Covid-19 Masih Tinggi, Jateng Tunda Pembelajaran Tatap Muka
Penundaan pembelajaraan tatap muka tercantum dalam surat edaran yang dikirim Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo kepada seluruh bupati/wali kota di provinsi tersebut.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengeluarkan surat edaran yang meminta kepala daerah di 35 kabupaten/kota untuk menunda pembelajaran tatap muka di setiap satuan pendidikan. Hal tersebut mempertimbangkan perkembangan kasus Covid-19 yang masih tinggi di provinsi itu.
”Menunda pembelajaran tatap muka pada satuan pendidikan PAUD, SD, SMP, dikmas (pendidikan masyarakat). (Selain itu) mengoptimalkan pembelajaran jarak jauh dan mengembangkan metode yang inovatif, kreatif, menantang, serta menyenangkan peserta didik,” sebagaimana tertulis dalam surat edaran (SE) yang ditandatangani Ganjar pada Rabu (16/12/2020).
Surat edaran itu juga mengarahkan bupati/wali kota di Jateng untuk tak mengizinkan penyelenggaraan perayaan akhir tahun serta mendorong penambahan tempat tidur untuk pasien Covid-19. Hal tersebut sesuai arahan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan rapat evaluasi penanganan Covid-19 di Jateng.
Ganjar, di Kota Semarang, Kamis (17/12), mengatakan, penundaan pembelajaran tatap muka (PTM) tersebut mempertimbangkan situasi Covid-19 yang belum pasti. ”Kalau kondisi di daerah (kabupaten/kota) itu peningkatan Covid-19-nya tinggi, jangan dulu. Tidak boleh. Tunda dulu semua, tidak usah tergesa-gesa,” katanya.
Penundaan juga berlaku bagi seluruh SMA/SMK di Jateng, yang berada di bawah kewenangan Pemprov Jateng. ”Betul, Mas. Sama,” kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng Hari Wuljanto saat dikonfirmasi melalui pesan singkat.
Sebelumnya, dalam surat keputusan bersama (SKB) empat menteri, pemerintah pusat memberi kewenangan penuh kepada pemda, kantor wilayah, dan kantor Kementerian Agama untuk menentukan izin PTM. Kewenangan tersebut mulai berlaku pada semester genap tahun ajaran dan tahun akademik 2020/2021, yakni Januari 2021.
Ganjar menuturkan, bisa saja PTM dimulai di awal bulan jika tiba-tiba ada penurunan drastis kasus Covid-19. ”Misalnya, masyarakat taat, vaksin masuk, lalu ada penurunan. Namun, rasa-rasanya Januari belum,” ujarnya.
Selain mengoptimalkan pembelajaran jarak jauh, kata Ganjar, sekolah-sekolah juga saat ini terus menyiapkan protokol kesehatan untuk PTM. Itu antara lain sarana prasarana dan prosedur operasi standar (SOP) pembelajaran tatap muka. Begitu juga guru, siswa, dan orangtua siswa yang mesti terus diberi pemahaman perihal itu.
Menurut laman Corona.jatengprov.go.id yang dimutakhirkan pada Kamis (17/12) pukul 12.00, terdapat 76.951 kasus positif kumulatif dengan rincian 10.482 orang dirawat, 61.801 orang sembuh, dan 4.668 orang meninggal. Ada penambahan 19.857 kasus positif di provinsi itu sejak 1 Desember 2020.
Menurut laman dan media sosial informasi Covid-19 setiap kabupaten/kota, hingga Kamis (17/12) sore, terdapat enam daerah dengan kasus aktif (dirawat/isolasi) di atas 1.000 kasus di Jateng. Secara berurut adalah Wonosobo (1.794 kasus), Kabupaten Semarang (1.643 kasus), Purbalingga (1.490 kasus, termutakhir 14/12), Kota Solo (1.234 kasus, termutakhir 16/12), Brebes (1.200 kasus, termutakhir 16/12), dan Kabupaten Magelang (1.128 kasus, termutakhir 16/12).
Kami tak akan berani coba-coba meskipun menteri membolehkan. Nomor satu ialah keamanan dan keselamatan semua.
Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah SMP Kota Semarang Setiyo Budi menuturkan, secara prinsip, SMP-SMP di Kota Semarang sebenarnya sudah siap untuk PTM. Namun, semua akan tetap menunggu perkembangan situasi penyebaran Covid-19 serta keputusan dari dinas pendidikan serta kepala daerah.
Sebelum aman dan diizinkan untuk PTM, ia memastikan seluruh SMP di Kota Semarang tetap menerapkan pembelajaran jarak jauh dan tidak akan membuka sekolah. ”Kami tak akan berani coba-coba meskipun menteri membolehkan. Nomor satu ialah keamanan dan keselamatan semua,” kata Kepala SMPN 15 Semarang itu.
Kepala SMPN 9 Semarang Erna Listyati menuturkan, sejak lama pihaknya telah menyiapkan sejumlah sarana kelengkapan pembelajaran tatap muka dengan protokol kesehatan ketat. Hal itu antara lain dilakukan dengan memperbanyak tempat cuci tangan, serta penyediaan cairan disinfektan, masker, pelindung wajah, hingga mika antarmeja di ruang kelas.
Kendati demikian, PTM baru bisa dilakukan jika sudah ada izin dari kepala daerah yang juga mempertimbangkan situasi perkembangan Covid-19. ”Sampai sekarang, kami belum memulai PTM. Para siswa mungkin sudah ingin masuk, tetapi tak bisa begitu saja. Keamanan harus jadi yang utama,” ucap Erna.