Sempat melandai, kasus positif Covid-19 di Sulawesi Selatan melonjak sejak awal Desember. Epidemiolog menyebut penambahan kasus yang terjadi saat ini adalah yang tertinggi selama pandemi.
Oleh
Reny Sri Ayu
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Dalam beberapa hari terakhir, kasus konfirmasi positif Covid-19 di Sulawesi Selatan melonjak tinggi. Epidemiolog menyebut penambahan kasus yang terjadi saat ini yang tertinggi selama pandemi. Momentum pilkada serta libur panjang Natal dan akhir tahun dikhawatirkan menimbulkan ledakan kasus yang lebih besar.
Data Satgas Penanganan Covid-19 Sulsel menunjukkan peningkatan kasus yang signifikan sejak awal Desember. Pada Selasa (1/12/2020) terdapat 155 kasus baru, lalu keesokan harinya bertambah 125 kasus dan meningkat menjadi 137 pada Kamis (3/12/2020). Selanjutnya, pada Jumat (4/12/2020), melonjak ke angka 180 kasus.
Sempat menurun 158 kasus keesokan harinya, tetapi kemudian naik lagi menjadi 179 kasus. Pada Senin (7/12/2020), jumlah kasus baru melonjak menjadi 345. Ini adalah angka tertinggi kasus harian selama pandemi sejak Maret lalu.
Padahal, sejak beberapa bulan terakhir, angka kasus di Sulsel telah menurun, yakni berkisar belasan hingga puluhan kasus per hari. Angka reproduksi efektif yang sebelum Desember di bawah 1 pun kini meningkat menjadi 1,26.
”Apa yang terjadi beberapa hari terakhir sungguh di luar dugaan. Bukan saja tinggi, tetapi tinggi sekali. Dalam catatan kami, penyebabnya di antaranya banyaknya (pasien) isolasi mandiri, tetapi yang menjalani isolasi tidak patuh,” ujar epidemiolog Universitas Hasanuddin, Prof Ridwan Amiruddin, Selasa (8/12/2020).
Menurut Ridwan, banyak pasien isolasi mandiri yang tetap berinteraksi dengan anggota keluarga dan rekan sehingga memunculkan kluster keluarga. Isolasi mandiri saat ini mencapai angka 35 persen dari kasus aktif di Sulsel.
Tahapan pilkada juga disebut Ridwan menyumbang hingga 15 persen penambahan kasus. Walau tak ada kampanye akbar atau besar-besaran, pertemuan dalam bentuk kerumunan kecil yang dilakukan pasangan calon dan tim sukses dari rumah ke rumah, permukiman, dan warung kopi juga memicu penyebaran.
Selain itu, longgarnya protokol kesehatan di tempat-tempat umum, mulai dari mal, rumah makan, kafe, perkantoran, hingga tempat wisata, turut menyumbang peningkatan kasus. Menurut Ridwan, apa yang terjadi saat ini sama seperti pada awal Juni lalu saat terjadi lonjakan kasus pasca-Lebaran. Namun, Ridwan menyebut lonjakan kasus saat ini belum mencapai puncaknya.
”Akan terjadi lonjakan besar di akhir hingga awal tahun jika pemerintah dan masyarakat tidak waspada. Saat ini, kita menghadapi pilkada, Natal, dan libur panjang akhir tahun. Semua berpotensi menyumbang ledakan kasus. Pascapilkda, jika terjadi riak-riak seperti euforia atau aksi protes, juga bisa menambah jumlah kasus,” kata Ridwan.
Dia menambahkan, yang harus dilakukan pemerintah ialah mencermati potensi yang bisa menyebabkan terjadinya lonjakan kasus dan menyiapkan langkah antisipasi. ”Untuk sekolah, misalnya, pemerintah harus melihat kembali layak tidaknya pembelajaran tatap muka dimulai,” katanya.
Hal itu, lanjutnya, dengan menilai kondisi daerah, mana yang kasusnya banyak dan sedikit, lalu pastikan bahwa yang akan melakukan pembelajaran tatap muka sudah benar-benar aman. ”Untuk libur Natal dan akhir tahun, sebaiknya juga diantisipasi. Pengawasan protokol kesehatan di tempat-tempat umum sebaiknya lebih diperketat,” kata Ridwan.
Menyikapi lonjakan kasus sejak awal Desember ini, pada Selasa pagi Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah langsung menggelar pertemuan dengan sejumlah pemangku kepentingan. ”Penelusuran dan tes usap harus lebih masif dilakukan. Begitu pun operasi yustisi oleh petugas, harus lebih ketat lagi,” ucapnya.
Nurdin mengatakan, pemerintah provinsi telah menyiapkan beberapa hotel untuk keperluan isolasi bagi orang yang terkonfirmasi, tetapi tidak memiliki gangguan klinis. ”Untuk mempermudah dan mendekatkan layanan di daerah, pemerintah juga telah menyiapkan beberapa rumah sakit, di antaranya di Palopo, Parepare, Wajo, dan Bantaeng,” kata Nurdin.