Tersisa Dua Tempat Tidur Perawatan Intensif di Surabaya Raya
Situasi wabah Covid-19 di Jawa Timur tidak kunjung mereda, bahkan kian memburuk. Penambahan kasus harian mendekati 800 orang. Bahkan, sarana perawatan intensif di Surabaya Raya tersisa dua tempat tidur.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Wabah Covid-19 di Jawa Timur tidak kunjung mereda, bahkan kian memburuk. Penambahan kasus harian mendekati 800 orang. Bahkan, sarana perawatan intensif di Surabaya Raya tersisa dua tempat tidur pada Jumat (11/12/2020).
Menurut laman resmi http://infocovid19.jatimprov.go.id/ yang dikelola Pemerintah Provinsi Jatim, Covid-19 sejak pertengahan Maret lalu telah menjangkiti 68.361 warga. Tiga hari terakhir atau sejak hari pemungutan suara pilkada serentak di 19 kabupaten/kota di Jatim pada Rabu (9/12/2020), penambahan kasus baru sebanyak 718 orang, 796 orang, dan 748 orang.
Padahal, penambahan kasus harian kurun waktu 1-8 Desember dalam kisaran 430-564 orang. Bulan lalu, penambahan kasus harian terendah 168 orang pada Rabu (11/11/2020) dan tertinggi 471 orang sepekan kemudian. Statistik memperlihatkan situasi pagebluk memburuk.
Penanggung Jawab RS Lapangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan II Laksamana Pertama IDG Nalendra Djaya Iswara mengatakan, 357 tempat tidur perawatan bagi pasien Covid-19 kategori ringan dan sedang di kompleks fasilitas kesehatan darurat di Jalan Indrapura, Surabaya, itu hampir penuh. RS lapangan merupakan simpul pemantauan dan pendistribusian pasien Covid-19 se-Jatim.
”Dari 144 tempat tidur perawatan intensif, saat ini tersisa dua dipan,” kata Nalendra, mantan Kepala RSAL Dr Ramelan, Surabaya.
Karena ledakan pasien, RS lapangan akan menambah kapasitas tempat tidur menjadi 500 unit. Ledakan jumlah pasien Covid-19 sudah terindikasi sejak bulan lalu. Namun, kebanyakan yang datang untuk perawatan dianggap sudah dalam kondisi terlambat atau gejala terutama batuk, pilek, sesak, dan demam sudah berlangsung lebih dari sepekan serta baru dilaporkan.
Tidak perlu lagi membicarakan kluster penularan, jadi lucu sekali, sumber virus sudah di mana-mana dan tidak diketahui. (Nalendra)
Keterlambatan ini mengakibatkan pasien yang datang berkategori berat atau memerlukan perawatan intensif sehingga harus dirujuk. Padahal, jumlah unit perawatan intensif (ICU) di Surabaya Raya terbatas, yakni 144 tempat tidur sehingga terpaksa dikirim untuk perawatan, misalnya, ke Mojokerto.
Kesulitan
Nalendra mengatakan, kenaikan drastis pasien Covid-19 kian menyulitkan gugus tugas untuk mengidentifikasi dan menentukan kluster penularan. Penularan terjadi secara liar atau tidak terpantau, bisa di keluarga, tempat kerja, atau di acara-acara yang menimbulkan kerumunan massa.
”Tidak perlu lagi membicarakan kluster penularan, jadi lucu sekali. Sumber virus sudah di mana-mana dan tidak diketahui,” kata Nalendra.
Epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, mengatakan, situasi saat ini memerlukan ketegasan dari aparatur negara untuk lebih gencar dan massal melakukan pengetesan, penelusuran, dan perawatan (testing, tracing, treatment). Selain itu, mempertimbangkan kembali skema pembatasan sosial aktivitas masyarakat untuk mengendalikan pagebluk. Sosialisasi dan operasi kepatuhan protokol kesehatan juga masih penting dilaksanakan.
Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Jatim Herlin Ferliana mengakui, keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan pasien Covid-19 hampir penuh karena peningkatan yang signifikan.
Ketua Persatuan Rumah Sakit Indonesia (Persri) Jatim Dodo Anondo mengatakan, hampir penuhnya tingkat terisian tempat tidur perawatan intensif merupakan tanda bahaya.
”Kami cemas jika pelayanan rumah sakit nantinya tak mampu lagi,” kata Dodo.
Tidak kendur
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meminta aparatur dan masyarakat tidak kendur dalam ikhtiar penanganan wabah. Untuk itu, aparatur dan pengurus masyarakat (RT/RW) yang bahu-membahu menangani pagebluk patut diapresiasi dan dihargai.
Keputusan sebaiknya tidak merayakan Natal dan Tahun Baru setelah Satgas Covid-19 Surabaya menggelar rapat koordinasi terkait pendisiplinan protokol kesehatan menjelang perayaan Natal 2020 dan Tahun Baru 2021. (Irvan Widyanto)
Cara-cara yang telah dilakukan sejak awal mula wabah menyerang masih dipertahankan, misalnya penyemprotan sejumlah lokasi dengan disinfektan, penyediaan makanan minuman bergizi untuk kalangan masyarakat terdampak dan terjangkit Covid-19, operasi disiplin protokol kesehatan, pengetesan massal, serta pemantauan protokol kesehatan di tempat-tempat usaha yang berpotensi menarik kerumunan.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Surabaya Eddy Christijanto menambahkan, pengetatan pengawasan protokol kesehatan dilakukan di ruang publik, pasar, kantor, serta pos-pos kegiatan aparatur dan masyarakat. ”Semua operasi dan sosialisasi akan terus dilaksanakan sampai ada pernyataan bahwa Surabaya sudah terbebas dari Covid-19,” ujarnya.
Wakil Sekretaris Satgas Covid-19 Surabaya Irvan Widyanto mengatakan, terus meningkatnya kasus Covid-19 di Jawa Timur menjadi salah satu alasan Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya menyarankan perayaan Natal dan Tahun Baru sebaiknya tidak digelar.
”Keputusan tersebut setelah Satgas Covid-19 Surabaya menggelar rapat koordinasi terkait pendisiplinan protokol kesehatan menjelang perayaan Natal 2020 dan Tahun Baru 2021,” ujarnya.