Dua Siswa di Blitar Positif, Protokol Kesehatan di Sekolah Dievaluasi
Satuan Tugas Covid-19 Kota Blitar akan mengevaluasi protokol kesehatan sistem belajar tatap muka di sebuah sekolah menengah atas di Blitar, Jawa Timur. Hal itu menyusul dua siswa sekolah itu positif Covid-19.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BLITAR, KOMPAS — Satuan Tugas Covid-19 Kota Blitar akan mengevaluasi protokol kesehatan sistem belajar tatap muka di sebuah sekolah menengah atas di Blitar, Jawa Timur. Hal itu menyusul informasi dua siswa sekolah tersebut terkonfirmasi positif Covid-19.
Saat ini dua siswa yang positif Covid-19 menjalani isolasi mandiri. Sekretaris Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Kota Blitar, Hakim Sisworo, Kamis (3/12/2020), mengatakan, keduanya diketahui positif dari hasil penelusuran di luar sekolah.
”Jadi dari keluarga ada kontak erat, terus di-tracing dan swab pekan lalu. Hasilnya baru keluar hari Senin kemarin,” ujar Hakim saat dihubungi dari Malang.
Menurut Hakim, pada Hari Sabtu (28/11/2020), keduanya minta izin tidak masuk sekolah karena sedang melaksanakan pemeriksaan swab. Sebelum menjalani swab, keduanya sempat masuk sekolah untuk mengikuti pembelajaran.
Sesuai prosedur, dinas kesehatan melakukan penelusuran di sekolah dan melakukan tes usap terhadap siswa lain yang memiliki kontak erat dengan keduanya. ”Untuk sementara sekolah ditutup tiga hari guna sterilisasi. Siswa kembali belajar di rumah,” ucapnya.
Terkait kebijakan selanjutnya, menurut Hakim, pihaknya akan melakukan evaluasi, termasuk mengenai protokol kesehatan proses pembelajaran di sekolah tersebut. Selama ini, protokol kesehatan sudah dilakukan di sekolah tetapi masih ada yang perlu diperbaiki.
Disinggung bagaimana siswa tersebut bisa terpapar Covid-19, Hakim menjelaskan, orangtua mereka merupakan aparatur sipil negara (ASN) di Kabupaten Blitar dan diketahui terpapar Covid-19. Diduga, siswa tersebut tertular dari orangtuanya.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Blitar Muhammad Muchlis, mengatakan, masalah ini tengah ditangani dan pihaknya belum mendapat laporan terbaru dari tim Dinas Kesehatan.
Sebagai informasi, sejak Agustus lalu Kota Blitar telah menerapkan uji coba pembelajaran tatap muka untuk jenjang SMA. Awalnya ada beberapa sekolah yang menerapkan langkah ini dengan pembatasan jumlah siswa hanya 25 persen dari kapasitas.
Pembelajaran tatap muka tersebut juga sempat dihentikan saat status Kota Blitar berubah menjadi zona merah. Pembelajaran tatap muka diteruskan kembali saat zona berubah menjadi oranye atau kuning.
Angka kasus Covid-19 di Kota Blitar belakangan terus meningkat. Berdasarkan data Jawa Timur Tanggap Covid-19, per 3 Desember terdapat 291 pasien terkonfirmasi positif di Blitar. Mereka terdiri dari 74 pasien aktif, 204 sembuh, dan 13 lainnya meninggal. Sementara jumlah suspek 10 orang, probable 1 orang, diisolasi 10 orang, dan discarded 276.
Kasus di Batu
Peningkatan jumlah kasus terkonfirmasi positif juga terjadi di Kota Batu. Data yang dirilis Satgas Covid-19 Kota Batu, Kamis petang, pada 3 Desember terjadi penambahan 33 kasus. Dengan demikian, total kasus terkonfirmasi positif di Batu mencapai 799 kasus dari kondisi 2 Desember yang masih 766 kasus.
Dari 799 kasus terkonfirmasi positif tersebut, 649 sembuh, 76 aktif, dan 74 meninggal. Sementara angka suspek 723, probable 65, diisolasi 174, dan 557 discarded.
Kota Batu kini kembali menjadi salah satu zona merah di Jawa Timur, selain Situbondo, Jember, dan Jombang. Belum ada penjelasan rinci dari Satgas Covid-19 Kota Batu terkait penambahan pasien terkonfirmasi positif tersebut.
Sebelumnya, Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko menyatakan penambahan kasus positif cukup banyak di wilayahnya dampak dari kluster keluarga, bukan dari kegiatan pariwisata. Dia mencontohkan, kasus di Desa Tlekung dan Songgokerto. Di situ, ada warga sakit meski belum terkonfirmasi Covid-19, tetapi tidak menjalani perawatan di rumah sakit.
Warga yang sakit itu kemudian dibesuk oleh kerabatnya. Setelah kondisinya parah, yang bersangkutan baru dilarikan ke rumah sakit dan hasilnya terkonfirmasi positif Covid-19. Selanjutnya, lingkungan tempat tinggal pasien di Dusun Gangsiran, Desa Tlekung, diterapkan pembatasan sosial berskala lokal selama 10 hari sejak 27 November.