Hindari Penularan Covid-19, Pengungsi Gunung Ile Lewotolok NTT Perlu Dikelompokkan Menurut Umur
Pengungsi gunung Ile Lewotolok, Lembata, Nusa Tenggara Timur yang rentan terpapar Covid-19 sebaiknya dipisahkan dari kelompok anak muda yang memiliki daya tahan tubuh jauh lebih kuat.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
LEWOLEBA, KOMPAS - Pengungsi gunung Ile Lewotolok, Lembata, Nusa Tenggara Timur yang rentan terpapar Covid-19 sebaiknya dipisahkan dari kelompok anak muda yang berdaya tahan tubuh jauh lebih kuat. Dengan ini, pemerintah tidak berhadapan dengan masalah lain terkait paparan Covid-19. Lembata saat ini masuk darurat bencana hingga 12 Desember.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo usai meninjau pengungsi gunung Ile Lewotolok di Lewoleba, Lembata, Rabu (2/12/2020) mengatakan, setelah memperhatikan keberadaan 7.968 pengungsi yang tersebar di tujuh titik di Lewoleba, sebaiknya Pemda Lembata lebih ketat lagi memberlakukan protokol kesehatan.
“Kelompok yang rentan terpapar Covid-19 seperti lansia, anak-anak dan pengungsi yang sedang menderita sakit tertentu, sebaiknya dipisahkan dari kelompok anak muda atau mereka yang sehat. Ini untuk menghindari penularan Covid-19 dari orang tanpa gejala atau mereka yang memiliki sistim imun yang lebih kuat kepada kelompok yang rentan,”kata Monardo.
Kelompok rentan yang dimaksud, yakni ibu hamil, ibu menyusui, penderita penyakit penyerta atau kormobid, disabilitas, balita, dan anak-anak serta lansia.
Ia menilai, Pemkab sudah memberikan layanan yang cukup bagus bagi pengungsi. Tetapi masih ada beberapa hal yang segera diperbaiki. Salah satu di antaranya, penanganan kesehatan dan keselamatan para pengungsi.
Pemisahan kelompok rentan dari kelompok anak muda yang sehat ini segera dilakukan. Selain menghadapi erupsi gunung Ile Lewotolok, para pengungsi juga menghadapi bencana non-alam, yakni pandemi Covid-19. Kelompok rentan ini berisiko jika terpapar Covid-19.
Yang perlu menjadi perhatian, tak hanya mereka yang berada di tenda-tenda pengungsi Pemda, tetapi juga yang mengungsi di rumah-rumah. Pemda harus bisa memastikan, di mana saja kelompok rentan yang sedang mengungsi di rumah-rumah warga, lantas memisahkan mereka dari kelompok anak muda dengan sistem imun tubuh yang bagus.
Kelompok yang rentan terpapar Covid-19 seperti lansia, anak-anak dan pengungsi yang sedang menderita sakit tertentu, sebaiknya dipisahkan dari kelompok anak muda atau mereka yang sehat. Ini untuk menghindari penularan Covid-19 dari orang tanpa gejala (Doni Monardo)
Doni berkunjung ke Lewoleba, Lembata bersama anggota Komisi VIII DPR RI Ali Taher, dan Wakil Gubernur NTT Joseph Nae Soi. Kehadiran mereka sebagai bukti bahwa pemerintah senantiasa hadir di tengah masyarakat yang sedang menghadapi bencana, serta memberi dukungan dan penguatan.
Masalah kesehatan lain yang bisa saja terjadi, yakni gangguan pernapasan dengan dampak ikutan seperti iritasi tenggorokan, gejala bronchitis, asma, asfiksia, dan penyakit pernapasan lain. Ini disebabkan oleh gas dan abu vulkanik yang dihirup warga di sekitar area letusan gunung. “Keselamatan jiwa adalah hukum tertenggi, salus populi suprema lex,” kata Monardo.
Sementara Wakil Bupati Lembata Thomas Ola Langoday mengatakan, Lembata saat ini sedang dalam kondisi darurat bencana. Penetapan Lembata darurat bencana itu sejak 29 November 2020 sampai dengan 12 Desember 2020.
Ia mengatakan, kehadiran Doni Monardo dan Ali Taher, sangat meneguhkan Pemda dan masyarakat Lembata di tengah bencana. Kunjungan itu sekaligus memacu masyarakat dan Pemda bekerja keras, saling membantu satu sama lain, dan bergotong-royong dalam menghadapi bencana erupsi gunung Ile Lewotolok.
Langoday mewakili masyarakat dan Pemda Lembata mengucapkan terima kasih kepada pemerintah pusat dalam hal ini BNPB atas bantuan berupa uang tunai Rp 1 miliar, bantuan terpal, selimut, kasus, bantal, bahan pokok, kebutuhan anak-anak dan perempuan, masker, sabun, odol, dan lain-lain. Dengan ini, penderitaan pengungsi bisa dikurangi.
Mengenai usulan BNPB agar kelompok pengungsi rentan dipisahkan dari kelompok anak –anak muda agar tidak terpapar Covid-19, Langoday menyatakan segera menindaklanjuti saran ini. Apa yang disampaikan Kepala BNPB ini sudah dipikirkan Pemda Lembata tetapi karena situasi darurat kebencanaan dan proses revakuasi masih berjalan sehingga pemisahan itu belum dijalankan.
“Ada beberapa alternatif untuk kelompok rentan itu dipindahkan ke rumah warga, kantor Pemda atau tempat penginapan yang masih kosong, atau mereka dipindahkan ke tenda khusus,”kata Langoday.
Tetapi mereka ini masih bergantung dari anggota keluarga yang masih kuat atau anak-anak muda di dalam keluarga itu. Misalnya, mencuci pakaian mereka, mengangkat air untuk mandi, dan melayani berbagai kebutuhan lain sehingga pemisahan itu sifatnya fleksibel. Intinya, mereka tetap menjaga protokol kesehatan dengan mengenakan masker, menjaga jarak, dan selalu mencuci tangan.
Anggota DPRD NTT Lembata Yoseph Boli Muda mengatakan, gunung Ile Lewotolok hari ini masih mengeluarkan bunyi dentuman dan gemuruh dari kawah, tetapi sebaran abu vulkanik sudah berkurang. Terjadi hujan secara sporadic di beberapa titik di bawah lereng gunung sehingga bisa membersihkan abu-abu yang masih bertengger di pohon-pohon, rumah warga, fasilitas umum, dan di jalan-jalan.
Ia khawatirkan, persiapan musim tanam bagi petani lahan kering termasuk masyarakat 27 desa yang tersebar di dua kecamatan, di bawah lereng gunung Ile Lewotolok, menjadi terganggu. Musim tanam lahan kering biasanya terjadi pada pekan pertama dan kedua bulan Desember, setelah terjadi hujan terjadi secara merata selama 5-7 hari berturut-turut.
“Kalau mereka tetap berada di lokasi pengungsian, berdampak buruk bagi masa depan lahan pertanian mereka. Hampir 90 persen warga di dua kecamatan itu adalah petani lahan kering,”kata Boli Muda.