Jenuh dan Terdesak Kebutuhan, Pengungsi Merapi Ingin Kembali
Status tanggap darurat erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Magelang bakal diperpanjang. Kendati demikian, gelombang pengungsi yang pulang ke permukiman karena jenuh dan terdesak kebutuhan diperkirakan terus terjadi.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Mendekati berakhirnya masa tanggap darurat bencana erupsi Gunung Merapi pada 14 Desember 2020, ratusan pengungsi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, berencana kembali ke permukiman. Selain jenuh, mereka juga mengaku terdesak kebutuhan mencari penghasilan dengan bertani dan memanen sayur.
Kethik (62), warga Dusun Babadan I, Desa Paten, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, mengatakan, karena merasa terdesak harus mulai bertani, dia dan warga lainnya berencana untuk segera pulang meninggalkan pengungsian. ”Kami berencana untuk pulang saat masa tanggap darurat berakhir, Senin (14/12/2020) atau Selasa (15/12/2020),” ujarnya, Minggu (13/12/2020).
Kethik memiliki lahan pertanian seluas 1.000 meter persegi. Saat musim hujan pada November atau Desember, biasanya menjadi awal bagi warga mulai bercocok tanam. Namun, karena harus mengungsi sejak Jumat (6/11/2020), hingga kini mereka belum bisa melakukan apa-apa.
”Hingga saat ini saya belum menyiapkan benih dan lahan juga masih dibiarkan kosong,” ujarnya. Kethik bersama 285 warga Dusun Babadan I kini mengungsi di Balai Desa Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan.
Sudasri (48), koordinator pengungsi warga Dusun Babadan I, mengatakan, keluhan dari Kethik juga banyak didengarnya dari warga lain. ”Jika terus menunda pulang, warga khawatir nantinya musim akan beralih kemarau sehingga pasokan air berkurang,” ujarnya.
Mayoritas warga lereng Gunung Merapi, termasuk Dusun Babadan I, bergantung pada pertanian sayur-mayur. Jika kemudian tiba-tiba status Gunung Merapi diturunkan, warga khawatir mendadak diminta pulang. Padahal, di sisi lain, mereka sama sekali tidak memiliki uang.
Selain itu, Sudasri mengatakan, keinginan warga untuk pulang dipicu kondisinya yang sudah bosan dan jenuh. Lebih dari sebulan terakhir mereka tinggal di pengungsian.
Keluhan serupa banyak diungkapkan warga tiga dusun di Desa Krinjing yang mengungsi di Balai Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan. Keinginan pulang muncul karena para pengungsi juga banyak mendengar cerita dari warga yang masih tinggal di rumah bahwa kondisi Gunung Merapi cenderung aman dan tidak menunjukkan peningkatan aktivitas apa pun.
”Sejak pertama kali diminta mengungsi hingga sekarang, suara gemuruh memang masih sering terdangar dari Merapi. Namun, bagi kami, warga yang tinggal di lereng, suara semacam itu sudah biasa didengar,” ujar Ismail, Kepala Desa Krinjing, Kecamatan Dukun.
Kendati demikian, Ismail mengatakan, pihaknya juga terus berupaya menenangkan warga dan meminta mereka bertahan di pengungsian.
Camat Dukun Amin Sudrajat mengatakan, kondisi pengungsi yang mulai bosan dan ingin pulang memang sulit dicegah. Namun, saat berada di rumah, warga diminta untuk tetap terus waspada dan siaga.
”Dengan berada di rumah, warga harus siap sewaktu-waktu diminta mendadak mengungsi jika Gunung Merapi mengalami peningkatan status,” ujarnya.
Aktivitas mengungsi secara mendadak tersebut, menurut dia, harus disadari akan berlangsung berbeda dan kurang menyenangkan dibandingkan dengan situasi saat mereka pertama kali diminta mengungsi pada Jumat (6/11/2020).
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Edy Susanto mengatakan, karena status Gunung Merapi masih Siaga (level III) dan aktivitas vulkaniknya cenderung tinggi, status tanggap darurat yang sudah diperpanjang dan berlaku 1-14 Desember, menurut rencana, kembali diperpanjang hingga 31 Desember.
Saat status Gunung Merapi belum meningkat menjadi Awas (level IV), maka BPBD Kabupaten Magelang juga tidak bisa menahan atau mencegah warga untuk kembali pulang. (Edy Susanto)
Menyikapi kondisi tersebut, warga yang sudah direkomendasikan mengungsi diharapkan tetap bertahan di pengungsian. Kendati demikian, saat status Gunung Merapi belum meningkat menjadi Awas (level IV), maka BPBD Kabupaten Magelang juga tidak bisa menahan atau mencegah warga untuk kembali pulang.
Hingga Minggu (13/12/2020), jumlah pengungsi Merapi di Kabupaten Magelang terdata mencapai 639 orang. Meskipun sebagian warga yang sempat pulang sudah kembali ke pengungsian, masih ada ratusan orang lainnya memilih bertahan di rumah. Saat awal mengungsi November lalu, jumlah pengungsi sempat mencapai lebih dari 800 orang.