Kembali Zona Merah, Banyuwangi Hentikan Sekolah Tatap Muka
Tingginya kasus aktif dan masifnya penularan Covid-19 membuat Banyuwangi kembali masuk dalam zona merah risiko penularan Covid-19. Dampaknya, uji coba sekolah tatap muka yang sudah berjalan sebulan kembali ditiadakan.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Tingginya kasus aktif dan masifnya penularan Covid-19 di Kabupaten Banyuwangi membuat kabupaten paling timur di Pulau Jawa itu kembali masuk dalam zona merah risiko penularan Covid-19. Salah satu dampaknya, uji coba sekolah tatap muka yang sudah berjalan beberapa minggu kembali dihentikan.
Hingga Selasa (15/12/2020) tercatat ada 3.480 kasus konfirmasi positif dengan jumlah kasus aktif mencapai 239 kasus. Adapun angka kematian di Banyuwangi menembus 280 kematian.
Penghentian uji coba sekolah tatap muka disampaikan oleh Kepala Cabang Dinas Pendidikan Jawa Timur Wilayah Banyuwangi Istu Handono, di Banyuwangi, Selasa (15/12/2020). Penghentian tersebut juga sudah dikoordinasikan dengan Satuan Tugas Penanganan Covid 19 Kabupaten Banyuwangi, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, dan juga komite-komite sekolah se-Banyuwangi.
”Sejak hari Minggu kami melakukan koordinasi yang intensif karena melihat tanda-tanda Banyuwangi akan masuk kembali ke zona merah. Setelah resmi masuk zona merah hari ini, kami langsung instruksikan seluruh sekolah yang menggelar uji coba sekolah tatap muka untuk meniadakan kegiatan tersebut,” ungkap Istu.
Saat ini ada 53 sekolah dari total 191 SMA/SMK dan lembaga pendidikan sederajat yang menggelar uji coba sekolah tatap muka di Banyuwangi. Uji coba tersebut sudah dilakukan dalam dua tahap sejak awal November.
Istu mengatakan, selama ini uji coba sekolah tatap muka digelar untuk kegiatan belajar mengajar dan ujian akhir semester. Saat ini seluruh sekolah sudah menyelesaikan kegiatan belajar mengajar dan hanya menyisakan ujian akhir semester.
”Dengan demikian, ujian sekolah yang masih tersisa harus dilaksanakan secara daring. Kami juga meminta semua sekolah untuk tidak melakukan kegiatan apa pun di sekolah, termasuk class meeting dan study tour,” ujarnya.
Melihat kalender akademik yang akan berakhir pada 23 Desember, lanjut Istu, dapat dipastikan tidak akan ada lagi kegiatan bersama para siswa dan guru di sekolah. Pertemuan hanya dapat dilakukan saat pembagian rapor, itu pun hanya dilakukan antara wali murid dan guru dengan menerapkan protokol kesehatan.
Saat penerimaan rapor, pihak sekolah juga akan menyampaikan persiapan menghadapi semester genap. Kendati ada wacana sekolah tatap muka digelar mulai 2021, hingga saat ini belum ada keputusan terkait hal itu.
”Kalau ditanya sampai kapan sekolah daring berlangsung, saya tidak bisa memastikan. Namun, yang jelas, selama Banyuwangi masih masuk dalam zona merah, tidak akan ada sekolah tatap muka,” tutur Istu.
Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi Widji Lestariono membenarkan bahwa per 15 Desember, Banyuwangi kembali masuk dalam zona merah atau daerah dengan risiko tinggi. Dalam satu minggu terakhir tercatat ada 287 kasus baru dan 15 kematian baru akibat Covid-19.
”Minggu ini Banyuwangi masuk zona merah Covid-19. Kami terus mengimbau semua warga untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran dan penularan penyakit ini. Kami mengimbau kepada seluruh instansi, lembaga, dan organisasi untuk meninjau kembali kegiatan-kegiatan yang bersifat kerumunan,” ujar Widji.
Minggu ini Banyuwangi masuk zona merah Covid-19. Kami terus mengimbau semua warga untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran dan penularan penyakit ini. (Widji Lestariono)
Banyuwangi pernah masuk zona merah atau daerah risiko tinggi pada awal September. Baru pada akhir September, Banyuwangi kembali ke zona oranye atau daerah risiko sedang. Sejak saat itu, Banyuwangi terus berada di zona oranye hingga kembali masuk zona merah pada pertengahan Desember.