi yang juga Ketua Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia Abdullah Azwar Anas. Anas mengaku mengenal Dadang sebagai pribadi yang tenang namun berdedikasi pada daerah yang dipimpinnya.
Tak hanya kematian Dadang yang disesali Anas. Daftar panjang 32 kepala daerah terjangkit Covid-19 di mana delapan di antaranya harus mengembuskan napas terakhir merupakan sebuah rentetan kesedihan.
Selain Dadang, tujuh kepala daerah meninggal karena Covid-19, yakni Bupati Bangka Tengah Ibnu Saleh, Wali Kota Tanjung Pinang Syahrul, Wali Kota Banjarbaru Nadjmi Adhani, Wakil Bupati Way Kanan Edward Antony, Pelaksana Tugas Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin, Bupati Berau Muharram, dan Bupati Morowali Utara Aptripel Tumimomor.
Anas memahami, posisi kepala daerah dalam kondisi seperti ini memang tidak mudah. Lagi-lagi tugas dan tanggung jawab kepala daerah membuat Covid-19 seolah terus membayangi mereka.
”Tugas mereka (para kepala daerah) itu luar biasa. Mereka harus bertemu warga dari satu tempat ke tempat lain. Kami terus mendorong agar para kepala daerah disiplin menerapkan protokol kesehatan,” ujarnya.
Anas juga berharap kepada pemerintah pusat agar para kepala daerah yang memiliki comorbid masuk dalam kelompok prioritas pemberian vaksin. Hal ini dilakukan mengingat tugas dan tanggung jawab para kepala daerah yang membuat mereka masuk dalam kelompok rentan.
”Kami berharap selain tenaga kesehatan, TNI/Polri dan kelompok rentan yang mendapat prioritas vaksin, para kepala daerah yang memiliki comorbid juga bisa di vaksin lebih awal. Syukur-syukur semua kepala daerah,” tuturnya.
Perang terhadap covid memang belumlah usai. Aneka pesan untuk tetap mewaspadai penularan Covid-19 banyak beredar di media sosial. Sayangnya tidak semua pesan tersebut tepat.
Salah satunya video viral berisi peringatan bahaya Covid-19 dari salah satu penderita yang sedang menjalani perawatan. Video tersebut disebarkan dengan tambahan narasi bahwa pria di dalam video itu ialah Bupati Situbondo Dadang Wigiarto.
“Sktr Jam 16.30 Wib Hari Kamis 26 Nov.\'20 Bupati Situbondo Meninggal Dunia. Namun 7 Jam Sblm nya (Sktr Jam 09.30 an) Almarhum Menyempatkan Diri Berpesan Dalam Video Sbb Di bawah Ini…,” demikian bunyi pesan yang banyak tersebar.
Dalam video tersebut, penderita Covid-19 menyampaikan bahwa “Jaga kesehatan. Jangan disepelekan, tetapi juga jangan takut. Ingat, Covid-19 itu ada. Aku sudah tiga hari isolasi di RS dr Oen. Cuci tangan. Pakai masker. Rasanya tidak enak, sesak dan demam. Tetap semangat. Jaga kesehatan,”.
Hasil Cek Fakta yang dilakukan Kompas terhadap video berdurasi 41 detik tersebut, menunjukkan bahwa terjadi misinformasi. Pesan yang disampaikan pria berbaju merah maroon tersebut sebenarnya tepat, namun narasi yang menyertainya salah.
Pria di video tersebut bukanlah Bupati Situbondo. Wajah Bupati Situbondo Dadang Wigiarto berbeda dengan wajah pria dalam video tersebut. Lagi pula Bupati Dadang dirawat di RSUD Abdoer Raheem, Situbondo, Jawa Timur. Sedangkan pria dalam video tersebut mengaku menjalani isolasi di RS dr Oen yang berada di Solo, Jawa Tengah.