Aktivitas vulkanik dan pandemi di Gunung Ile Lewotolok belum mereda. Ativitas vulkanik di gunung yang berada di Lembata, Nusa Tenggara Timur, ini membuat warga terancam bahaya ganda.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Warga menghadapi bahaya ganda pascaerupsi
Gunung Ile Lewotolok, Lembata, Nusa Tenggara Timur yang terjadi di tengah pandemi. Selama aktivitas vulkanik, permukiman warga nyaris kosong. Adapun konsentrasi warga berpindah ke lokasi pengungsian di mana makin sulit menerapkan protokol kesehatan.
Aktivitas vulkanik di Gunung Ile Lewotolok masih terjadi hingga Kamis (3/12/2020). Warga masih menyaksikan, pada Kamis dini hari terjadi erupsi dengan tinggi kolom abu mencapai sekitar 200 meter.
Petugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di pos pengamatan mencatat, terjadi erupsi pada pukul 03.54 Wita. Erupsi menimbulkan kolom abu berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat.
Anselmus Bobyson, petugas di pos pengamatan, melaporkan, erupsi terekam di seismogram dengan amplitudo 5 milimeter dan berdurasi 25 detik. ”Erupsi disertai gemuruh lemah dan sinar api lebih kurang 20 meter di atas puncak kawah,” tulisnya dalam laporan yang disiarkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kamis pagi.
Saat ini, status gunung berada pada Level III atau Siaga. PVMBG merekomendasikan warga, pengunjung, pendaki, atau wisatawan supaya tidak berada ataupun beraktivitas dalam radius 4 kilometer dari puncak gunung.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Lembata telah menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari sejak 29 November hingga 12 Desember. Hingga 2 Desember pukul 22.00 Wita, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lembata mencatat, sebanyak 7.968 pengungsi tersebar di 19 posko pengungsian dan rumah warga.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati menuturkan, BNPB menyalurkan bantuan dana siap pakai sebesar Rp 1 miliar untuk penanganan darurat serta menyediakan 5 tenda pengungsi, 2 flexible tank, 2.000 paket family kits, 200 paket sandang, 500 paket perlengkapan bayi, dan lainnya. Penyaluran logistik itu menggunakan helikopter dari Kota Kupang supaya efektif dan efisien.
Kemarin, Rabu (2/12/2020), hujan deras mengguyur Lembata. Akibatnya, tenda di posko pengungsian kantor bupati lama tergenang air. Pengungsi tidak bisa beraktivitas di tenda karena hanya beralaskan terpal. Mereka pun dipindahkan ke Aula Don Bosco di seberang posko pengungsian.
Jefri Kevin Neparian (28), warga setempat yang tergabung sebagai sukarelawan Pramuka Peduli Kwaran Nubatukan, menuturkan, petugas gabungan dan sukarelawan telah membuat saluran untuk aliran air di sekitar tenda setelah hujan reda. Setelahnya, pengungsi kembali ke tenda untuk beristirahat. Akan tetapi, Kamis pagi, pengungsi kembali dipindahkan ke aula supaya dapat beraktivitas dan beristirahat dengan lebih baik. ”Becek buat pengungsi, tidak nyaman beraktivitas, sulit tidur, dan banyak nyamuk,” ucapnya ketika dihubungi dari Jakarta.
Di tengah situasi pandemi, menurut dia, sulit bagi pengungsi menerapkan jaga jarak. Karena itu, tim gabungan dan sukarelawan terus mengingatkan warga untuk mengenakan masker dan mencuci tangan atau menggunakan antiseptik. Di sisi lain, antiseptik menjadi salah satu kebutuhan mendesak karena lebih praktis.
Wakil Bupati Lembata Thomas Ola Langoday di Lewoleba, Rabu (2/12/2020), seperti diberitakan Antara, menyampaikan bahwa masker menjadi kebutuhan ribuan pengungsi karena erupsi terjadi di tengah pandemi Covid-19.
Pemkab Lembata, lanjutnya, belum mengetahui bahwa dari ribuan pengungsi itu ada yang terpapar Covid-19. Adapun saat ini sudah ada 27 kasus Covid-19 sehingga diperlukan kewaspadaan supaya tidak ada kluster baru. ”Mereka saat lari itu tidak menggunakan masker, pakaian di badan dan saat ini, kan, Lembata masuk zona merah sehingga yang paling utama saat ini adalah masker,” kata Thomas.
Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi juga mengirimkan bantuan pemasangan Wi-Fi gratis di sembilan posko pengungsian. Lokasi pemasangan Wi-Fi berada di Kantor Kelurahan Lewoleba Tengah, kantor dinas PUPR, kantor bupati lama, dan aula Kantor Camat Nubatukan.
Selanjutnya, lokasi yang dipasangi Wi-Fi adalah aula Kantor Kelurahan Lewoleba Selatan, aula Kantor Kelurahan Lewoleba Barat, aula Kantor Kelurahan Lewoleba Timur, aula Ankara Lamahora, dan posko logistik kantor BPBD.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Biro Humas Kemenkominfo Ferdinandus Setu dalam konferensi pers daring, Selasa (1/12/2020), menyebutkan, akses Wi-Fi itu untuk membantu pengungsi, tim gabungan, dan sukarelawan untuk koordinasi dan komunikasi.